Menu Tutup

Ini 5 Fakta Seputar Mushaf Akbar Wonosobo

DatDut.Com – Sebagian orang tentu ada yang mengira bahwa penulisan Mushaf Akbar tidak begitu memberikan sumbangsih terhadap syiar agama. Hal ini mungkin terjadi apabila pemahaman sebagian orang tersebut tidak dilandasi dengan sejarah yang jelas. Berikut ini adalah fakta tentang Al-Qur’an Akbar Wonosobo yang dinobatkan sebagai mushaf terbesar di dunia saat pertama kali muncul:

1. Sebagai Simbol Kemajuan Bidang Agama

Pada era tahun 70 hingga 90-an atau zaman orde baru,  Indonesia sedang digemparkan oleh kemajuan bidang teknologi, terlebih lagi sejak Mantan Presiden RI ke-3 BJ. Habibie pulang ke Indonesia dan menjadi Direktur Utama PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio). Berita tentang kemajuan teknologi ini seakan menutupi perkembangan bidang lain, termasuk agama.

Berangkat dari sana, K.H. Muntaha Al-Hafidz (Mbah Mun) Pendiri Pesantren Al-Asy’ariyyah dan Institut Ilmu Al-Qur’an Wonosobo (sekarang UNSIQ) memberikan perintah kepada salah satu santrinya untuk menulis mushaf akbar, sebagai pesan bahwa tidak hanya bidang teknologi yang sedang berkembang.

Mushaf ini pertama kali dipersembahkan kepada Presiden Soeharto pada tanggal 4 Juli 1994 menjelang HUT-RI ke 49. Kemudian setahun setelahnya, IPTN ikut mempersembahkan penerbangan perdana pesawat penumpang N-250 pada tanggal 10 Agustus 1995.

2. Menjaga Tradisi Leluhur

Selain sebagai penyeimbang pesatnya kemajuan teknologi pada masa orde baru, penulisan mushaf akbar ini juga untuk menjaga tradisi menulis dari para leluhur. Menurut kabar sahih, K.H. Abdurrohim (1860-1916) kakek dari Mbah Mun pernah menyelesaikan penulisan mushaf selama melaksanakan perjalanan ibadah haji ke tanah suci.

Namun sangat disayangkan, mushaf karya Kyai Abdurrohim musnah terbakar bersama karya-karya lain saat terjadi serangan Belanda ke Pesantren Al-Asy’ariyyah pada era agresi militer kedua.

3. Diawali dan Diakhiri Presiden

Sebagian besar penulisan karya mushaf akbar dihadiri oleh orang-orang penting di Indonesia, mulai dari gubernur, menteri hingga presiden. Tercatat bahwa pada saat penyerahan mushaf akbar pertama, Presiden Soeharto menutup penulisan berupa huruf siin terakhir dari mushaf tersebut. Kemudian beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo membuka penulisan mushaf akbar ke-11 dengan menuliskan huruf ba’ pada lafadz basmalah pertama.

Sebagian orang yang diserahi mushaf akbar tersebut memberikan imbalan hadiah yang besar. Seperti Sutiyoso, mantan gubernur DKI tersebut memberikan hadiah berupa gedung tiga lantai yang digunakan sebagai sarana pendidikan.

4. Ditulis oleh Satu Orang

Hayatudin adalah penulis semua Mushaf Akbar Wonosobo, dibantu rekannya bernama Anas sebagai penghias ornamen mushaf. Semua karya mushaf akbar tersebut ditulis dengan tangan tanpa bantuan teknologi canggih seperti printer.

Uniknya, penulis mushaf tersebut pada mulanya bukanlah santri yang mahir khat atau mahir kaligrafi arab. Namun Pak Hayat (sapaan akrab santri) dipilih oleh Mbah Mun  untuk menulis mushaf akbar tersebut. Terbukti bahwa pilihan Mbah Mun sangat tepat, hingga saat ini Pak Hayat tetap konsisten menulis dan goresan tintanya semakin indah.

5. Sepuluh Mushaf dalam Waktu 26 Tahun

Penulisan Mushaf akbar dimulai pada tahun 1991. Hingga saat ini, sudah ada 9 mushaf yang telah diserahkan dan sedang mengakhiri penulisan mushaf kesepuluh.

Rencananya, tahun ini pula mushaf ke-11 akan dilanjutkan penulisannya. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk penulisan satu mushaf akbar adalah 2,5 tahun. Berarti dalam waktu satu hari Pak Hayat menulis kurang lebih satu halaman.

Mushaf-mushaf yang sudah jadi diserahkan ke berbagai daerah, bahkan hingga ke luar negeri seperti Brunei Darussalam dan Singapura. Saat ini mushaf akbar bisa dilihat di museum Bayt Al-Qur’an TMII Jakarta, dan Masjid Agung Jawa Tengah Semarang. Untuk replika dari mushaf pertama bisa dilihat di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Asy’ariyyah Wonosobo.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *