Menu Tutup

Ini 5 Kepedulian Rasulullah Saw. pada Rakyat Jelata

DatDut.Com – Semua agama pasti mengajarkan kebaikan, dan peduli pada rakyat jelata, termasuk Islam. Nabi Muhammad Saw. merupakan sosok seorang yang begitu perhatian dan mengangkat tinggi derajat orang-orang miskin. Ini terbukti saat Nabi tidak bergeming dengan jabatan, nasab, dan kekayaan seseorang.

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad yang menceritakan bahwa suatu saat ada seseorang yang lewat di hadapan para sahabat yang sedang duduk santai bersama Nabi. “Bagaimana menurutmu tentang laki-laki yang tadi baru melewati kita,” tanya Rasulullah pada salah satu sahabatnya yang sedang berkumpul. “Setahuku, dia itu orang terkemuka Madinah. Selain keturunan orang terhormat, dia juga orang yang kaya raya. Kalau dia khutbah, banyak pendengarnya, bila dimintai tolong selalu membantu,” jawab salah satu sahabat yang tadi ditanya Rasulullah Saw. Baginda Rasul pun terdiam sejenak.

Tidak lama kemudian, seorang laki-laki lain melewati Nabi dan para sahabatnya. “Nah, kalau laki-laki yang baru lewat tadi bagaimana menurutmu?” tanya Nabi pada salah seorang sahabat yang sama. “Kalau orang yang baru saja lewat itu hanya orang miskin Anshar biasa, bukan dari keturunan bangsawan, dan juga tidak punya harta. Dia tidak punya pengaruh sosial di masyarakatnya,” jawab sahabat yang ditanyai Nabi itu. Nabi berpesan, “Para sahabatku, orang miskin itu lebih baik daripada bumi seisinya daripada orang kaya itu.” Badrudin al-Aini dalam ‘Umdatul Qari menjelaskan bawah sahabat Nabi yang miskin itu bernama Jail bin Suraqah. Namun al-Aini tidak menyebutkan siapa orang kaya yang disebutkan Nabi sebelumnya.

Perlu ditegaskan, Islam tidak melarang Muslim menjadi orang kaya. Syekh Abdul Qadir menjelaskan dalam Manaqib-nya bahwa orang fakir yang sabar lebih baik daripada orang kaya yang bersyukur. Jika dibalik, orang fakir yang tidak sabar justru lebih buruk daripada orang kaya yang bersyukur. Jadi, pada initinya, kita harus meyakini bahwa miskin dan kaya itu adalah salah satu anugerah Tuhan yang harus kita sikapi secara positif. Terlepas dari itu semua, Nabi Saw. merupakan sosok yang peduli terhadap orang fakir dan miskin. Paling tidak, ini 5 ekspresi kepedulian Nabi terhadap mereka yang dikutip dari berbagai sumber:

1. Mencari Ibu Tua Penyapu Masjid

Abu Hurairah bercerita bahwa salah satu ibu-ibu tua berkulit hitam yang biasa menyapu masjid diberitakan meninggal. Ternyata benar, ibu tua itu sudah meninggal, dan bahkan sudah disemayamkan tanpa sepengetahuan Nabi Saw. “Abu Bakar, ibu-ibu yang biasa menyapu masjid itu di mana sekarang?” tanya Nabi pensaran. “Loh, Nabi tidak tahu? Ibu-ibu itu kan sudah wafat beberapa waktu lalu,” jawab Abu Bakar.

Nabi pun sedikit menyesal dan protes pada sahabat sekaligus mertuanya itu, “Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau ibu tua itu sudah wafat? Kalau kalian beri tahu, saya bisa menyalati jenazahnya secara langsung.” “Ya sudah, kalau begitu, antarkanku ke makam ibu tua penyapu masjid tersebut supaya aku dapat menziarahi dan menyalati jenazahnya di makamnya,” pinta Nabi pada para sahabatnya (HR Bukhari dan Muslim).

2. Menyantuni Anak Yatim dan Janda-janda

Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub dalam beberapa ceramah dan tulisannya secara tegas melarang masyarakat Muslim, khusunya di Indonesia, untuk melakukan umrah atau haji berulang kali. Bahkan beliau pernah menulis buku yang berjudul Haji Pengabdi Setan. Anjuran demikian sangatlah kontekstual, mengingat banyak sekali yatim, fakir miskin, dan janda-janda yang masih terlantar.

Haji dan umrah hanyalah ibadah yang pahalanya hanya untuk diri sendiri, tidak dapat dinikmati orang lain. Sementara, menyantuni anak yatim, fakir miskin, dan janda-janda tua, selain berpahala untuk yang mengayominya juga manfaatnya dapat dinikmati oleh mereka. Karenanya, Nabi Saw. bersabda, “Orang yang mengayomi janda-janda tua dan orang miskin sama saja seperti orang yang berjihad di jalan Allah” (HR Bukhari). Terkait mengayomi anak yatim, Nabi pernah bersabda, “Saya dan orang yang menanggung biaya hidup anak yatim berada di surga sedekat jari telunjuk dan jari tengah” (HR Bukhari).

3. Nabi Tidak Pernah Memukul Para Pelayannya

Hampir semua sahabat ingin dijadikan pelayan Nabi Saw. Sejarah mencatat beberapa pelayan setia Nabi Saw. di antaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Mas’ud, Rabi’ah bin Ka’ab, ‘Uqbah bin Amir, dan Ummu Aiman (Baca: 5 Pelayan Setia Nabi yang Harus Anda Tahu).  Nabi tidak pernah menyakiti sedikit pun para pelayannya, apalagi pada istri dan keluarganya.

Anas bin Malik bercerita bahwa semenjak sepuluh tahun bekerja sebagai pelayan Nabi, dirinya tidak pernah mendengar Nabi komplain atas pekerjaan yang telah aku lakukan (HR Bukhari dan Muslim). Bahkan Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah memukul satu kali pun pelayannya, apalagi istrinya. Kata Nabi menahan memukul seseorang itu sama saja jihad di jalan Allah (HR Bukhari dan Muslim).

4. Larangan Menzalimi Rakyat Jelata

Menzalimi dalam bentuk apa pun, pada siapa pun tidak dibenarkan dalam agama, apalagi terhadap rakyat jelata dan orang-orang papah. Nabi pun mengancam secara tegas orang-orang yang menyakiti hati mereka. “Ada tiga orang di hari kiamat nanti yang sangat aku musuhi. Mereka adalah orang yang bersumpah atas namaku, kemudian berkhianat, pelaku human trafficking (menjual belikan manusia), dan orang yang menyewa pembantu lantas menganiayanya” (HR Bukhari). Fenomena jual beli manusia yang terjadi saat ini, baik untuk diperdagangkan di dalam negeri maupun di luar negeri jauh-jauh hari sudah dikecam oleh Nabi Muhammad Saw.

5. Anjuran Menjenguk Orang Sakit

Nabi tidak pernah membeda-bedakan para sahabatnya karena harta, nasab, atau jabatan tertentu. Bila mendengar ada sahabatnya yang sakit, Nabi selalu menyempatkan diri menjenguknya. Saat menjenguk Ummu Saib yang mengeluh penyakit panasnya, Nabi menasihatinya, “Jangan kau marah-marah karena diberi nikmat sakit panas, karena sakit itu dapat menghapus dosa-dosa manusia sebagaimana ubub api menghilangkan karat-karat besi” (HR Muslim).

harisPenulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com

Fb : Ibnu Kharish

Baca Juga: