Menu Tutup

Mungkin Ini 5 Penyebab Hati Kita Jauh dari Allah

DatDut.Com – Para ulama tasawuf selalu waspada ketika ingin melaksanakan hal tertentu. Mereka selalu menimbang apakah perbuatan yang mereka lakukan termasuk hawa nafsu atau bukan. Untuk melakukan hal tertentu, mereka selalu berpikir berulang kali dan memohon petunjuk dari Allah agar tidak salah langkah. Hal ini membuat mereka selalu dekat dengan Allah.

Karena memiliki hati bersih, mereka tidak pernah membenci makhluk hanya karena berbeda pandangan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita selalu merasa dekat dengan Allah? Bila tidak, mungkin ini 5 penyebab mengapa hati kita merasa jauh dari Allah:

1. Menganggap Ringan Dosa Kecil

Salah satu kewajiban manusia terhadap Allah itu mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kedekatan dengan Allah tentu menjadi suatu harapan setiap manusia beriman. Hamba mana yang tidak ingin merasakan selalu dekat dengan Tuhannya? Allah pasti selalu dekat dengan hamba-Nya selagi dia patuh terhadap perintah-perintah Allah.

Perasaan jauh dari Allah terjadi karena dosa-dosa kecil yang terus-menerus dilakukan manusia tanpa disadari. Memang betul, dosa kecil paling tidak dapat dihapus dengan cara membaca istigfar sebanyak-bayaknya. Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga, masih tetap membaca istigfar sehari sebanyak seratus kali.

Namun terkadang tidak jarang yang menganggap dosa kecil itu sesuatu yang ringan yang mudah dimaafkan Allah. Kalau sekali atau dua kali Anda melakukan dosa kecil tanpa disengaja, bisa jadi Allah masih memberikan sifat maaf-Nya. Tapi bagaimana Allah memaafkan Anda jika perbuatan dosa kecil itu Anda lakukan berulang kali tanpa merasa bersalah?!

2. Tidak Pernah Memperbaharui Tobat

Salah satu cara termudah untuk bertobat itu selalu mengingat bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara. Takutlah selalu untuk berbuat maksiat dimana pun kita berada. Kita tidak tahu kapan ajal menjemput, dimana tempat kita wafat. Karenanya, ulama-ulama yang dekat dengan Allah selalu berhati-hati dalam tindakan dan ucapannya.

Bagaiamana ketika kita sedang bermaksiat, justru malaikat pencabut nyawa datang menjemput? Tidakkah itu mati dalam keadaan dosa? Di sisi lain, kita selalu berharap mati dalam keadaan husnulkhatimah. Oleh karena itu, agar kita selalu dijaga dan merasa dekat dengan Allah, mintalah bimbingan-Nya selalu dalam menentukan langkah hidup ini. Perbaharuilah tobat dengan memperbanyak membaca istigfar.

3. Merasa Aman Aib Tertutup

Aib adalah sesuatu yang tercela untuk diketahui orang lain. Tentu kita tidak ingin aib kita diketahui orang lain. Sehingga setelah salat, sebagian Muslim berdoa, “Ya Allah tutupi aib kami.” Saat kita melakukan sebuah dosa kecil atau pun besar yang dapat menjatuhkan harga diri kita, seperti korupsi, berzina, dan lain sebagainya, terkadang Allah menutupi dosa tersebut diketahui orang lain.

Cukup Allah saja yang tahu. Namun, tidak jarang dari kita yang merasa aman bahwa aib berupa dosa yang kita perbuat itu biasa-biasa saja. Sehingga kita mengulanginya hingga berkali-kali. Nah, saat kita mengulanginya berkali-kali, biasanya Allah membeberkan aib tersebut di ruang publik. Hal itu merupakan teguran dari Allah, karena Dia menginginkan kita menjadi orang baik kembali.

4. Memiliki Sifat-sifat Kotor yang Menutupi Hati

Menurut ulama, makrifat pada Allah itu suatu perasaan dekat pada-Nya, sehingga takut pada-Nya untuk melakukan hal-hal yang terlarang dalam agama. Menurut Syekh Ibnu Athaillah, tertutupnya hati seseorang itu di antaranya memiliki sifat-sifat kotor yang dapat menutup mata hati kita merasa dekat pada Allah.

Di antara ciri orang yang sudah tertutup mata hatinya itu sulit untuk menerima kebaikan dari orang lain, apalagi orang yang dianggapnya sebagai musuh yang harus dikalahkan. Sifat kotor itu di antaranya dendam, iri, hasud, dan lain sebagainya (Baca: Sulit Makrifat pada Allah, Hindari 5 Sifat Buruk Ini). Karenanya, ajaklah komunikasi hati Anda saat ingin melakukan sifat buruk yang dapat mengotori hati.

5. Tidak Bersyukur pada Allah

Sebagai hamba yang beriman, tentu kita harus selalu bersyukur atas nikmat dan anugerah yang telah Allah berikan. Misalnya, Anda diberikan amanah oleh Allah sebagai pemimpin tertingi suatu lembaga atau institusi.

Nah, bersyukur atas anugerah tersebut dapat diimplementasikan berupa ucapan alhamdulillah dan menjalankan amanah tersebut sebaik mungkin. Jika jabatan tersebut justru membuat Anda lalai pada-Nya, berarti Anda menyelewengkan amanah yang Allah berikan. Ini sama saja Anda telah menghina Allah. Karenanya, manfaatkanlah sebaik-baiknya anuugerah yang telah Allah berikan untuk kepentingan umat manusia.

harisPenulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com

Fb : Ibnu Harish


Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *