DatDut.Com – Rupanya Aksi 212 yang menggerakkan sekitar 7 jutaan lebih itu tetap saja ada yang nyinyir. Ciri orang nyinyir gampang. Ia selalu melihat sisi negatif dari sesuatu. Nah, bila yang bersangkutan sudah berkali-kali melakukan hal yang sama, itu berarti sudah jadi hobi. Kalau tidak jadi hobi, ya profesi.
Watak nyinyir ini ternyata tidak hanya dihinggapi oleh orang awam, tapi juga orang terpelajar. Nah, untuk yang terpelajar, patut diduga kenyinyiran permanen terhadap suatu isu disebabkan karena ada agenda tersembunyi di belakangnya atau agendanya terganggu oleh suatu peristiwa yang dinyinyirinya.
Tak jarang juga kenyinyiran itu terkait dengan komitmen terhadap satu pihak tertentu karena telah diberi atau dijanjikan fasilitas, kemudahan, jabatan, dan keuangan. Ia disandera oleh pihak-pihak yang telah memberi atau menjanjikan itu untuk terus nyinyir.
Orang terpelajar biasanya pintar berkelit ketika sudah mulai terbongkar sisi “negatif” dari kenyinyirannya. Ia ngeles begitu rupa agar seolah-olah dia tidak disebut nyinyir. Biasanya pakai jurus “otokritik”, “membela minoritas”, “mendukung kebhinekaan”, dan sederet jargon omong kosong lainnya. Ia melupakan atau mengabaikan dampak kenyinyirannya itu.
Nah, dalam konteks itulah saya menanggapi twitan “nyinyir” dari seorang yang namanya ada dalam foto utama tulisan ini. Berikut beberapa tanggapan saya untuk yang menulis twitan ini, yang kemarin saya posting di akun FB saya:
1. Ini twitan penuh kesombongan. Saya selalu hilang respek pada siapa pun yang kelewat sombong. Dan, saya sering sekali berdebat dengan orang-orang model begini.
Yang mengejutkan saya, ternyata orang-orang model begini ketika debat di alam nyata, juga gak sekeren yang saya bayangkan sebelumnya. Di alam maya pun ketika dicecer argumen, kadang belepotan dan ngawur juga.
2. Twitan ini sepertinya ekspresi keputusasaan karena kehabisan kenyinyiran. Bagaimana bisa orang yang katanya terpelajar, menilai orang jutaan dengan penilaian generalisasi berdasarkan foto atau video yang ada di media, tanpa merasakan atmosfernya dan bertemu orang-orang yang terlibat di dalamnya. Menyedihkan.
3. Saya merasa twitan ini berisi ujaran kebencian dan provokasi. Nah, kalau ada orang yang marah lalu keceplosan mencaci atau membully, ya jangan kolokan lalu menyalah-nyalahkan yang membully. Wong yang memprovokasi duluan juga siapa.
4. Sepertinya hadis yang dimaksud ini:
قال صلى الله عليه وسلم: (يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَتَدَاعَى الأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا، قُلْنَا: مِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: لا، أَنْتُم يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، يَنْزَعُ اللَّهُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ، قِيلَ: وَمَا الْوَهَنُ؟ قَالَ: حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ) رواه أبوداود
Kalau memperhatikan konteks hadisnya, justru mengarah pada orang-orang model penulis twitan ini. Orang-orang yang membiarkan umat Islam diinjak-injak harga dirinya. Tak berbuat apa-apa, malah justru nyinyir saja. Memberi peluru pada musuh-musuh Islam untuk menembaki umat Islam. Jadi, konteks hadis diperkosa begitu saja untuk memuaskan syahwat kenyinyirannya.
5. Tak perlulah merasa pintar sendiri atau hebat sendiri. Sekarang orang berilmu banyak. Orang terpelajar banyak. Yang profesor juga sudah seabrek-abrek. Lulusan luar negeri juga pun segudang. Yang ngajar di luar negeri juga sudah gak kehitung. Dan tadi saya banyak ketemu mereka di lokasi aksi.
O iya, bukankah tanda kealiman adalah ketawaduan? Bukankah puncak keberilmuan justru terletak pada kearifan dan kerendahhatian.
Semoga Allah Swt. membawa penulis twitan ini ke jalan kebenaran. Semoga Allah Swt. menyadarkan kesombongan dan kepongahannya.
- ADDAI Akan Anugerahkan Sejumlah Penghargaan Bergengsi untuk Dai dan Program Dakwah di TV - 18 November 2023
- Pengumuman Kelulusan Sertifikasi Dai Moderat ADDAI Batch 3 - 2 September 2023
- ADDAI Gelar Global Talk Perdana, Bahas Wajah Islam di Asia Tenggara - 7 Oktober 2022