Menu Tutup

Mentradisikan Kajian Kitab di Masjid Perkotaan

ADDAI Online — Di masjid-masjid yang saya rutin isi kajian, saya selalu sarankan kepada DKM untuk kajian kitab. Faktanya kajian kitab itu lebih runtut, sistematis, utuh, memahamkan, dan mberkahi, daripada kajian tematis.

Kajian tematis ini kadang cuma heboh-heboh, tak mendalam, dan kadang sedikit takalluf (memaksakan diri). Selesai kajian, umumnya jamaah juga lupa.

Kalau memperhatikan tradisi para ulama (klasik dan kontemporer) pasti akan ditemukan untuk kajian rutin pasti berbasis kitab.

Sementara kajian tematik hanya untuk even tertentu seperti hari besar Islam (Maulid, Isra Mikraj, atau Muharram dll).

Nah, sepertinya ada salah kaprah terutama di masjid-masjid perkotaan, kajiannya terlalu banyak tematis padahal itu kajian rutin.

Saya jadi membatin jangan-jangan inilah yang membuat basis pengetahuan Islam orang-orang yang rajin ikut kajian di masjid-masjid perkotaan.

Berbeda dengan orang-orang yang ikut kajian kitab di kampung-kampung (bukan yang jipeng lho ya). Kokoh ilmunya.

Untuk itu, saya mengajak kawan-kawan yang menjadi DKM atau yang diamanahi mengelola kajian/dakwah di masjid-masjid perkotaan agar mulai menggeser tradisi dari salah kaprah soal kajian tematik menjadi kajian berbasis kitab.

Ini kontribusi kita agar kualitas umat terutama yang rajin ikut kajian terarah menjadi berilmu tidak selamanya menjadi awam. Jangan mempertahankan tradisi yang kurang pas.

Dr. K.H. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., Ketua Umum ADDAI dan Dosen FAH dan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *