Menu Tutup

Nauzubillah! Ini 5 Sisi Negatif Media Sosial, dari Hoaks, Tukang Debat, sampai Mendadak Pintar

DatDut.Com – Iklim panas menyelimuti dunia maya, terutama media sosial, di tanah air saat ini. Gesekan horisontal maupun vertikal begitu kerap terjadi. Perang opini sangat masif dan bahkan bisa berimplikasi ke dunia nyata.

Perbedaan pendapat antarteman bisa berubah menjadi perseteruan yang berujung pada unfollow, unfriend atau block.

Isu dan fakta berseliweran sedemikian rupa, sampai pada titik di mana kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang terdistorsi. Berikut beberapa hal yang tengah terjadi di jagat maya:

1. Hoaks

Arus komunikasi tanpa batas mengakibatkan semua hal beterbangan di udara, dari yang berkualitas pualam sampai yang berkualitas sampah. Di sinilah pentingnya sebuah filter yang bekerja dengan baik untuk menyortir setiap info itu.

Kita punya kecenderungan untuk membagi berita yang selaras dengan kata hati. Selain itu, kita juga mudah mengedarkan berita yang menohok pihak-pihak yang berlawanan pendapat.

Dan di sinilah berita palsu menjadi media ampuh dalam sebuah propaganda. Di sinilah kehati-hatian seseorang mutlak diperlukan agar dia tidak berperan serta dalam menyebarkan berita yang menyesatkan dan merugikan orang lain.

2. Debat Kusir

Apa yang terjadi jika si A yang hanya tahu apel warna hijau berdiskusi mengenai warna apel dengan si B yang hanya tahu bahwa apel itu merah?

Nggak ketemu, adanya malah debat supir.. eh, kusir. Beda perkara jika si A ngobrol dengan si C yang pedagang buah. Si C akan berkata,”Apel hijau ada, yang merah juga ada. Kamu sama B bener semua.”

Berapa banyak dari kita yang membahas hal yang sama namun berbeda pendapat karena perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau level kedewasaan berpikir? Tidak terhitung jumlahnya.

Tampaknya kita perlu berpedoman bahwa dalam tataran tertentu, perbedaan itu tidak mesti antara salah dan benar, bisa jadi dua-duanya benar hanya berbeda pendekatannya.

3. Fanatik Figur

Mengidolakan seorang figur nggak selamanya salah. Asal yang diikuti baik, silakan saja. Tapi yang dikhawatirkan adalah saat kesetiaan kita kepada seorang figur dibarengi dengan perbuatan yang melecehkan figur lainnya.

Figur yang berseberangan selalu dianggap salah atau dicari-cari kesalahannya. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada lagi yang namanya obyektifitas karena tolok ukur penilaian lumpuh kecuali penilaian ke-aku-an.

4. Mencela Semaunya

Jika kau melaju di jalur kiri, jangan sampai kita berpikir kita berhak membuang sampah lewat jendela kiri karena mobil lain melaju di sebelah kanan kita.

Kalimat di atas hanya untuk melukiskan perilaku seseorang yang merasa benar dan menjadikan keyakinannya itu untuk melakukan hal lain yang melanggar atau paling tidak bukanlah perilaku yang elegan.

Betapa frekuentatipnya seseorang yang merasa benar dengan santainya melecehkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka. Bisa jadi, kita justru menghilangkan wasilah baginya untuk mendapatkan pencerahan.

5. Mendadak Pintar

Ini adalah fenomena jamak dalam dunia maya. Karena tidak saling bertatap muka saat diskusi, maka kita nggak bisa membedakan mana yang menguasai materi yang dibicarakan dan mana yang tidak.
Ingat heboh tafsiran “awliya” tempo hari?

Banyak di antara kita yang sibuk menempatkan diri pada maqam tinggi yakni seorang ahli tafsir? Dengan bersemangatnya, kita beradu argumen dengan orang lain dengan apa yang kita dapat dari Google.

Padahal materi seperti itu jauh dari jangkauan kita yang masih mentah dalam keilmuan. Jangan sampai kita menjadi konyol seperti layaknya seseorang yang merasa paham tentang tafsir ayat yang bahkan bukan ayat kitab sucinya.

Hmmm… mari kita bijak dalam berselancar di dunia maya..

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *