Menu Tutup

Ini 5 Kitab tentang Maulid Nabi yang Populer di Indonesia

DatDut.Com – Tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. selalu berkaitan dengan pembacaan kitab-kitab maulid untuk mengenang kembali perjalanan hidup sang nabi termulia. Kitab maulid sebenarnya lebih cenderung ke bentuk puisi atau sajak ketimbang sebagai kitab sejarah atau tarikh.

Hal ini karena ungkapan yang digunakan mengisahkan kelahiran Rasulullah itu disampaikan dengan sentuhan sastra Arab yang tinggi.

Isi kitab-kitab maulid biasanya seputar kisah kelahiran Nabi Muhammad Saw. dengan segala kejadian yang terkait, masa remaja, dewasa hingga menikah. Disisipkan pula gambaran fisik dan budi pekerti Rasulullah.

Biasanya, kitab-kitab tersebut dilengkapi dengan kasidah yang bermuatan sanjungan, salawat, dan tawasul. Cara pembacaannya juga bisa berbeda antar daerah, tergantung darimana mereka mempelajari pembacaan kitab maulid.

Sebagai kitab yang berisi sanjungan, salawat gubahan para ulama yang disisipi tawasul, maka kitab-kitab maulid tak luput dari serangan vonis bidah, sesat, hingga syirik.

Namun terkadang penilaian itu hanya karena pemahaman tekstual terhadap untaian kata dalam kitab maulid, dan tanpa mencoba menggali sisi sastranya. Akan diperlukan tulisan panjang untuk menjawab vonis-vonis pemikiran dangkal yang berbasis pemahaman tekstual itu.

Sebagai tambahan, pembacaan kitab-kitab maulid tidak selalu menunggu momen Rabiul Awal ataupun peringatan Maulid Nabi. Tetapi sebagian masyarakat ada yang menjadikannya sebagai kegiatan rutinan seperti yasinan.

Pembacaan maulid juga sering dilakukan ketika tasyakur kelahiran anak. Ini membuktikan bahwa umat Islam yang merayakan Maulid Nabi, tidak hanya mengenang dan mengekspresikan kecintaan pada bulan maulid saja, tetapi setiap waktu dan kesempatan.

Dari sekian banyak kitab maulid, tampaknya hanya sebagian kecil yang dikenal luas dan dibaca dalam berbagai acara peringatan Maulid Nabi. Berikut ini ulasan singkat 5 kitab maulid yang paling sering dibaca dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.:

 

1. Maulid al-Barzanji

Maulid al-Barzanji adalah karya Sayid Ja‘far bin Hasan bin ‘Abdul Karim bin Muhammad bin Rasul Al-Barzanji. Beliau adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad Saw. dari keluarga Sadah Al-Barzanji yang termasyhur, berasal dari Barzanj di Irak. Lahir di Madinah tahun 1126 H (1714 M).

Sayid Muhammad bin ‘Alwi bin ‘Abbas Al-Maliki dalam Hawl al-Ihtifal bi Dzikra al-Mawlid an-Nabawi asy-Syarif, mengatakan bahwa Sayid Ja`far bin Hasan bin ‘Abdul Karim Al-Barzanji adalah mufti Syafi’iyah di Madinah. Melihat kenyataan ini, tertolaklah fitnah yang mengatakan bahwa kitab al-Barzanji merupakan kitab bermuatan faham Syiah.

Perselisihan tentang tahun wafatnya diperbincangkan. Sebagian riwayat menyebutkan, beliau meninggal pada tahun 1177 H (1763 M). Imam az-Zubaid dalam al-Mu`jam al-Mukhtash, menulis bahwa beliau wafat tahun 1184 H (1770 M).

Kitab maulid inilah tampaknya yang paling awal dikenal umat Islam di Nusantara. Ini terlihat dari akrabnya masyarakat muslim terhadap Maulid al-Barzanji.

Bahkan sebagian kalangan tua sampai hafal bagian-bagian tertentu dari kitab al-Barzanji. Sayangnya, banyak pembacaan Maulid al-Barzanji saat menyanyikan kasidah pujian menggunakan lagu-lagu yang menghilangkan nuansa khusyuk.

 

2. Maulid ad-Diba’i dan Syaraf al-Anam

Khusus Maulid Syaraf al-Anam, sedikit sekali keterangan yang penulis dapat. Namun sebagian sumber menisbatkan maulid tersebut kepada pengarang Maulid ad-Diba’i yaitu Imam Abdur Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba`i Asy-Syaibani Al-Yamani Az-Zabidi Asy-Syafi`i, sehingga kedua kitab tersebut layak dijadikan satu poin dalam tulisan ini.

Abdurrahman Ad-Diba’i lahir pada bulan Muharram tahun 866 H dan wafat pada hari Jumat tanggal 12 Rajab tahun 944 H. Beliau adalah ulama ahli Hadis yang mencapai derajat al-Hafizh (hafal lebih dari 100.000 hadis dengan sanadnya). Demikian profil beliau dikutip dari Maulid al-Hafidz Ibnu Diba’, karya Sayid Alawi al-Maliki.

Tradisi yang berlaku di masyarakat, pembacaan Maulid al-Barzanji, ad-Dibai, dan Syaraf al-Anam terkadang digabungkan. Memang, ketiga maulid tersebut tersajikan dalam bentuk kitab Majmu’ al-Maulid (buku kumpulan maulid) yang juga memuat berbagai doa.

 

3. Maulid Simthud Durar atau al-Habsy

Kitab maulid ini mulai tenar mendampingi beberapa kitab maulid sebelumnya dan sedikit menggeser ketenaran al-Barzanji. Ciri khas pembacaan yang terpimpin oleh para habib atau kiai membuat suasana lebih terasa khusyuk dan syahdu.

Apalagi jika pelantun salawat memiliki suara berkelas. Berbeda dengan al-Barzanji yang kasidah saat qiyam-nya (berdiri) dilagukan sesuka hati, Maulid al-Habsyi biasanya menggunakan lagu terkonsep rapih dan berkesinambungan.

Maulid Simthud Durar atau Maulid al-Habsyi disusun oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Beliau dilahirkan pada hari Jumat 24 Syawal 1259 H di Qasam, Hadramaut. Wafat pada hari Minggu, 20 Rabiulakhir 1333 H di Riyadh.

Ketika menyusun Simthud Durar, usia Habib Ali saat itu 68 tahun. Menurut catatan sejarah, maulid ini dibacakan pertama kali di rumah beliau kemudian di rumah muridnya Habib Umar bin Hamid.

Sebelum menyusun dan memopulerkan maulid karyanya, Habib Ali selalu membaca Maulid Al-Hafidz ad-Diba’i (Maulid ad-Diba’i).

 

4. Qasidah Burdah

Pengarang Qasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa kasidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.

Kasidah ini lebih cenderung mengarah pada pujian, sanjungan, dan tawasul kepada Nabi Muhammad Saw, dan tidak mengisahkan perjalanan hidup Nabi. Sehingga tidak tergolong sebagai kitab maulid. Tetapi pembacaanya juga sering mengiringi pembacaan maulid.

Di Indonesia, Kasidah Burdah juga biasa dicetak satu paket dengan kitab salawat Dalail al-Khairat. Pembacaannya dengan cara bersama-sama atau dengan dipimpin seorang imam.

 

5. Maulid al-‘Azab

Maulid ini berbentuk bait-bait syair terdiri dari 140 bait. Ditulis oleh Syekh Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-‘Azab. Sedikit referensi yang mengungkap sosok pengarang kitab ini.

Maulid al-Azab juga dicetak sebagai kesatuan dengan ketiga maulid diatas. Hanya acara-acara pembacaannya masih kalah tenar dengan Maulid al-Barzanji, Maulid Syaraf al-Anam, dan Maulid ad-Diba’.

Itulah 5 kitab maulid yang populer dibaca di Indonesia. Semuanya terjaga eksistensi di tengah gempuran vonis bidah dan syirik. Seiring makin mengertinya masyarakat akan lemahnya dasar vonis tersebut, pembacaan-pembacaan maulid akan terus memasyarakat sebagaimana perayaan Maulid Nabi yang sudah mengakar dalam tradisi Islam di berbagai daerah.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *