Menu Tutup

Syarif Hade: Kok Tak Ada Permintaan Maaf dalam Klarifikasi Nadirsyah Hosen?

DatDut.Com – Setelah twitan Nadirsyah Hosen (NH) pada 2 Desember lalu, memancing kemarahan umat Islam, khususnya peserta Aksi 212, beberapa waktu lalu penulis twitan itu membuat klarifikasi di blog pribadinya.

Meskipun telah menulis klarifikasi, namun banyak pihak justru menganggap klarifikasi itu tidak menunjukkan kearifan NH sebagai orang terpelajar. Dalam klarifikasi itu sama sekali tak ada permintaan maaf dari NH.

Padahal twitannya jelas-jelas membuat banyak pihak tersinggung, karena menganggap umat Islam yang jumatan di Monas sebagai buih tak berkualitas. Klarifikasi ini pula yang lagi-lagi membuat publik bereaksi. Salah satunya Syarif Hade yang setelah beredar cuitan itu langsung bereaksi keras.

“Saya sudah membaca klarifikasi seorang yang menulis twitan buih di 2 Desember. Yang aneh sekali bagi saya, tak ada satu kalimat pun permintaan maaf dari ybs sesudah melukai perasaan sekian juta orang,” tulis Syarif di status FB-nya.

Menurut Syarif, banyak kata-kata dalam cuitan itu yang jelas-jelas peyoratif dan provokatif. Kalimat “buih tak berkualitas, seolah banyak, dan kerumunan di Monas” jelas menyakitkan.

Syarif meyayangkan di klarifikasi itu dia justru malah menangkap penjelasan yang seolah-olah ingin menghebatkan NH. Seperti tak ada penyesalan apa pun, meskipun sudah menyakiti.

“Dia malah menyebut-nyebut langkah taktis dan strategis. Yang saya bingung, masa langkah taktis dan strategis itu dilakukan dengan nyinyir? Tentu twitan kenyinyiran itu jelas kontraproduktif dan seperti tak memahami psikologi peserta aksi yang sedang berjuang menuntut keadilan,” tulis Syarif lagi.

Yang aneh bagi Syarif, dia justu malah mencari pembenaran kenyinyirannya itu dengan menyebut-nyebut pernyataan Pak Haedar Nashir. Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyebut agar umat tidak hanya demo, tapi juga punya perhatian pada pendidikan dan ilmu pengetahuan.

“Pertanyaannya, mengapa umat tidak marah pada Pak Haedar Nashir? Jawabannya karena kalimat Pak Haedar Nashir tidak peyoratif apalagi provokatif,” lanjut Syarif.

Di akhir tulisannya, Syarif menegaskan bahwa kritik kerasnya dalam rangka mengingatkan yang bersangkutan agar tidak kelewatan. “Saya kritik keras seperti ini bukan karena saya benci, tapi karena memang sudah kelewatan dan harus diingatkan,” pungkasnya.

Syarif Hade sendiri selain dikenal sebagai penulis buku yang produktif, juga aktif dalam kegiatan pemberdayaan anak muda dalam peningkatan literasi media. Ia dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Doktor Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *