DatDut.Com – Perlawanan tanpa henti dan pantang menyerah terhadap para penjajah di bumi Indonesia kerap ditunjukan oleh para pahlawan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Tidak jarang mereka harus mengorbankan harta dan nyawa mereka demi tercapainya kebebasan. Mereka tak gentar meski harus diasingkan oleh pihak penjajah karena dianggap berbahaya dan mengancam kekuasaanya.
Soekarno diasingkan oleh pihak Belanda karena sering melakukan tindakan subversif terhadap pemerintah. Ia diasingkan ke Pulau Ende Flores, setelah melakukan tindakan provokatif dengan menyebarkan risalah yang berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka” dan dimuat oleh koran Pikiran Rakyat. Risalah ini terbagi menjadi 10 bagian, risalah yang ditulis Soekarno ini berisikan sebab-sebab dan cara untuk menggapai kemerdekaan.
Risalah yang tersebar ini tentunya mengancam eksistensi pemerintah Belanda. Isinya penuh dengan intrik yang membangunkan semangat masyarakat untuk merdeka. Karena tindakannya inilah Soekarno kemudian diasingkan ke Pulau Ende Flores bersama istri, anak, dan kedua pembantunya.
Soekarno dan keluarga harus menempuh perjalanan yang jauh. Mereka harus melewati rute Bandung menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kemudian menumpangi kapal Jan van Riebeeck menuju Flores dan sampai di Ende pada 17 Februari 1934.
Mereka harus berlayar di lautan selama delapan hari untuk mencapai Ende. Soekarno dan keluarganya tinggal disebuah rumah tua di Ambugaga, dan perlu diketahui bahwa Ende adalah sebuah kampung nelayan yang mempunyai penduduk sebanyak 5000 orang.
Di Pulau Ende Soekarno dilarang melakukan kegiatan politik oleh Pemerintah Belanda. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk tetap bergaul dengan masyarakat sekitar dan dengan para Misionaris Katolik.
Selama di pengasingannya ini Soekarno juga mulai giat dan tekun belajar Islam dengan membaca buku-buku keislaman. Hal ini tergambar dari surat-surat yang dia sampaikan kepada A. Hassan di Bandung. A. Hassan sendiri merupakan pendiri Persatuan Islam (Persis).
Ada hal yang perlu dicatat di sisi. Gagasan dasar negara yang kemudian kita kenal dengan Pancasila ternyata terlahir di pulai ini. Soekarno suatu kali berkata, “Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.”
Gagasan yang lahir di Ende itu terdiri dari kebangsaan, internasionalisme atau perikemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa. Lima poin ini kemudian disampaikan oleh Soekarno pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
Selama pengasingannya ini Soekarno tidak pernah berhenti berjuang melawan penjajahan, meskipun disulitkan oleh keterbatasan akses informasi dan komunikasi dari teman-teman seperjuangannya di luar Pulau Ende. Dalam keterbatasan ini tak pernah hinggap sedikit pun kata menyerah di dalam benak Soekarno.
- Pengumuman Kelulusan Sertifikasi Dai Moderat ADDAI Batch 3 - 2 September 2023
- ADDAI Akan Anugerahkan Sejumlah Penghargaan Bergengsi untuk Dai dan Stasiun TV - 18 November 2022
- ADDAI Gelar Global Talk Perdana, Bahas Wajah Islam di Asia Tenggara - 7 Oktober 2022