Menu Tutup

Ketika Anies Baswedan Pun Akhirnya Terlempar dari Kabinet

DatDut.Com – Terus terang saja saya dulu termasuk yang kecewa ketika Anies Baswedan menjadi “juru bicara” pada musim kampanye pilpres 2014. Meskipun saya tahu pasti ada agenda dan hitung-hitungan politik yang sudah dipertimbangkannya. Buktinya, ia pun akhirnya bisa jadi menteri dan itu pasti ada hubungannya dengan pilihannya waktu jadi “juru bicara” itu.

Saya kecewa bukan karena saya tak memilih calon yang didukungnya, tapi saya kecewa karena Anies justru memilih jalan politik praktis untuk meraih sesuatu yang mungkin diinginkannya. Padahal, dia bisa saja menunggu waktu dan dia dengan segala kelebihannya pasti bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Tapi, jalan itu sudah dipilih. Dan, harus pula diakui secara jujur, mungkin gara-gara dia juga banyak anak-anak muda yang akhirnya “terpaksa” untuk memilih calon yang sekarang menjadi nakhoda bangsa ini. Anak-anak muda yang sebetulnya dalam hati kecilnya ragu akan kemampuan si nakhoda, tapi gara-gara Anies ikut mengampanyekan, mereka pun terbawa dan terbuai. “Masa iya Anies salah pilih,” kata seorang pengagum Anies pada saya suatu kali.

Kalau kemudian ternyata Anies akhirnya hanya menikmati 20 bulan dari 60 bulan seharusnya, itu berarti Anies hanya merasakan sepertiga dari apa yang mungkin diinginkannya saat ia memilih menjadi “juru kampanye” sang kandidat saat itu. Dan, kita patut kecewa kenapa dia yang termasuk berprestasi dalam jajaran kabinet ini, malah terlempar.

Meskipun pencopotan ini tidak bisa dibilang sebagai sebuah isyarat kegagalan, tapi tentu ada catatan tersendiri di benak publik, kenapa dia tidak dipertahankan hingga akhir jabatannya. Ya namanya juga politik, pasti banyak hitung-hitungannya. Memang kita semua sudah mafhum, reshuffle ini tak sepenuhnya soal prestasi kerja. Bahkan, ada seorang menteri yang di persepsi publik tidak terdengar kerjaannya dan tak ketahuan prestasinya, tapi toh tetap dipertahankan.

Maka kemarin saya menulis status di akun Facebook saya:

“Dan, saya semakin yakin bahwa bukan prestasi yang membuat Anda dipertahankan oleh siapa pun yang punya kekuasaan atas diri Anda. Anda dipertahankan justru karena si punya kuasa suka atau malah takut pada Anda.

Begitu juga Anda dicopot bukan karena Anda tak berprestasi, tapi justru karena ada yang tak disukai oleh si punya kuasa atau tak ada lagi yang ditakutkan si punya kuasa pada diri Anda saat dia mencopot Anda.”

Nah, bagi saya ini saatnya untuk mengamalkan apa yang disampaikan Anies saat menyampaikan salam perpisahan di fanpage-nya: “Mari kita teruskan ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa ini!” Ini saatnya bagi Anies untuk kembali memilih jalan asketisme akademik. Dan, bagi para pengagumnya yang dulu memilih kandidat tertentu gara-gara Anies, jangan ngambek. Cepat move on! Ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa tidak harus jadi menteri. Jangan marah-marah pada yang mencopotnya!

Untung saya tidak memilih yang mencopot Anies. Jadi, saya nggak nggambek. Saya juga tak perlu move on, apalagi marah-marah pada yang mencopotnya. O iya, satu kebijakan Anies di penghujung jabatannya yang paling keren adalah orangtua dianjurkan untuk mengantar anak ke sekolah di hari pertama. Semoga menteri yang baru bisa meneruskannya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *