Menu Tutup

Karena Dituduh Bidah Itu Memang Menyakitkan

DatDut.Com – Masalah pembubaran pengajian yang di Sidoarjo itu menimbulkan reaksi dari banyak kalangan. Ada yang bereaksi menyayangkan, menyesalkan, dan bahkan dukungan. Saya kemarin juga sudah menuliskan sikap saya terhadap apa yang terjadi (baca: Bila Beda Pendapat, Berdiskusi atau Berdebatlah, Bukan Mengusir).

Namun, ternyata ada pula yang kemudian melakukan penyerangan balik kepada pihak yang dianggap membubarkan dengan sebutan-sebutan yang jelas mengganggu pendinginan situasi, seperti sebutan “ahli bidah”, “pemuja kuburan”, “penyembah agama nenek moyang”, “kuburiyun”, dan sebutan-sebutan lain yang merendahkan pihak yang dituduh melakukan pengusiran kemarin.

Menurut saya, kalau memang benar selama ini ingin mengedepankan ukhuwah atau persatuan umat, mestinya tak usahlah menyebut begitu. Karena kalau mau jujur, sebutan-sebutan itu pulalah yang selama ini menyebabkan resistensi di sebagian kelompok yang kemarin dituduh intoleran hingga berujung pada tindakan-tindakan penolakan hingga pembubaran itu. Meskipun ada juga bantahan yang menyebut hal itu disebabkan karena adanya perjanjian yang dilanggar.

Terlepas dari hal itu, menurut saya sudah saatnyalah teman-teman salafi mengevaluasi diri, apakah sebutan-sebutan itu juga diajarkan Nabi?! Apalagi seperti kita tahu amalan yang dituduh bidah juga masih di ruang ikhtilaf di kalangan ulama. Dan, masing-masing pun masih berada di wilayah ijtihad.

Karenanya, sepertinya sudah saatnya teman-teman salafi merumuskan kembali doktrin bidah. Doktrin yang tak sampai menghakimi amaliah orang lain yang masih berada di lingkup ijtihad. Aspek fiqhu da’wah dan adab da’wah juga perlu dipertimbangkan agar kalangan salafi awam tidak gampang hantam kanan-kiri yang justru menjauhkan umat dari Islam dan menimbulkan keresahan dan gesekan antarumat Islam.

Memang dituduh bidah atas amaliah yang diyakini sebagai sunah atau sekurang-kurangnya bernilai pahala, itu amat menyakitkan. Itu sama dengan menuduh orang yang melakukan amaliah tersebut sebagai sesat dan ahli neraka.

Ini yang juga perlu direnungkan kembali oleh kawan-kawan salafi yang garis keras. Jangan gampang-gampang membidahkan, menyesatkan, bahkan mengkafirkan amaliah tertentu yang banyak dilakukan oleh umat Islam yang lain, apalagi bila kelompok lain itu merasa mempunyai dalilnya.

Kalau memang tidak bisa juga, silakan saja menganggapnya bidah, sesat atau kafir sekalipun. Tapi lakukan itu di ruang tertutup dan hanya dengan sesama jamaah salafi saja. Jangan di ruang terbuka, apalagi sampai diupload di Youtube segala.

Atau, kalau mau di tempat terbuka, jangan dalam ceramah monolog, tapi mestinya dalam konteks berdialog dengan pihak yang berbeda dan kontra, supaya masyarakat mendapat ilmu juga. Masyarakat bisa mengukur mana yang kuat dan yang lemah argumennya. Mari bergandengan tangan, bukan saling berlepas tangan.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *