Menu Tutup

ADDAI Hadiri Undangan Kemenag RI Gagas Pola Pembinaan Keagamaan

ADDAI Online – Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI mengundang tokoh-tokoh agama lintas ormas.

Asosiasi Da’i-Da’iyah Indonesia (ADDAI) hadir dalam kegiatan bertajuk Temu Tokoh Menggagas Pola Pembinaan Korban Aliran Paham Keagamaan Bermasalah di Provinsi Jawa Tengah yang digelar pada Kamis hingga Sabtu (14-16/7) lalu.

Kegiatan yang dilaksanakan di Lor In Solo Hotel mengangkat tema “Cerdas Digital Untuk Menghadirkan Keberagaman Yang Sejuk”.

“Bagaimana cerdas digital untuk menghadirkan Islam damai di Indonesia. Tema ini sengaja kami ambil karena dunia digital banyak menghasilkan hal-hal yang positif, tapi di sisi lain juga menghasilkan hal yang negatif,” ucap Kasi Bina Paham Keagamaan Islam, Dr. H. Indrianto Faisal saat memberi sambutan.

Dunia digital, tambahnya, disadari atau tidak bisa memberi warna bahkan membentuk kelompok-kelompok tertentu yang bermasalah dalam paham keagamaan atau penyalahan dalam konsensus kebangsaan.

Acara ini mengundang tokoh agama lintas ormas, mulai dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ADDAI (Asosiasi Da’i-Dai’yah Indonesia), Gesture Institute, MUI Pusat serta tokoh agama dari Semarang, Solo, Klaten, Boyolali, Surakarta, Yogyakarta, hingga penyuluh agama, Bimas Islam, dan Media Keislaman Neswa.id.

Sementara itu, Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik (BPKI-PK) Ditjen Bimas Islam Kemenag, Akmal Salim Ruhana mengatakan forum diskusi tokoh agama terkait membina masyarakat yang cerdas dalam memanfaatkan media sosial sangat penting dan diperlukan.

“Sekarang ini, dinamika keberagamaan telah merambah ke dunia dunia maya yang sangat impactfull. Karenanya cerdas dalam memanfaatkan media sosial perlu kita bangun untuk merawat keberagamaan yang sejuk,” jelas Akmal di hadapan 40 tokoh agama yang hadir.

Kegiatan ini setiap tahun dilakukan, tapi yang berbeda kali ini ada diskusi dan menemui teman teman eks napiter dan eks preman serta menyambangi pesantren.

Pola ini baru pertama kali dilakukan. Paradigma bottom up, dari fenomena di lapangan untuk merumuskan bahan kebijakan dari masukan di lapangan.

“Kami di Kementerian Agama sangat butuh sekali informasi apa pun dari bawah sebagai bahan untuk merumuskan dan memunculkan kebijakan yang sesuai dengan harapan kita semua. Bagaimana kita menggagas pola pembinaan paham keagamaan yang sejuk, moderat, yang menentramkan,” tutur Akmal.

Melalui forum ini, Akmal berharap dapat menemukan problematika keagamaan di tengah masyarakat untuk dicarikan solusi dan jalan keluarnya secara bersama-sama.

Ustadz Saepuloh, Pengurus Pusat yang hadir mewakili ADDAI sangat mengapresiasi forum ini.

“Forum seperti ini harus dilanjutkan, karena ada masukan ide dan kritik langsung dari sasaran pembinaan. Pola pembinaan yang ideal pada prinsipnya menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan lahiriah dan juga ruhaniah,” tandasnya.

Tidak hanya pembinaan paham keagamaannya, tambahnya, tapi juga diarahkan untuk selalu beribadah mendekatkan diri pada Allah serta memberi ruang dan mefasilitasi korban aliran pemahaman keagamaan yang bermasalah itu agar bisa berdaya dan aktif membangun negeri.

Selama tiga hari peserta mengikuti agenda kegiatan sebagai berikut:

Orasi Ilmiah “Hadirkan Islam Damai di Indonesia” yang disampaikan oleh Prof. Dr. Amin Abdullah, MA.

Talkshow Social Media and Religious Change dengan menghadirkan Dr. Phil. Munirul Ikhwan (Dosen Pasca Sarjana Sunan Kalijaga) dan Tri Wahyudi, ST. (Founder & CEO aplikasi Muslimlife) yang dimoderatori oleh Maria Fauzi (Founder Neswa.id)

Kunjungan dan dialog bersama Komunitas Expreso (eks preman Solo) dengan tema Inilah Islamku, Islam Jalan Tengah dan Eks napiter Densus 88 wilayah Solo yang mengusung tema Bersama Membangun Ibu Pertiwi.

Mengunjungi Pondok Pesantren Al Muayyad dan mengikuti forum yang merupakan kerja sama antara Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik (BPKI-PK) dengan Ponpes Al Muayyad Surakarta. Dengan tema Peran Pesantren dalam Menangkal Radikalisme di Indonesia.

Feedback dan Perumusan Ide-ide berdasarkan hasil pertemuan dengan komunitas yang difasilitatori oleh Dr. Yuyun Sunesti, MA.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *