Menu Tutup

Terkait Hari Ibu, Ini 5 Bukti Islam Muliakan Perempuan sebagai Tulang Punggang Kemajuan Peradaban

DatDut.Com – Perayaan Hari Ibu itu berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Di Mesir, misalnya, Hari Ibu dilaksanakan setiap tanggal 21 Maret. Hari Ibu ini pertama kali diperkenalkan Jurnalis Mesir, Mustafa Amin, dalam bukunya, Smiling America, seperti dikutip Parenting.co.id.

Sementara itu, Indonesia menjadikan 22 Desember sebagai Hari Ibu. Penetapan ini sesuai keputusan Presiden Soekarno. Ketetapan tersebut berdasarkan Kongres Perempuan Indonesia pertama kali diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928.

Ini bukti penghormatan Bangsa Indonesia terhadap perempuan. Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia juga mengajarkan dan membuktikan bahwa perempuan itu sangat mulia.

Pengasuh Pondok Pesantren al-Mizan, Majalengka, Maman Imanul Haq, menuliskan catatatan terkait Hari Ibu. Menurutnya, Islam itu agama yang sangat menghargai memuliakan perempuan.

“Seseorang yang berkesimpulan bahwa Islam itu agama yang mengajarkan kekerasan terhadap perempuan, maka ia telah melakukan kebohongan pada ibunya dan Allah Swt,” tegas pria alumni Pesantren Baitul Arqom ini. Berikut pernyataan Kiai Maman dalam Facebook-nya yang saya sarikan menjadi 5 poin.

1. Surah al-Nisa

Menurut Kiai yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini, mengatakan bahwa Alquran dalam 114 surahnya tidak pernah menyebutkan sama sekali surah Ar-Rijal yang berarti laki-laki. Sementara itu, Alquran justru menyebutkan surah An-Nisa yang berarti perempuan.

Ibnu Asyur dalam at-Tahrir wat-Tanwir menyebutkan mengapa surah An-Nisa dinamakan demikian. Karena dalam surah tersebut mencakup banyak hukum Islam yang berkaitan dengan perempuan, di antaranya mahar perempuan, hukum waris perempuan, dan lain sebagainya.

2. Nabi Larang Sakiti Perempuan

Salah satu bukti bahwa Islam itu memuliakan perempuan, menurut Kiai Maman, itu sabda Nabi Muhammad Saw., “Aku berwasiat pada kalian agar berbuat baik pada perempuan. Karena perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Sesuatu yang bengkok bila Anda paksakan untuk lurus, maka akan patah. Begitu juga dengan perempuan.” (HR Bukhari).

Menurut Kiai Maman, pesan berbuat baik pada perempuan itu diulang sebanyak 3 kali pada saat Nabi menyampaikan khtubah perpisahan (wada’). Nabi mengajarkan kita untuk selalu berbuat bijak dan baik pada ibu, istri, dan anak perempuan kita. Terjadinya banyak perceraian suami dan istri bisa jadi dikarenakan faktor suami yang tidak dapat memahami istrinya dengan baik.

3. Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Asal kata perempuan itu empu, yang diimbuhi pe- dan -an. Kata empu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti, gelar kehormatan dan orang yang sangat ahli. Kedua arti kata empu memiliki konotasi positif yang menandakan penjujungan tinggi terhadap derajat perempuan.

Karena itu, Kiai Maman Imanul Haq menyitir hadis Nabi yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Artinya, kenikmatan akhirat di surga tidak dapat diperoleh tanpa rida dan restu dari kedua orangtua, khususnya ibu (Baca: 5 Orang yang Tak Pernah Sukses).

4. Perempuan yang Pertama Beriman

Kiai Maman Imanul Haq juga menyebutkan bahwa orang yang pertama kali mengimani ajaran yang Nabi Muhammad Saw. sampaikan justru perempuan, yaitu Ibunda Khadijah.

Menurut Imam Abu Bakar bin al-‘Arabi yang dikutip Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari Khadijah itu perempuan termulia di muka bumi ini. Selain itu, Kiai Maman juga menyebutkan bahwa yang pertama kali menginjakkan kaki di Masjidil Haram itu perempuan, yaitu ibnuda Hajar, istri Nabi Ibrahim a.s.

5. Perempuan yang Pertama Syahid

Sumayyah bin Khuyath adalah perempuan yang mati syahid karena mati dibunuh. Ibu Amar bin Yasir ini, menyatakan masuk Islam sejak di Nabi masih berada di Mekah. Abu Jahal yang tahu bahwa Sumayyah telah masuk Islam pun marah besar.

Sumayyah tidak gentar untuk tetap menyatakan setia pada Islam walaupun nyawanya melayang. Abu Jahal pun geram dan membunuh Sumayyah dengan ditusukkan benda tajam ke kemaluannya, padahal saat itu Sumayyah sudah nenek-nenek. Nah, kejadian ini dicatat dalam sejarah bahwa Sumayyah itu perempuan pertama yang mati syahid, seperti diceritakan Ibnu Sa’d dalam at-Thabaqat al-Kubra

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *