Menu Tutup

Mau Tahu Sisi Kewalian Gus Miek? Ini 5 Bukti Karamahnya

DatDut.Com – Setelah melihat banyak aspek dalam kehidupan Gus Miek, tibalah saatnya kita untuk tahu sisi kewalian beliau. Terlepas ada orang yang tidak mempercayainya, tapi kejadian-kejadian luar biasa dari seorang saleh memang disebutnya karamah. Sebagai seorang wali yang jadzab (nyeleneh), tentulah Gus Miek memiliki beberapa karamah yang kadang sulit diterima akal orang kebanyakan. Setidaknya berikut ini 5 karamahnya:

1. Laut di Mulut

Suatu ketika Gus Miek pergi ke diskotik, di sana bertemu dengan pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras. Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek.

Salah satu dari mereka kenal Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek, ”Gus, kenapa sampean ikut minum bersama kami? Sampeyan kan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh agama?” Lalu Gus Miek menjawab “Aku tidak meminumnya! Aku hanya membuang minuman itu ke laut!”

Hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan, Gus miek angkat bicara. “Sampeyan semua gak percaya kalau aku tidak meminumnya tapi membuangnya ke laut!?”

Sejurus kemudian, Gus Miek membuka lebar mulutnya, lalu mereka semua terperanjat kaget di dalam mulut Gus Miek terlihat laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang ke laut. Saat itu juga mereka diberi hidayah oleh Allah untuk bertobat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama.

2. Ditakuti Macan

Ketika Gus Miek baru mulai bisa merangkak, saat itu ibunya membawa ke kebun untuk mengumpulkan kayu bakar dan panen kelapa. Bayi itu ditinggalkan sendirian di sisi kebun, tiba-tiba dari semak belukar muncul seekor macan. Spontan sang ibu berlari, lupa bayinya. Begitu sadar, sang ibu kemudian balik mencari anaknya. Tetapi, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ibunya melihat macan itu duduk terpaku di depan sang bayi sambil menjilati kuku-kukunya seolah tengah menjaganya.

3. Berguru ke Nabi Khidir

Gus Miek sangat senang bermain di tepi sungai Brantas dan menonton orang yang sedang memancing. Pada saat banjir besar Gus Mik tergelincir ke sungai dan hilang tertelan gulungan pusaran air. Sampai beberapa jam, santri yang ditugaskan (khadam) menjaga Gus Miek mencari di sepanjang pinggiran sungai dengan harapan Gus Miek tersangkut atau bisa berenang ke daratan.

Namun, Gus Miek justru muncul di tengah sungai, berdiri dengan air hanya sebatas mata kaki, karena Gus Miek berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar, yang menurut Gus Miek adalah piaraan gurunya (Nabi Khidir).

Diceritakan pula, ketika ikut memancing, kail Gus Miek dimakan ikan yang sangat besar. Saking kuatnya tenaga ikan itu, Gus Miek terseret ke sungai, tenggelam. Khadam-nya menjadi kalang-kabut karena tak ada orang yang bisa menolong, hari masih pagi sehingga masih sepi dari orang-orang yang memancing.

Hilir mudik khadamnya mencari Gus Miek di pinggir sungai dengan harapan Gus Miek dapat timbul kembali dan tersangkut. Tetapi, setelah hampir dua jam tubuh Gus Miek belum juga terlihat, membuat khadam-nya putus asa dan menyerah.

Karena ketakutan mendapat murka dari kedua orangtua Gus Miek (K.H. Djazuli dan Ibu Nyai Rodyiah), akhirnya khadam itu kembali ke pondok, membereskan semua bajunya ke dalam tas dan boyongan tanpa pamit.

Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya, yang memberitahu bahwa Gus Miek dipanggil gurunya.

Akhirnya, ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya di dalam air. Pertemuan itu menurut Gus Miek hanya berlangsung selama lima menit. Tetapi, kenyataannya ketika Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok sudah pukul empat sore. Beberapa bulan kemudian, setelah khadam-nya mengetahui bahwa Gus Miek tidak apa-apa, akhirnya ia kembali ke pondok.

4. Shalat di Pucuk Pohon Mangga

Suatu ketika Kyai Hamid Pasuruan dan Maskur terlibat perbincangan disaksikan rombongannya. Salah satu dari rombongan itu ada yang meragukan shalat Gus Miek, lalu menemui Kyai Hamid untuk menanyakan hal itu. “Lho, itu yang kau tanyakan, itu kan Gus Miek, cepat minta maaf. Ayo, saya antarkan!” ajak Kyai Hamid seperti gugup.

Kyai Hamid kemudian membukakan jendela. “Lihat, itu siapa yang shalat,” katanya. Orang itu gemetar dan pucat karena melihat Gus Miek tengah menjalankan shalat di pucuk pohon mangga, beralaskan daun-daun mangga. “Sudah, cari Gus Miek dan minta maaf,” perintah Kyai Hamid. Orang itu pun terus mencari Gus Miek dan baru bertemu Gus Miek setelah dua tahun kemudian.

5. Transfer Hafalan Alfiyah

Di Madrasah, Gus Miek hanya sampai kelas pertengahan Alfiyah saja. Kelas Alfiyah merupakan kelas hafalan yang terkenal rumit. Ada kisah menarik di sini. Beberapa hari sebelum ujian hafalan Alfiyah, Gus Miek mengajak Khoirudin berjalan-jalan keliling kota.

“Gus, besok saatnya setoran hafalan Alfiyah, apa sampean sudah siap?” tanya Khoirudin ketika dalam sebuah perjalanan.
“Aku sudah hafal, lha kamu Mas Din?” Gus Miek balik bertanya.
“Aku juga hafal,” jawab Khoirudin berbohong.
“Sekarang bermain saja, Mas Din. Urusan besok gampang.”

Keesokan hari saat setor hafalan dimulai, Khoirudin mendapat giliran lebih dulu. Dia gugup bukan main karena dia belum hafal seribu bait. Khoirudin pun melirik ke arah Gus Miek seolah menghendaki sesuatu.

Gus Miek kemudian menatapnya tajam sembari berkomat-kamit, meski tak kedengaran. Subhanallah, tanpa sadar bibir Khoirudin menirukan gerakan bibir Gus Miek hingga Alfiyah yang seribu bait itu selesai. Setelah ujian, Khoirudin pun berterima kasih kepada Gus Miek atas bantuan jarak jauhnya. Akhirnya keduanya dinyatakan lulus.

alvianKontributor: Alvian Iqbal Zahasfan | Alumni PP. Nurul Jadid, pecinta wali