Menu Tutup

Benarkah UIN Yogyakarta Kampus Liberal?

DatDut.Com – UIN (Jogja) kampus liberal? Ini tanggapan saya atas ceramah Ustad Khalid Basalamah yang beredar luas di media sosial. Jujur selama saya kuliah di UIN Jogja sampai lulus, saya malah bingung, UIN Jogja itu liberal di bagian mananya?

Semua materi yang diajarkan dalam perkuliahan biasa-biasa saja, tak ada yang aneh. Materi yang diajarkan dosen-dosen pun juga biasa saja, termasuk mata kuliah studi keislaman. Semua baik-baik saja.

Alih-alih (ajaran) liberal seperti yang Ustadz tuduhkan. Di UIN Jogja saya malah banyak menemukan Dosen-dosen yang alimnya luar biasa, yang ketika kuliah pagi, walau ada jadwal mengajar di kelas, beliau selalu melaksanakan shalat Dhuha, bahkan menganjurkan mahasiswa-mahasiswanya juga ikut shalat Dhuha. Mau tak tunjukkan?

Juga banyak dosen-dosen yang hampir setiap hari amalannya selalu nderes Quran (ngaji Quran), mengisi pengajian di desa-desa, mengajarkan pada kami mahasiswa-mahasiwanya untuk hati-hati terhadap barang-barang yang subhat/haram (wirai), bahkan ada dosen yang jor-joran (tidak menghitung-hitung) ketika sedekah. Mereka-mereka itulah yang saya jadikan panutan selama kuliah di UIN Jogja.

Terus di UIN Jogja juga banyak teman-teman saya yang alim, baik dalam ibadah maupun dalam tindakan, banyak yang hafal Qur’an, banyak yang punya amalan puasa-puasa sunnah secara istiqamah, juga banyak (pake) banget yang jadi takmir masjid, yang kesehariannya mengajar ngaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Mau tak tunjukkan?

Ustadz bilang kalo di UIN Jogja, jika ada mahasiswa yang (masih) shalat di olok-olok? Selama saya kuliah, jujur saya belum pernah menemukan mahasiswa yang model begitu, yang seperti Ustadz sampaikan.

Ustadz, tolonglah, tabayyun dulu, pastikan dulu kebenarannya apa yang Ustadz sampaikan, apalagi pada suatu majlis pengajian. Kalau tidak tabayyun, lalu (misal) yang Ustadz sampaikan pada jamaah-jamaah itu ternyata berupa kebohongan, hoax, fitnah?

Semua jamaah Ustadz percaya terhadap apa yang Ustadz sampaikan itu, bahkan tersebar luas melalui media sosial (YouTube, Facebook, Instagram dll). Bagaimana coba? Ustadz bukan hanya bertanggung jawab atas penyebaran ketidakbenaran itu pada Allah, tapi Ustadz juga bertanggungjawab pada pihak-pihak yang dirugikan atas perbuatan Ustadz itu.

Ah, Saya yakin seyakin-yakinnya, haqqul yakin, ustadz jauh lebih paham tentang hal ini. Sebelumnya saya mohon maaf kepada Ustadz, maaf sekali jika tanggapan saya berupa tulisan ini tidak mengenakkan bagi Ustadz, atau juga bagi para pengikut-pengikut Ustadz. Sekali lagi saya sampaikan, maaf beribu-ribu maaf.

Semoga kita bisa mengambil ikhtibar dari yang telah terjadi. Wallahu’alam!

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *