Menu Tutup

Sarkub Singkatan dari Sarjana Kuburan, Kenali 5 Fakta Unik Pejuang Aswaja yang Nyeleneh Ini

DatDut.Com – Julukan yang dialamatkan kepada para peziarah kubur dengan tujuan tawasul dan tabaruk sungguh kejam. Quburiyyun alias penyembah kuburan. Bukannya minder apalagi takut, sebagian warga NU justru ambil basah kuyup sekalian dengan label tersebut. Istilah jawanya ngembloh. Berbekal keilmuan yang mumpuni, kelompok ini membela amaliyah warga NU khususnya terkait ziarah, tawasul dan tabaruk serta melabeli diri dengan nama Sarkub alias sarjana kuburan.

Didirikan pada 21 Syawal 1431/30 September 2010, Sarkub mengusung visi dan misi antara lain untuk menjaga Aswaja dan NKRI dari rongrongan aliran yang menggerogotinya. Selang setahun, Sarkub lalu meluncurkan websitenya, sarkub.com. orgnisasi unik ini sekarang dipimpin oleh K.H. Thobary Syadzili, seorang ulama dari Banten yang masih keturunan dari Syekh Nawawi Banten dan Syekh Abdul Karim.

Kembali pada model ngeles atau ngembloh-nya, Sarkub menghadapi segala vonis dan hujah wahabi, segala yang berkaitan dengan sarkub, baik jaringan website, nama organisasi cabangan hingga nama-nama untuk berbagai doa pun cenderung nyleneh dan unik. Berikut 5 fakta tentang Sarkub.

[nextpage title=”1. Jaringan Media Dakwah Sarkub”]

1. Jaringan Media Dakwah Sarkub

Sarkub memiliki jaringan media yang luas dan aktif. Website utamanya memiliki situs-situs pendukung yang menopag agar bisa menembus halaman pertama mesin pencari. Selain website resmi, Sarkub juga memiliki website streaming video-video kajian aswaja dengan alamat sarkub.tv.

Jaringan website dan blog sarkub dengan berbagai nama, seperti tercantum dalam situs resminya, merambah blogspot dan wordpress. Jejaring untuk pendukung pun tersebar dari twitter, Facebook, dan berbagai jejaring ternama. Dengan jaringan seluas itu, maka setiap artikel dan berita yang dimuat situs pusat, segera tersebar di berbagai situs dan jejaring pendukungnya. Sungguh langkah dakwah online yang tangguh.

[nextpage title=”2. Uniknya FP Sarkub”]

2. Uniknya FP Sarkub

Sarkub membuka kampus maya dengan nama Universitas Menyan Indonesia (UMI). Menyan atau kemenyan adalah salah satu benda yang di Indonesia identik dengan perdukunan. Sebagaimana wahabi yang mengatakan segala bentuk pengobatan ala NU dengan perdukunan, universitas ini sekalian saja memakai istilah menyan, suwuk, mantra untuk hal-hal berkaitan dengan berbagai doa.

FP milik sarkub yang dikatakan sebagai kampus juga memiliki blog bernama unversitasmenyanindonesia. Dibuat pada 9 September 2009. Kurikulumnya UMI juga ada, yaitu kurikulum berbasis sukses dunia dan akhirat. Progam unggulannya adalah tahlil, haul, dan maulid.

Yang bikin ngakak adalah gelar yang dicantumkan untuk masing jenjang pendidikan dalam “kampus” ini. Lihat saja daftar gelar plesetan ini. Untuk program reguler gelarnya: Sarjana Perdukunan (S.Pd). Sarjana Suwuk Terapan (S.S.T). Program Sarjana S1 gelarnya adalah: Sarjana Tahlil (ST), Sarjana Haul (SH), Sarjana Alam Gaib (S.Ag).

Program Pasca sarjana S2 gelarnya Magister Kuburan (M.Kub), Magister Maulid (M.M), Magister Tawasul (M.T). Ada juga Program Puool Sarjana S3 dengan gelar Doktor Makam Ph.D, Dr. Profesor Makam.

Program Profesi atau Diploma menghailkan lulusan Penggali Kubur, Juru Talqin dan Tahlil, Juru Kunci Makam, dan Tata Boga Berkat.

[nextpage title=”3. Densus 99 Sarkub Anti Teror Akidah”]

3. Densus 99 Sarkub Anti Teror Akidah

Sebenarnya, Densus 99 adalah bentukan Banser NU tahun 2011 menyusul munculnya video ancaman ISIS. Anggotanya dibekali berbagai kemampuan bela diri dan kekebalan. Namun Densus 99 yang ada di Sarkub agak beda. Kalau Densus 99 Banser lebih ke arah persiapan perang, tapi densus 99 sarkub lebih kepada pencegahan dan pembelaan akidah dan amliyah warga NU.

Seperti dirilis dalam sarkub.com, tim Densus ini sukses membungkam Makhrus Ali (mantan kiai NU), menindak Abdul Aziz (mantan Hindu). Bahkan K.H. Thobary Syadzili pernah membuat Hartono Ahmad Jaiz mati kutu dalam satu acara bedah buku miliknya, Kuburan-kuburan di Nusantara. Tim sarkub dengan Densusnya ini termasuk kelompok yang menjadi sorotan dan paling dibenci oleh kalangan salafi-wahabi di Indonesia.

[nextpage title=”4. Tim Sarkub Berdakwah di Papua”]

4. Tim Sarkub Berdakwah di Papua

Sebagaimana dilansir sarkub.com, pada Oktober 2015 Sarkub bekerjasama dengan (Persaudaraan Profesional Muslim) PPM Aswaja, mengirimkan tim ke Papua. Tim yang dipimpin oleh Abdul Wahab ini antara lain mengunjungi sebuah kampung di Papua yang penduduknya Muslim. Bekerjasama dengan masyarakat mereka mendirikan madrasah untuk pendidikan anak-anak Muslim di papua.

Saat ini, tim tersebut masih berada di Papua dalam rangka berdakwah dan mengawal berjalannya madrasah yang telah didirikan. Mereka juga melakukan koordinasi dengan berbagai pesantren di Jawa agar bisa menerima dan memberi beasiswa bagi santi asli Papua untuk mondok di Jawa. Keberadaan mereka direspons antusias oleh segenap lapisan NU. Bahkan, belum lama ini PCI NU Korea turut serta mengirimkan bantuan untuk tim tersebut. Keberadaan tim yang dikoordinatori oleh Ust. Abdul Wahab ini bisa dipantau lewat akun FB-nya, Abdu L Wahab.

[nextpage title=”5. Sejarah Istilah Sarkub”]

5. Sejarah Istilah Sarkub

Jarang yang tahu darimana dan bagaimana sejarah asal muasal istilah SARKUB itu muncul. Mestinya, situs sarkub.com hanyalah akumulasi dari sekian orang-orang seide, lantas membentuk wadah organisasi yang solid. Nah, ternyata istilah Sarkub awalnya muncul di akhir tahun 1995.

Seperti diungkap warkopmbahlalar.com, kisah bermula saat seorang bernama Syaikhoni nekat bahkan minggat berangkat untuk mondok meski dilarang orangtuanya. Setelah sempat 4 hari di Pesantren Fadlu Robbi, Siripan, Jepara asuhan K. Syamsul Arifin, Syaikhoni tidak betah lalu pindah ke Pesantren Darul Ulum, Mantingan Jepara, tempat K. Nurul Cholis.

Karena keberangkatannya mondok tidak berdasar restu orangtua, Syikhoni merasa bersalah dan selalu gelisah. Akhirnya ia mencari ketenaganan dengan menginap di areal makam Raden Abdul Jalil yang kebetulan tidak jauh dari pesantren. Di makam ini terdapat juga makam Sultan Hadirin dan Ratu Kali Nyamat. Selama mondok, ia tidur di makam. Hanya sesekali menginap di makam Raden Fatah dan makam Sunan Kalijaga Demak.

Selang dua tahun ia menjalani hal itu, suatu malam bersama kawan-kawannya ia mendekati seorang peziarah tunanetra yang sudah 3 malam menginap di makam tersebut. Peziarah itu mengaku sebagai cucu dari Kiai Zarkasi pendiri Pesantren Gontor. Ternyata ia juga seorang hafiz.

Saat berbincang-bincang, mendengar bahwa Syaikhoni sudah 2 tahun tidur di makam, lelaki tunanetra itu berkomentar, “Lek kuliah neng luar negeri rong taun iku oleh gelar sarjana. Lah lek Syaikhoni rong taun turu nang makome R Abdul Jalil iki, enak-e di kei gelar opo yo (kalau kuliah di luar negeri 2 tahun itu dapat gelar sarjana, Syaikhoni dua tahun tidur di makam R. Abdul Jalil, enaknya dikasih gelar apa ya)?”

Setelah berpikir sejenak ia menyambung, “Syaikhoni iki digelari Sarjana Kuburan ae, Sarkub (Syaikhoni ini digelari Sarjana Kuburan saja, Sarkub).” Semua tertawa. Sejak itu Syaikhoni mendapat julukan Sarkub. Sejak itu istilah Sarkub mulai tenar. Setiap peziarah yang sering datang, sampai menginap segala, ia dijuluki Sarkub.

Baca Juga: