Menu Tutup

Ini 5 Alasan Muhammadiyah Tolak Hari Santri

Datdut.com – Pada 22 Oktober 2015, Nahdlatul Ulama (NU) akan merayakan hari Santri Nasional. Kontribusi NU dalam meneguhkan NKRI dan mempererat seluruh elemen bangsa memang tidak dapat diragukan signifikansinya. Namun, perayaan tersebut tidak semua ormas setuju, di antaranya Muhammadiyah.

Muhammadiyah sendiri termasuk salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia yang memiliki kontribusi signifikan dalam membangun Bangsa Indonesia. Bayangkan, lembaga-lembaga pendidikan, rumah sakit yang ada di bawah naungan Muhammadiyah memiliki kualitas dan kuantitas cukup baik.

Ini 5 alasan mengapa Muhammadiyah menolak seremonial hari santri:

1. Terlalu Banyak Hari Besar Islam

Menurut Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, hari-hari besar keagamaan yang ada dan disepakati bersama di kalangan umat Islam sudah cukup. Ada 1 Muharram, Maulud Nabi, Isra Mi’raj, dan lainnya sudah cukup untuk mempersatukan umat, sebagaimana dilansir dalam laman tempo.

2. Berpotensi Memecah Ukhuwah Islamiyah

“Penetapan Hari Santri Nasional, yang puncaknya akan diadakan pada 22 Oktober nanti berpotensi memecah belah umat. Pasalnya, umat Islam di Indonesia tidak semuanya santri. Jadi, seremonial tersebut akan mengotak-ngotakan santri dan non santri,” menurut Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, sebagaimana dilansir dalam laman Republika.

3. Milik Satu Kelompok

Tujuan diadakannya peringatan Hari Santri Nasional tentu untuk mengenang perjuangan-perjuangan para Kyai dan santri, baik perjuangan fisik maupun non fisik. Namun, peringatan tersebut hanya dimiliki satu ormas saja, yaitu NU. Hingga, seakan-akan pemerintah menganakemaskan NU saja, dan mengabaikan ormas yang lain.

4. Banyak Permasalahan Umat yang Lebih Penting

Masih menurut Haedar Nashir, sebagaimana dilansir dalam laman Republika, seremonial tersebut membuang-buang energi dan masih banyak hal-hal penting yang harus dilakukan ormas-ormas besar itu. Umat Islam Indonesia masih sangat tertinggal jauh dalam masalah iptek dan ekonomi. Jadi, menurutnya, energi jangan dihabiskan untuk hal-hal yang kontroversial dan kontraproduktif.

5. Ditunggangi Kepentingan

Nah, kalo yang satu ini, menurut saya sendiri, ya, mewakili warga Muhammadiyah. Ingat, ini bukan menurut Pak Haedar. Saya mengutip salah satu konsep kebudayaan yang digagas oleh Filosof Prancis, Jean Baudrillard. Salah satu konsepnya terkait nilai “tanda” mungkin dapat diterapkan dalam peringatan Hari Santri Nasional.

Menurutnya, dalam era pos-modernisme ini, lahir budaya massa dan budaya populer. Masyarakat yang dihidupi budaya massa dan budaya populer adalah masyarakat konsumer yang menumbuhkan simbol-simbol dan aktfitas kebudayaan baru. Sehingga, NU perlu memiliki simbol tertentu yang dikenal secara nasional dalam menarik konsumsi publik bahwa NU adalah representasi dari santri. Produk Islam Nusantra ala NU ini, dicurigai oleh sebagian ormas sebagai agenda liberalisme terselubung. Nah, untuk kepentingan konsumerisme, maka NU penting sekali memperingati Hari Santri Nasional.

 

Baca Juga:

0 Comments

    • Hasan

      Saya Ikut yang terbaik aja,, yang mau mengucapkan dan memperingati ya silahkan yang gak mengucapkan dan gak memperingati jg silahkan,, emangnya masalah ya,, Dulu gak ada hari santri semuanya adem ayem.apakah yg merayakan dan yang gak merayakan urusan masing – masing, Muhammadiyah menolak itu urusan dia dan NU merayakan jg gak masalah itu urusan dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *