Menu Tutup

Ini 5 Pembelaan untuk Bima Arya

Datdut.Com – Beberapa waktu lalu, Bima Arya, Walikota Bogor, mendapat kritikan tajam dari beberapa orang dari Jaringan Islam Liberal (JIL) terkait pelarangnya terhadap acara Asyura yang dilaksanakan oleh kelompok Syiah di Bogor. Sebagai walikota, ia menerbitkan Surat Edaran No 300/321 yang isinya melarang perayaan Asyura tersebut.

Kritikan itu di antaranya datang dari tokoh Jaringan Islam Liberal, seperti Ulil Abshar Abdalla dalam situs islamlib. Menurut Ulil, pelarangan tersebut inkonstitusional. Menurut saya, apa yang dilakukan Ulil dalam mengkritik Bima Arya tidak proporsional. Berikut 5 pembelaan saya untuk Bima Arya:

1. Landasan Bima Arya Konstitusional

Bima Arya sebagai Walikota Bogor tentu lebih tahu terhadap ancaman konflik sektarian yang melibatkan banyak pihak di Bogor. Penyerangan terhadap masjid Az-zikra pimpinan Arifin Ilham yang dilakukan oleh sebagian oknum membuat kerisuhan dan mengancam ketentraman masyakarakat sekitar.

Isu yang diangkat pada saat itu adalah penyerangan kelompok Syiah terhadap masjid Az-zikra. Ijtihad politik seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam meredam konflik sektarian ini. Menurut saya, ijitihad Bima Arya dalam meminimalisir konflik dapat diterima akal sehat.

2. Keresahan Ulama Bogor

Saya kira keresahan Ulama Bogor dalam ‘mengintervensi’ Walikota Bogor melarang ritual Asyura ala Syiah suatu yang wajar. Melihat konflik Suni-Syiah yang terjadi di Timur Tengah sungguh sangat menghawatirkan.

Menurut saya, bila Syiah dibiarkan pergerakan yang leluasa dapat merusak keutuhan NKRI. Mereka memiliki konsep imamah yang menjadi salah satu rukun iman. Hal ini tidak jauh beda dengan mereka yang ingin menegakkan khilafah islamiyah. Betapa senangnya mereka, bila selalu dibela oleh orang-orang JIL.

3. Tidak Adil dalam Mengkritik

Orang-orang JIL dalam mengkritik itu terlihat kurang adil. Coba, Anda lihat saja ketika Ahok menggusur Kampung Pulo. Setahu saya, tidak ada satu pun tokoh JIL yang mengkritik Ahok. Orang JIL ini galak pada sesama Islam, tapi tidak galak pada nonmuslim. Ketika ada gereja dibakar, mereka membela umat kristiani. Namun, ketika ada masjid dibakar, mereka diam saja. Nah, begitu pun dengan kasus Syiah ini, JIL mengkritik habis-habisan keputusan Bima Arya sebagai Walikota.

4. Perayaan Asyura Suni Berbeda dengan Syiah

Betul memang, perayaan Asyura ada di berbagai macam daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lain sebagainya. Namun, Asyura yang dilakukan kebanyakan masyarakat Suni berbeda dengan Syiah.

Masyarakat Suni biasanya menyantuni anak yatim, sedekah fakir miskin, dan kegiatan positif lainnya. Namun, Asyura dalam Syiah biasanya dilaksanakan dengan cara memecuti badan hingga luka sebagai representasi atas kematian Husein di Karbala. Saat itu, Husein dipenggal kepalanya dan bahkan kepalanya ditendang-tendang bagaikan bola.

5. Aliran Syiah Ada yang Radikal  

Berbagai macam aliran tentu memilili coraknya masing-masing dalam berdakwah. Saya kira, sebagian aliran Syiah berada dalam organisasi OASE secara terang-terangan menyebarkan dakwah-dakwah radikal dan berani mengecam sahabat nabi. OASE ini dipimpin oleh mantan istri Kang Jalal, yaitu Emilia Renita Az.

Bukankah sejarah telah berlalu? Kita tidak mengetahui peristiwa yang terjadi pada saat itu. Yang kita dapatkan hanyalah riwayat-riwayat yang mungkin benar dan mungkin salah. Bukankah sebagai umat Islam memaafkan itu lebih baik daripada meminta maaf? Sudahlah, lupakan kejadiaan masa lalu. Mari umat Islam bersatu!

(Editor : Neng Irin)

elokPenulis : Pamungkas Elok Syifa Fauziyah (Peneliti Pusat Penerjemahan Alquran dan Hadis)

Twitter : @Syifaelok

 

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *