Menu Tutup

Ini Gus Zia Ul Haramein, Putra Semata Wayang Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub

DatDut.Com –  Suasana kemeriahan wisuda ke-14 mahasantri Darus-Sunnah Internasional Institute for Hadith Sciences, tiba-tiba hening. Sambutan pengasuh yang pada wisuda-wisuda sebelumnya disampaikan oleh almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, kali ini disampaikan sosok lain.

Sosok lain itu adalah Gus Zia Ul Haramein, putra semata wayang Kiai Ali, yang baru pulang dari Amerika Serikat. Gus Zia tampil menyampaikan sambutan pengasuh setelah mewisuda 34 calon ahli hadis di hadapan tamu undangan yang memenuhi Aula Syahida Inn Universitas Islam Negeri  Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Sabtu (28/05/16).

Tamu undangan yang terdiri dari para duta besar negara-negara Timur Tengah, beberapa tokoh nasional, alumni, mahasantri, santri, dan wali mahasantri yang diwisuda, dibuat terperangah dengan sambutan Gus Zia.

Penyampaiannya mantap, sistematis, intonasi yang terukur, dengan gaya bahasa dan nada yang mengingatkan pada sosok almarhum Pak Kiai. Untuk ukuran pemuda yang belum genap 25 tahun, sambutan atas nama pengasuh yang disampaikan tanpa teks itu, amat tenang dan sepertinya memenuhi kerinduan hadirin akan ketenangan dan ketegasan Pak Kiai setiap kali menyampaikan sambutan.

“Keren. Untuk ukuran seusia beliau, Gus Zia sudah menunjukkan kemampuan dan kesiapannya dalam melanjutkan perjuangan Pak Kiai untuk mengembangkan Darussunnah. Insya Allah beliau juga akan menjadi tokoh penting di kemudian hari,” tutur Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, alumni angkatan pertama Darussunnah, di sela-sela acara wisuda tersebut.

Dalam sambutannya, Gus Zia menyampaikan bahwa Darussunnah butuh alumni, santri, dan masyarakat yang akan menopang keberlanjutan peninggalan almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub. Selama ini Darussunnah telah terbukti melahirkan banyak ulama, tokoh masyarakat, dan penulis yang memperjuangkan ajaran dan perjuangan Nabi Muhammad Saw.

Gus Zia sendiri selain nyantri di Darussunnah, juga pernah nyantri di Pesantren Pandanaran Yogyakarta untuk mendalami Alquran. Sempat juga berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah dan dilanjutkan di Fakultas Hukum Islam di Universitas Islam Madinah. Saat ayahanda Kiai Ali wafat, Gus Zia sedang bersiap-siap untuk melanjutkan studi S2-nya di salah satu perguruan tinggi terkemuka di negeri Paman Sam itu.

Ia tak dapat menghadiri dan menghantar Pak Kiai ke peristirahan terakhirnya. Karena ia harus menyelesaikan kewajiban belajar dan mengajar di Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Center di Maryland Amerika Serikat.

 

Baca Juga: