Menu Tutup

Surat Terbuka untuk Maaher alias Sony Bunglon yang Kemarin Sok-sokan Membully Nusron Wahid

DatDut.Com – Teman-teman salafinya memanggilnya “Sony”. Ada juga yang menjulukinya “Si Bunglon”. Ada lagi bahkan yang menggelarinya “hubbuzh-zhuhur” (senang cari sensasi untuk terkenal). Tapi kemana-mana dia senang dengan nama “Maaher At Thuwailibi”. Kadang ditambahkan juga kunyah “Abu Husein.

Bila menelusuri jejaknya di medsos dan media online termasuk di Youtube, Si Sony ini memang senang cari sensasi. Ia banyak berkonflik dengan banyak orang, termasuk dengan sesama salafi.

Dalam konflik-konflik itu terlihat sekali ia tak memiliki adab, akhlak, dan ilmu yang cukup. Tapi memang kentara kalau dia melakukan itu semua untuk mencari sensasi agar bisa terkenal. Maka, teman-teman salafinya menyebutnya “musykilah dzalikar rajul” (lelaki dengan banyak masalah).

Julukan ini diberikan padanya karena banyaknya masalah yang melibatkannya. Ternyata Sony juga yang beberapa waktu lalu menganiaya Syaikh Idahram di Bogor, yang beritanya sempat heboh juga. Dia juga sering seenak sendiri menyerang orang. Tapi, teman-teman salafinya yang tahu kelakuan buruknya itu, menjulukinya sebagai “pendusta”.

Beberapa hari ini namanya tiba-tiba sedikit wiri-wiri di beranda fesbuk. Ini lantaran ia seperti sengaja mendompleng momen dalam kasus Ahok dan Nusron. Dia membuat sensasi dengan menyebut Nusron sebagai (maaf) “anjing”, Ahok pantas dibunuh, dan sensasi-sensasi lainnya.

Salah satu yang sensasional adalah ketika dia memposting screenshot percakapan Whatsapp (WA) dengan Nusron Wahid. Dia juga memposting puisi yang diberinya judul “PUISI KU UNTUK PARA PEMBELA AHOK”.

Soal screenshot percakapan WA dengan Nusron, ternyata bukan miliknya. Dia dikomplain oleh akun FB Anshari Taslim, yang menyebut percakapan itu percakapan WA Irfan Noviandana dan Nusron (meskipun ini juga perlu dikroscek kebenarannya. Jangan-jangan ini percakapan imajiner saja), bukan percakapan Si Sony alias Maaher dengan Nusron. Tapi ia pakai itu untuk cari sensasi seolah-olah dia yang berkomunikasi dengan Nusron.

Kebiasaan buruk si Sony menjiplak dan mendompleng karya orang juga terjadi pada postingan puisi itu. Ternyata puisi yang dipostingnya itu bukan karya sendiri. Ia bahkan mengubah judul puisi tersebut, yang aslinya berjudul “Liberal Itu Memalukan”. Ia juga menambahkan satu bait. Dan, semua itu dilakukan tanpa izin dari penulisnya.

Penulis asli itu, sastrawan Syarif Hade, langsung menanggapi tindakan memalukan dan tak beretika dari Maaher alias Sony Bunglon itu dengan membuat surat terbuka yang diberinya judul “Surat Terbuka untuk Maaher At Thuwailibi tentang Puisi Saya yang Diakui sebagai Puisinya”. Berikut isi lengkap suratnya:

Wah, jangan begini dong caranya!! Ngaku ustad tapi begitu kelakuannya!! Ini namanya menghalalkan segala cara untuk meraih popularitas. Apa bedanya antum dengan Nusron yg antum kritik-kritik itu?!!

Kalau bukan puisi sendiri jangan diaku-aku sebagai “PUISI KU”!! Malu dan jangan mempermalukan diri sendiri. Masa hanya dengan menambahkan ” Wallahi…Sungguh Menjijikkan”, antum sudah mengklaim itu puisi antum. Ini sungguh salah satu penanda antum kurang adab juga. Antum menikmati popularitas dengan mengambil hak orang dan senang dengan pujian orang-orang yang komen dan share atas puisi yang antum akui sebagai “PUISI KU” itu. Jadi saya ngeri juga dengan orang-orang seperti antum ini.

Syarif Hade itu nama pena saya. Nama lengkap saya Moch. Syarif Hidayatullah. Nama saya memang antum tulis di puisi itu di bagian akhir puisi itu, padahal aslinya ada di atas setelah judul. Ketika judulnya diubah dan nama saya diletakkan di akhir, membuat pembaca berasumsi itu puisi karya antum. Setidaknya dari komen-komen yang saya baca di postingan antum, hampir semua pembaca postingan antum soal puisi itu adalah karya antum.

Untuk anda tahu, saya sendiri yang menulis puisi itu dengan penuh amarah pada kaum liberal. Saya menulis sendiri puisi itu dengan harapan yang besar agar tak banyak orang terliberalkan dan menganggap mereka murni akademisi, tak ada misi dan pretensi.

Tapi, saya juga tidak suka cara-cara antum meraih popularitas seperti ini. Istighfar! Jangan halalkan segala cara untuk populer. O iya, judul puisinya jangan diganti. Puisi itu judulnya: “LIBERAL ITU MEMALUKAN”, bukan ” PUISI KU UNTUK PARA PEMBELA AHOK’.

Terakhir, malulah pada busana yang kau kenakan. Menampilkan diri seperti ulama dengan jubah dan serban kebesaran, tapi beradab tak seperti ulama. Tolong buat pernyataan terbuka bahwa itu bukan puisi antum, tapi puisi saya.

Saya tunggu itikad baik antum. Kalau sampai pada batas waktu tertentu tak juga antum buat pernyataan terbuka, biarlah publik yang akan menilai sendiri siapa antum.

Salam,
Syarif Hade, penulis puisi “Liberal Itu Memalukan”

NB: 1. Tulisan saya sudah sering sekali dijiplak dan diplagiat begini. Jadi beginilah cara saya mengingatkan para penjiplak agar tak terbiasa mengambil hak orang demi keuntungan sendiri. Semoga dia paham maksud saya.

2. Yang berteman dengan FB atau medsos ybs, tolong bagikan Surat Terbuka ini pada ybs.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *