Menu Tutup

Surat untuk Imam Ghazali dan Ustaz Kemarin Sore yang Mengkritiknya

DatDut.Com – Imam Al-Ghazali, saya selalu merasa puas setiap kali membaca karya Anda. Anda memang sangat jenius. Pantas sejarah memberi gelar “Hujjatul Islam” kepada Anda. Karya-karya Anda sangat menawan dan memesona. Argumennya sangat berbobot dan dalam sekali, meskipun untuk artikel-artikel pendek sekali pun.

Anda pun pandai memilih judul. Saya suka cara Anda memberi judul. Iljam al-Awwam an Ilm Al-Kalam (Mengendalikan Orang Awam dari Ilmu Kalam), Kimiya Al-Sa’adah (Kimia Kebahagian), dan yang paling monumental Ihya’ Ulum Al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), beberapa contoh judul yang membuat saya tertarik untuk selalu tergoda membaca karya Anda.

Khusus untuk buku yang terakhir, bagian yang saya suka dan sering saya ceritakan ke kawan-kawan saya adalah jargon yang ingin selalu Anda tekankan pada buku-buku Anda. “Nahnu rijal wa hum rijal (kita sama-sama manusia).” Prinsip keilmuan yang mendalam, Wahai Sang Imam!

Yang unik, meskipun Anda seorang filsuf yang jenius dan kontroversial, prinsip itu ternyata hanya Anda berlakukan untuk tokoh manapun selain Nabi Muhammad dan para sahabat. Alasan Anda pun sederhana. Anda tidak membenarkan mengkritik Nabi Muhammad dan para sahabat, karena mereka sudah pasti masuk surga dan Tuhan meridai mereka.

Sebagai seorang filsuf, terdengar agak aneh, tapi itulah Anda, ImamGhazali. Anda lebih mengutamakan keimanan daripada sesuatu yang tak pasti. Beda sekali dengan orang-orang zaman ini, yang ingin terlihat hebat dengan mengkritik sesuatu yang mungkin belum dikuasainya secara baik dan mendalam. Merelakan keimanannya tergadai hanya agar dikenal orang ramai.

Tapi, prinsip itu pula yang membuat Anda juga tidak terlepas dari kritik. Orang sekelas Ibnu Rusyd merasa perlu menjawab kritik-kritik Anda terhadap filsafat. Karena Anda pasti tahu, sehabat apa pun Anda, Anda juga manusia. Kemanusiaan itulah yang memberi ruang Ibnu Rusyd untuk menyerang balik Anda, sebagai bagian dari kehumasan keilmuan Ibnu Rusyd agar bisa sejajar dan tercatat dalam sejarah sebagai pilar-pilar penting keumatan.

Soal Ibnu Rusyd mungkin Anda tahu. Namun, ada yang mungkin Anda perlu tahu. Anda juga dikritik, lho, oleh para ustad-ustad baru kemarin sore yang mungkin baru baca satu-dua buku, berkhutbah di satu-dua masjid, punya satu-dua majelis taklim. Mereka melarang umat ini membaca buku Anda yang menawan (Ihya’), gara-gara ada catatan dari Al-Iraqi bahwa hadis-hadis Anda di Ihya’ itu banyak yang “la ashla lahu” atau “la ajidu lahu ashlan”.

Saya sendiri tentu saja sebetulnya setuju dengan catatan kritis Al-Iraqi itu, karena itu juga bagian dari pertanggungjawaban Al-Iraqi sebagai “kritikus kualitas hadis”. Cuma saya kok tidak rela Anda dikritik oleh ustad-ustad muda itu, yang kadang tidak memahami persoalan secara menyeluruh dan mendalam. Konteks melarangnya juga tidak jelas. Apalagi saya juga yakin Anda tidak sembrono mencantumkan sesuatu yang bukan hadis lalu Anda sebut sebagai hadis.

Oleh karena itulah, saya mohon Anda malam ini berkenan hadir dalam mimpi saya dan memberi jawaban yang memuaskan terkait kegundahan-kegundahan saya terhadap Anda. Saya tidak berharap Anda hadir dalam rupa yang seperti digambarkan dalam poster-poster yang dijual 10 ribuan di emperan toko itu.

Saya yakin wajah Anda tak semenakutkan itu, meskipun sebagai filsuf Islam kenamaan. Karena kalau membaca karya Anda, saya melihat Anda begitu rendah hati dan berwibawa. Toh, orang hebar tidak semuanya harus botak dan terlihat menakutkan. Saya tunggu kehadiran Anda di mimpi saya. Saya akan tidur jam 22.00-an, Imam! Sampai ketemu di alam mimpi.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *