Menu Tutup

Ini Tradisi Baik Selama Ramadan di Indonesia yang Tidak Dipraktikkan pada Zaman Nabi

DatDut.Com – Dalam bulan Ramadan, usaha untuk meningkatkan amal baik, sendirian maupun mengajak orang lain biasanya lebih mudah. Itu tak lepas dari suasana Ramadan yang memang sakral. Beribadah pun jadi lebih gampang.

Tak hanya sendirian, banyak orang yang mengadakan kegiatan dalam Ramadan dalam rangka menjaga dan meningkatkan amaliyah Ramadan. Sebut saja seperti acara ta’jilan dalam masyarakat jawa. Tak lain isinya adalah sedekah makanan untuk berbuka puasa maupun untuk acara-acara setelah tarawih semisal tadarusan. Mungkin Anda juga sudah tahu dan ikut melakukan 5 tradisi yang diadakan selama Ramadan berikut ini:

[nextpage title=”1. Takjilan”]

1. Takjilan

Tradisi takjilan sebenarnya acara atau kegiatan yang bertujuan memberi suguhan untuk orang berbuka puasa. Lidah jawa kebanyakan mengucapkannya menjadi tajilan. Acara tajilan ini akhirnya meluas bukan hanya suguhan makanan atau minuman untuk mengawali buka puasa. Namun berkembang pula menjadi sedekahan untuk jamaah tarawih. Kadang juga untuk memberi sekadar konsumsi untuk orang-orang yang mengisi acara tadarusan di masjid setiap malamnya.

Takjil banyak juga dijumpai di berbagai masjid besar di kota-kota. Pihak takmir menyediakan menu berbuka puasa sekadarnya, baik disokong dana khusus milik masjid maupun berasal dari kiriman warga sekitar yang telah terjadwal.

Rasulullah Saw. bersabda “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Doa orang yang terdzalimi.” (HR. Tirmidzi, no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396.)

Terkait suguhan makanan selain waktu berbuka, bisa mengikuti keumuman hadis,”Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.

Lantas seorang Arab Baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi Saw. menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan orang yang senantiasa berpuasa, dan orang yang salat pada malam hari di waktu manusia pada tidur,” (HR. Tirmidzi no. 1984).

2. Tadarusan

Tadarusan sudah menjadi tradisi banyak umat islam di Indonesia. Kegiatan ini meningkat pesat ketika momen Ramadan seperti saat ini. sebenarnya tadarusan tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadan, bahkan banyak kelompok-kelompok majlis tadarusan yang mempunyai jadwal rutin tadarusan bersama. Ini biasanya di daerah yang kebetulan banyak orang-orang yang lancar membaca Alquran.

Tadarusan dilakukan dengan membaca Alquran secara bergilir, dengan suara keras dengan atau tanpa mesin pengeras suara. Ketika satu orang membaca, maka yang lain diam menyimak. Imam Nawawi menyebut kegiatan ini dengan istilah Idarah al-Qur’an. Seperti diterangkan dalam at-Tibyan, h. 103:

Berkumpulnya sejumlah orang, kemudian sebagian membaca sepuluh ayat, satu juz, atau pembagian lainnya. Ketika orang tersebut membaca, maka yang lain diam. Kemudian orang lin melanjutkan bacaan dari bagian orang tersebut berhenti. Hal ini baik dan boleh. Imam Malik pernah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, ‘Tidak ada masalah.”

[nextpage title=”3. Kultum Tarawih”]

3. Kultum Tarawih

Selama bulan Ramadan, banyak masjid-masjid yang pada hari biasa sehabis salat tak ada ceramah, selama bulan Ramadan mengadakan tambahan acara. Usai atau sebelum tarawih diadakan ceramah singkat atau biasa disebut kultum (kuliah tujuh menit). Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan dan semakin memperbanyak pahala. Karena momen Ramadan lebih mudah mengajak orang untuk meningkatkan ibadah.

Kegiatan seperti ini tidak lain untuk semakin melengkapi ibadah lainnya seperti membaca Alquran yang dilakukan dengan tadarusan, sedekah makanan dengan acara takjilan dan sebagainya.

[nextpage title=”4. Sedekah Menyambut 10 Hari Terakhir (Maleman/Likuran)”]

4. Sedekah Menyambut 10 Hari Terakhir (Maleman/Likuran)

Selain sedekah dengan takjilan, masyarakat Indonesia banyak yang mengadakan sedekah makanan menjelang malam-malam ganjil pada sepuluh hari terkahir Ramadan. Tradisi ini disebut dengan likuran atau maleman. Artinya sedekah pada malam-malam dua puluh keatas, atau sedekah pada malam ganjil. Tradisi ini juga dalam rangkan meningkatkan amal salih menjelang 10 haru terakhir bulan Ramadan. Sebagaimana yang dilakukan rasulullah Saw.

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ، صَلىَّ الله عليه وسلم، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا َيكوُنْ ُفِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ.

Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan, dan pada bulan ramadhan beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau.” (HR. Bukhari Muslim).

[nextpage title=”5. I’tikaf Lailatul Qadar”]

5. I’tikaf Lailatul Qadar

Untuk mencari dan meraih keutamaan lailatul qadar, banyak masyarakat yang mengadakan acara i’tikaf bersama. Mereka berkumpul pada malam-malam ganjil, mengadakan i’tikaf. Kegiatan itu dilengkapi dengan salat sunah semisal tasbih, hajat, dan tahajud. Kadang dilengkapi dengan ceramah agama ataupun kajian oleh seorang ustaz atau kiai.

Terkait i’tikaf di 10 hari terakhir, memang telah dicontohkan Rasulullah Saw.

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Rasulullah Saw. ketika telah masuk 10 hari terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, dan menghidupkan malam-malam tersebut (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun, kami belum menemukan hadis yang menjelaskan bahwa i’tikaf pada zaman Nabi dilakukan bersama-sama dalam jumlah jamaah yang banyak. Di beberapa masjid di Indonesia, dilakukan kegiatan i’tikaf berjamaah, termasuk di dalamnya penyelenggaraan tahajud secara berjamaah.

Kelima tradisi baik ini, tidak ada contoh langsung dari Rasulullah. Hanya saja para ulama mengambil dalil qiyas dengan apa yang pernah dilakukan pada zaman Nabi.

 

Baca Juga: