Menu Tutup

Mereka yang Suka Sekali Mentahdzir Orang Lain

DatDut.Com – Mentahdzir (memperingatkan) itu bagus, karena tahdziran itu bagian dari nasihat. Bukankah agama adalah nasihat? Tapi itu pun kalau tahdzirannya terkait dengan akidah atau hal-hal ushul yang disepakati oleh semua ulama.

Nah, bagaimana kalau tahdzirannya hanya soal manhaj yang tak sama, apalagi hal yang belum disepakati banyak ulama? Apa malah tidak terjerumus pada sikap memonopoli kebenaran untuk kelompok sendiri dan menolak kebenaran dari kelompok lain.

Satu lagi, zaman dulu tahdziran itu dilakukan oleh ulama yang ilmunya jauh di atas orang yang ditahdzir. Yang boleh mentahdzir hanya ulama yang memenuhi kualifikasi ilmu yang mendalam (mutabahhir), kesalehan paripurna, paham jarh wa ta’dil, paham ilmu muqaranah mazhahib (perbandingan mazhab).

Coba perhatikan orang-orang yang gemar mentahdzir belakangan ini? Pada level apakah mereka? Sudahkah mereka sampai di level orang yang boleh mentahdzir? Jangan-jangan justru iri dan dan hasad ada orang yang lebih terkenal dan perasaan tersaingi, yang justru melatarbelakangi tahdziran mereka.

Ternyata orang-orang yang gemar mentahdzir itu pula yang gemar melarang orang bermazhab. Anehnya orang-orang itu selalu meributkan manhaj orang. Saya jadi bingung. Jangan-jangan mereka ini belum paham betul perbedaan dan persamaan manhaj dan mazhab.

Mereka juga suka sekali melarang-larang  orang taklid, tapi yang diagung-agungkan selalu ulama tertentu. Ulama yang tak semanhaj selalu disalahkan. Hanya ulama semanhajnya yang dianggap selalu benar. Jangan-jangan makna taklid, dia juga belum paham. Karena yang dipraktikkannya sesungguhnya adalah taklid buta.

Mereka juga selalu mengajak untuk hanya kembali kepada Alquran dan Sunnah. Tapi pemahaman soal Alquran dan Sunnah justru diambil dari ulama-ulama sefikrah dan semanhaj dengannya. Lalu, apa bedanya dengan kelompok lain yang juga ambil pendapat ulama untuk memahami Alquran dan Sunnah?!

Di sinilah saya rasa kita perlu membiasakan melihat halaman orang. Jangan cuma melihat halaman rumah sendiri. Kadang rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita. Jangan menjadi katak dalam tempurung. Kadang-kadang menengok dan menyelami sudut pandang orang lain itu penting. Semoga mereka tidak cuma gemar mentahdzir orang lain, tapi juga berani mentahdzir diri sendiri.

Baca Juga:

1 Comment

  1. Ali Nuri

    Nasihat yang baik untuk para pentahdzir. Tapi sptnya dunia Islam dari zaman dulu sampai nanti selalu menunjukkan bahwa memaafkan yang salah, memaafkan org bodoh, meminta maaf jika salah, meminta maaf sudah berlaku bodoh, adalah sikap yang harus senantiasa dimiliki oleh seorang muslim agar semua baik-baik saja. Sudah sejak zaman para shahabat dicontohkan karakter-karakter spt itu. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita semuanya. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *