DatDut.Com – Masih ingat ramainya saling silang tentang banner yang bertuliskan anjuran menghormati yang tidak puasa? Ya, banner tersebut sukses mengundang berbagai komentar, dukungan, bahkan ejekan dan berbagai sindiran dalam bentuk meme dan sejenisnya. Bahkan, banner yang bertuliskan “Untuk Kualitas Puasa Yang Super, Hormati yang Tidak Puasa,” bisa diseret oleh pihak pembenci pemerintahan Jokowi menjadi bahan tertawaan baru.
Di tengah ramainya perbincangan soal hormat-menghormati, spanduk yang fotonya diunggap oleh FP NU Garis Lurus itu juga dijadikan bahan untuk mem-bully NU. Karena diunggah pertama kali oleh FP yang sudah terkenal sering membuat berita melecehkan, menghina, dan merendahkan kalangan petinggi NU, maka banyak pula yang meragukan kebenarannya. Tetapi mau tak mau foto spanduk itu menjadi berita viral di medsos.
Maka beredarlah berbagai versi foto lain yang beride dasar dari ungkapan menghormati yang tidak puasa. Karena memang terdengar aneh dan nyleneh, ungkapan ini menjadi ejekan banyak orang. Bagaimana bisa orang yang puasa, yang jelas-jelas melaksanakan perintah agama, kok diminta menghormati orang-orang yang melanggar kewajiban berpuasa. Tentunya pengecualian bagi yang tidak puasa dari kalanagan wanita berhalangan dan para musafir.
Spanduk “Hormati yang tidak puasa,” sukses mengundang pro-kontra. Banyak orang yang berkomentar mendukung, banyak pula yang mencela. Kebanyakan yang pro menganggap spanduk itu biasa-biasa saja. Karena selama ini memang sudah umum di masyarakat, penjual makanan dan warung-warung makan yang tetap buka, biasanya memasang penutup. Dengan berbaik sangka, para pembelinya dimungkinkan sebagai orang yang berhalangan atau boleh tidak puasa semisal kalangan musafir, wanita, dan non muslim.
Sedangkan kalangan yang kontra dan mencela, menganggap spanduk itu berlebihan. Toleransi yang kelewat batas dan terkesan mendukung kalangan yang melanggar perintah kewajiban berpuasa ramadan. Kalangan Muslim tertentu dan kritis menyudutkan pihak NU yang memasang spanduk aneh itu.
Riuh hormat menghormati semakin seru dengan munculnya klarifikasi dari salah satu FP terkait spanduk Ramadan itu. Komunitas Islam Nusantara (KIN), mengunggah spanduk lain yang diklaim sebagai spanduk asli dari versi yang telah beredar semingguan sebelumnya. Postingan itu juga dibumbui kalimat yang menyerang balik pihak-pihak yang dianggap menyebarkan berita dan foto hoax alias editan.
Dalam keterangannya, admin FP KIN menjelaskan bahwa spanduk asli adalah buatan NU Kalijudan bekerjasama dengan Polrestabes Surabaya. Penyebaran spanduk Ramadan bertema saling menghormati dilakukan dalam rangka mengajak masyarakat Surabaya untuk meningkatkan kualitas puasa yang lebih tinggi. Tulisan dalam spanduk itu anara lain bertuliskan “Untuk Kualitas Puasa Yang Super, Harus Saling Menghormati”.
Di akhir tulisan admin menambahkan “Namun kemudian ada yang membuat keruh suasana dengan tebar foto editan. Bandingkan yang asli dan yang editan.”
Dua foto yang diposting. Spanduk pertama, yang diklaim asli bertuliskan: “Untuk Kualitas Puasa Yang Super, Harus Saling Menghormati”. Di bawahnya ada foto spanduk yang lebih dulu viral bertuliskan, “Untuk Kualitas Puasa Yang Super, Hormati Yg Tidak Puasa”.
Hingga tulisan ini dibuat, status tersebut telah lebih 700 kali dibagikan pengguna FB dengan berbagai komentar tambahan. Tudingan balik kepada pihak-pihak ant- NU kebanyakan menghiasi komentar mereka.
Sementara, dalam postingan itu sendiri, banyak orang yang turut mengomentari dan mencoba menganalisis mana yang asli dan mana yang palsu diantara kedua spanduk. Lebih dari 200 komentar utama menanggapi kedua foto tersebut. Belum lagi komentar balasan dalam satu komentar, ada yang mencapai 60 balasan. Mulai dari tanggapan biasa, memaki-maki pihak pengedit, analisis, dan sebagainya. Di antara sekian komentar itu, saya tertarik mengutip 3 di antaranya:
Salah satu akun FB bernama Fajar Syamsurya Alam, mengaku sebagai desaigner menyimpulkan bahwa kedua foto tersebut sama aslinya. Hal ini didasarkan pada perbedaan ukuran font, logo kepolisian dan suasana pengambilan gambar yang berbeda. “Mungkin karena banner yang bawah mengundang persepsi negatif, akhirnya diganti dengan yang atas. Wallahu a’lam,” simpulnya.
Hal senada disampaikan akun FB Defrino Maasy yang juga mengaku sebagai desaigner grafis. “Mata saya sudah terlatih dalam menganalisa dan menelaah foto manipulasi dan asli,” tulisnya di ujung komentar.
Yang agak mencengangkan, adalah komentar dari akun FB Ardipengen Numpakvespa yang mengaku sebagai warga Surabaya dan rumahnya dekat dengan lokasi pemasangan banner atas spanduk tersebut. Ia menulis, “Ini foto ada di sebelah rumah saya dan memang benar banner yang bawah paling pertama dipasang. Dan setelah 3 hari puasa baru diganti dengan banner yang atas. Terimakasih.”
Nah, demikian kehebohan klarifikasi spanduk “Hormati yang tidak puasa.” Mungkin Anda ingin turut menganalisis?