Menu Tutup

Selama Ramadan di Pesantren Salaf Juga Ada Ngaji Kilatan, Ini 5 Sisi Asik dan Serunya

DatDut.Com – Seperti yang sudah dibahas dalam tulisan-tulisan sebelumnya tentang Ramadan di pesantren, ngaji kilatan di pesantren mempunyai keasyikan tersendiri. Tulisan ini akan lebih spesifik menguak berbagai hal unik dan asyik dalam pengajian kilatan.

Ngaji kilatan, ada juga yang menyebutnya ngaji pasaran, adalah istilah untuk kegiatan mengaji kitab kuning yang menekankan khatam dalam waktu singkat. Kata kilatan berasal dari kilat, artinya dalam membaca kitab kuning para ustad dan kiai membaca dengan cepat. Diumpamakan kilat. Sebenarnya sih gak secepat kilat. Tapi bisa dikatakan sebagai bentuk penyamaan dengan majaz hiperbola. Dibanding dalam ngaji biasa, ngaji kilatan memang sangat cepat.

Pemahaman dan pendalaman bukan tujuan utama dari ngaji kilatan. Tetapi ngaji kilatan lebih menekankan pada memperbanyak referensi kitab-kitab kuning. Pendalaman lebih luas diadakan pada pengajian biasa. Nah, apa saja asyik dan serunya ngaji kilatan di pesantren salaf? Ini 5 sisi lainnya:

[nextpage title=”1. Bacaan Makna Cepat dengan Langgam”]

1. Bacaan Makna Cepat dengan Langgam

Namanya kilatan, bacanya pasti saja ngebut. Kitab-kitab kuning yang rata-rata tanpa harakat itu dibaca dan dimaknai atau diterjemahkan perkata dengan bahasa Jawa, Sunda, atau Madura. Untuk bahasa lainnya dalam pengajian kilatan, saya belum tahu.

Cara membacanya pun punya lagu atau langgam. Terserah si ustadz yang membacakan. Biasanya langgam model Jawa sering diperdengarkan. Nah, kadang saking merdunya, suara ustad membacakan makna kitab justru menjadi lagu nina bobo untuk santri yang mengantuk kelelahan.

[nextpage title=”2. Ketiduran Pasti Ketinggalan”]

2. Ketiduran Pasti Ketinggalan

Ngaji kilatan tak boleh sampai ketiduran. Kalau ketiduran, sudah pasti ketinggalan jauh. Tapi karena memang capek, banyak santri yang terkapar saat mengaji. Bahkan ketika pengajian usai, kadang mereka kebablasan tidur di tempat sampai jelang sahur. Selain waktu mengaji yang sampai jam-jam kantuk, memang ngaji kilatan juga melelahkan. Sehingga banyak santri yang gampang ketiduran saat mengaji.

[nextpage title=”3. Bawa Kopi dan Snack Pun Boleh”]

3. Bawa Kopi dan Snack Pun Boleh

Salah satu asyiknya ngaji kilatan, khususnya kitab-kitab besar, adalah kelonggaran untuk membawa makanan dan minuman saat mengaji. Kadang ada yang membawa satu teko kopi panas. Ada juga yang sambil menikmati makanan ringan. Merokok pun diperbolehkan.

Sebagai catatan, santri yang membawa makanan dan minuman ataupun rokok itu biasa menempat agak jauh dari kiai. Bukan apa-apa, yang jelas sungkan saja.

[nextpage title=”4. Salawat Penyemangat”]

4. Salawat Penyemangat

Mengikuti pengajian kilatan lama-lama memang melelahkan. Kantuk pun juga membayangi. Momen untuk mengusir rasa kantuk dan lesu muncul ketika dalam kalimat-kalimat uraian kitab terdapat nama Nabi Muhammad Saw. Ketika ustad yang membacakan sampai pada kalimat “shallallahu ‘alaihi wasallam,” maka jamaah langsung menyahut “shalli ‘alaih!” atau “Allahumma shalli ‘alaih …!”

Saat pembacaaan salawat itulah, suara dikeraskan seperti berteriak. Bahkan membentak. Nah, santri yang terkantuk-kantuk seketika akan terkejut dan bangun dari tidurnya.

[nextpage title=”5. Mendapat Sanad Tertulis”]

5. Mendapat Sanad Tertulis

Satu hal yang sering menjadi kebanggan dan kemantapan mengaji di pesantren salaf adalah adanya sanad. Rantai sanad ijazah membacakan dan mengajarkan kitab tersebut sambung menyambung dari gurunya kiai yang membacakan hingga penyusun kitab. Memang tidak seluruh kitab ada sanad tertulis yang diberikan. Sebagian saja dan biasanya kitab-kitab besar.

Contohnya ngaji kilatan kitab hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Mendapat sanad tertulis dari guru hingga sang penyusun kitab inilah merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi para santri peserta pengajian.  Begitulah 5 di antara berbagai keseruan dan kesan ngaji kilatan di pesantren.

Baca Juga: