Menu Tutup

Generasi Tukang Bully

DatDut.Com – Beberapa hari lalu, di beranda Facebook saya tiba-tiba ada postingan yang membuat saya gemas sekaligus geram. Memang bukan hal baru, tapi karena semakin banyak, saya pikir saya perlu melakukan sesuatu. Begini postingannya:

Pernyataan ini seperti mengingatkan saya pada suami angel lelga yaitu si kontroversi hati Vicky Prasetyo

Saya tambahin dikit ya 👉 = selanjutnya di vaksinasi agar bisa menimbulkan halusinasi bayangan tentang nasi basi yang nyangkut di gusi😊😊

Postingan itu berasal dari akun yang bernama Fery Warga Nusantara. Rupanya postingan itu merespons twitan dari akun Twitter Prof. Azyumardi Azra, mantan Rektor UIN Jakarta. Berikut twitan Prof. Azra:

Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia.

Saya tak begitu peduli siapa orang ini, meskipun di akunnya dia melabeli diri sebagai penulis. Hanya memang menurut saya, orang ini sudah keterlaluan.

Tapi yang jelas banyak sekali orang model seperti Fery ini di media sosial. Dia tak paham persoalan, malas mencari tahu, lalu mem-bully orang yang lebih berpengetahuan darinya.

Orang-orang seperti ini malas membaca dan enggan belajar, tapi lebih dulu punya hobi jadi tukang komentar. Sayangnya, justru mempermalukan diri sendiri dengan mengomentari sesuatu yang tak dipahami.

Siapalah orang ini bila dibandingkan dengan Prof. Azra, yang reputasi keilmuannya dikenal tidak hanya di level nasional, tapi juga internasional. Apalagi apa yang ditulis oleh Azra di twitan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

Hanya karena Azra menggunakan bahasa yang tidak dipahami Fery, lalu Fery membully Azra dengan menyamakan Azra dengan Vicky Prasetyo, yang kerap menggunakan bahasa yang kemudian dikenal sebagai vikinisasi.

Kalau melihat bahasa yang dipakai Fery, memang tampak dia kurang setuju dengan gagasan Islam Nusantara, yang salah satu tokoh penting dalam mengenalkan istilah ini adalah Azra.

Soal Fery tidak setuju dengan Islam Nusantara, itu pilihan dia. Sayangnya pilihannya itu hanya ditunjukkan dalam bentuk bullyan, bukan kritik wacana dengan argumen yang memadai.

Sebagai orang yang mengaku penulis, mestinya tidak sepantasnya dia melakukan itu, yang justru menunjukkan dia malas baca dan tak mau belajar.

Perkembangan dunia maya di Indonesia dewasa ini memang memasuki babak baru. Media sosial sepertinya berhasil mengembangbiakkan orang yang ingin cepat terkenal, dengan cara-cara murahan.

Media sosial juga berhasil mencetak generasi tukang bully. Generasi yang memakai media sosial untuk menyerang dan menjatuhkan pribadi seseorang. Melalui fitnah dan informasi hoax, generasi ini tak merasa berdosa telah membunuh karakter dan kehormatan seseorang.

Inilah yang perlu menjadi perhatian kita bersama. Bila kita menemukan generasi seperti ini, kita perlu punya sikap yang tegas dan mengingatkan, sekaligus menegur dengan keras.

Bila didiamkan, akan semakin banyak orang yang dengan pengetahuan dan pemahamannya yang dangkal, seenak-enaknya menjatuhkan martabat orang lain, apalagi orang yang secara ilmu dan umur jauh di atasnya.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *