Menu Tutup

Ternyata Sebelum Wafat, Nabi Yaqub Justru Mengkhawatirkan Orang Yahudi

DatDut.Com – Nabi Yaqub a.s adalah moyang dari bangsa Yahudi yang dikenal dengan nama Ezza El (Israel) yang berarti ‘hamba Allah’. Nabi Yaqub sendiri merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. dari jalur Nabi Ishaq a.s.

Dalam sejarahnya, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa yang dimuliakan, bangsa yang mendapatkan banyak pertolongan dan anugerah dari Allah Swt. Salah satu ayat di dalam Alquran mengabarkan akan kelebihan bangsa Yahudi tersebut sebagai berikut:

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingat pula) bahwasanya Aku telah mengistimewakanmu atas segala umat,” (QS Al-Baqarah, 47).

Anugerah lainnya yang diberikan kepada bangsa Yahudi adalah banyaknya para nabi yang dipilih dari bangsa ini, di samping itu mereka juga dikenal sebagai bangsa yang cerdas.

Banyaknya kenikmatan serta anugerah dari Allah Swt. tidak menjadikan bangsa Yahudi senantiasa pandai bersyukur kepada Allah. Tetapi sebaliknya, bangsa Yahudi malah menjelma sebagai bangsa yang sombong dan chauvinis. Mereka menganggap bangsa lain di luar mereka adalah bangsa yang rendah dan hina sehingga mereka sangat egoistik serta menolak kebenaran yang datang dari luar golongan mereka.

Karena sikap mereka yang demikian Allah Swt. kemudian menggerakkan bangsa lain datang dan menghukum mereka. Pertama, Yahudi dibantai oleh bangsa Babilonia di bawah kepemimpinan Raja Nebukadnezar. Bangsa Yahudi dihancurkan hingga bangunan-bangunan mereka rata seperti tanah.

Kemudian mereka juga pernah dibumilantakkan oleh bangsa Romawi di bawah kekuasaan Raja Kristen, Titus. Raja ini menganggap bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa dari kaum yang sesat dan harus dihancurkan.

Sikap sombong, merendahkan bangsa lain serta sifat chauvinistik mengantarkan mereka senantiasa membuat kerusakan di mana-mana, sehingga mereka selalu dibenci oleh manusia dan menjadi bangsa yang terusir (diaspora).

Namun berkat kecerdasan, kegigihan hidup, serta pengalaman, mereka tetap mampu bertahan, bangkit dan maju. Tetapi diaspora itu bukan menginsafkan, malah menjadikan mereka dendam dan kalap. Lihat sekarang, bagaimana bangsa Arab (khususnya Palestina) yang dibombardir oleh mereka.

Padahal bangsa Arablah (lewat kekhalifahan Islam) dulunya yang menyelamatkan mereka dari kepunahan akibat diaspora, karena saat itu mereka sudah dibenci oleh hampir setiap negara di dunia. Saat ini, bahkan ditengarai setiap ada huru-hara di dunia dalangnya tidak lepas dari adanya campur tangan melalui kaki tangan atau sekutu dari Israel yang Yahudi. Allah Swt. berfirman, “Mereka (Yahudi, selalu) berbuat kerusakan di muka bumi,” (QS Al-Maidah, 64).

Sikap kalap bangsa Yahudi tidak cukup hanya kepada umat manusia, bahkan kekalapan bangsa Yahudi ditunjukkan dengan sikap beraninya kepada Tuhan. Alquran mengabadikan seperti apa sikap berani bangsa Yahudi ini, “Sesungguhnya Allah fakir dan kami adalah kaum yang kaya,” (QS Ali Imran, 181), serta perkataan mereka, “Tangan Allah itu terbelenggu,” (QS Al-Maidah, 64).

Nabi Yaqub dan Kekhawatirannya terhadap Orang Yahudi

Sebagai manusia pilihan yang mendapatkan keistimewaan dari Allah Swt. di samping juga sebagai orangtua, Nabi Yaqub tahu betul sifat dan perilaku yang ada pada anak dan keturunannya, bangsa Yahudi. Maka ketika Nabi Yaqub mendekati kematiannya, ketika Malaikat Izrail sudah mengabarkan akan waktu kepulangan menghadap Rabb-nya, Nabi Yaqub memanggil semua anak-anak dan keturunannya.

Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya,” (QS. Al-Baqarah, 133)

Ada kekhawatiran dalam diri Nabi Yaqub sehingga ia memanggil anak-anak dan keturunannya. Nabi Yaqub bukan tidak yakin dengan anugerah yang diberikan Allah kepada anak-anak dan keturunannya yang akan mengantarkan bangsa Yahudi menjadi bangsa mulia dan bermartabat.

Tetapi anugerah Allah itu harus benar-benar dijaga secara amanah dan tetap dalam kepatuhan serta ketundukan diri kepada Allah. Tidak sombong dan tidak semena-mena kepada sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.

Seperti yang banyak diketahui bahwa bangsa Yahudi merupakan bangsa yang dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata, baik itu IQ verbal maupun nonverbal. IQ verbal adalah prasyarat pokok seseorang mencapai kesuksesan kerja serta mobilitas maju, lebih-lebih pada masyarakat modern seperti sekarang. Itulah salah satu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Yahudi. Saat ini tidak aneh jika dalam sebuah penelitian, bangsa Yahudi menjadi masyarakat elit.

Menjelang kematian Nabi Yaqub, pada ayat 133 surah al-Baqarah seakan-akan Nabi Yaqub tidak bangga dengan kecerdasan dan kekayaan yang dimiliki dan yang akan dimiliki oleh anak keturunannya jika di dalamnya tidak ada Allah. Dengan kata lain, sebuah kekhawatiran jika segala keberhasilan dan pencapaian yang didapatkan bangsa Yahudi semata-mata karena jerih payah mereka sendiri tanpa ada intervensi Allah Swt.

Saat itu Nabi Yaqub cukup senang atas jawaban dari anak-anak dan keturunannya. Mereka sepakat bahwa mereka tetap berperilaku seperti apa yang sudah Nabi Yaqub ajarkan kepada mereka. Mereka akan tetap menyembah Allah Tuhan yang Esa. “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya,” (QS Al-Baqarah, 133).

Watak bangsa Yahudi ternyata tidak berubah. Dengan kecerdasan dan kekayaan yang dimiliki sudah barang tentu bangsa Yahudi mampu menggalang berbagai sumberdaya terbaik guna menguasai media informasi demi memantapkan kelanggengan kepentingan bisnis mereka, politok, ekonomi, dan hukum.

Tetapi kekuasaan mereka atas ekonomi, politik, dan hukum cenderung dipergunakan untuk menciptakan huru-hara, kejahatan, dan kebencian kepada manusia. Mereka bersedih apabila melihat bangsa lain bahagia, dan bahagia melihat bangsa lain menderita. Contoh yang paling nyata adalah kemelut Arab oleh Yahudi melalui Amerika Serikat serta penjajahan Palestina saat ini.

Karena tabiat mereka yang demikian, maka mereka banyak dibenci dimana-mana. Oleh sebab itu, menurut pandangan Quraish Shihab, orang-orang Yahudi sebenarnya tidak bahagia meskipun mereka kaya raya. Secara psikologis hidup orang-orang Yahudi menderita, sebab setiap saat mereka merasa dikelilingi musuh. Mereka tidak akan pernah merasa nyaman dan tentram. Tindak-tanduk mereka banyak yang dikecam oleh masyarakat dunia.

Sebagai pelajaran, mengenali sifat buruk seseorang, maka akan terhindar dari bahaya buruk orang tersebut. Mengenali sifat-sifat orang Yahudi, maka selayaknya selalu waspada atas setiap tipu dayanya. Mereka adalah bangsa yang selalu menginginkan keburukan atas orang lain dan memalingkannya dari kebenaran.

Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran,” (QS Al-Baqarah, 109).

Pelajaran lainnya bahwa apa pun kepunyaan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang bukanlah merupakan sesuatu yang bisa dibanggakan apabila pada dirinya tidak ada Allah. Bisa mungkin, keahlian atau kepunyaan yang ada pada seseorang menjadi alat yang mengantarkannya kepada murka Allah karena ketakaburannya atas keahlian atau atas sesuatu yang milikinya.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *