DatDut.Com – Saracen, sebuah kata yang populer dalam beberapa hari belakangan ini. Merujuk pada sebuah sindikat “jual beli kebencian” yang dibekuk oleh polisi dan mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Presiden pun mengatakan telah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas sampai dengan pihak-pihak yang menggunakan jasanya.
Ditemukannya nama Eggi Sujana di dalam struktur organisasi Saracen menjadi amunisi bagi satu pihak untuk menggelindingkan bola panas ke pihak lainnya. Selain advokat kawakan itu, nama Mayjen (Purn) Kivlain Zein dan Mayjen (Purn) Ampi Tanudjiwa pun disebut mempunyai koneksi dengan sindikat itu.
Khusus untuk Kivlan Zein, dia pernah mengatakan bahwa komunisme sudah memasuki kampus-kampus Universitas Islam Negeri (UIN) sembari menyebut UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, dan UIN Semarang. Apa mungkin hal ini yang membuat Kiai Said menjulukinya sebagai seorang jenderal Islam ekstrim? Allahu a’lam.
Nama lain yang mengemuka dalam kasus itu adalah Sunny Tanuwidjaja. Mantan staf Ahok itu disebut-sebut menjadi dalang di balik aktivitas Saracen.
Dikatakan bahwa dia membentuk grup Saracen untuk menutup-nutupi pemberitaan utang negara, isu korupsi di pemerintahan, termasuk kebobrokan pemerintah.
Ketua Bidang Hukum Sekretariat Nasional Jokowi, Dedy Mawardi pun menjadi salah satu bintang dalam pentas itu. Lantaran dilaporkan Eggi Sudjana ke Bareskrim Polri dengan sangkaan pencemaran nama baik dan fitnah melalui media karena menyebut Eggi 99% terlibat Saracen.
Dengan mengetahui siapa pihak yang saling oper bola, kita cukup tahu bahwa hal ini bukan “sekedar” masalah hina menghina namun lebih dari itu, nuansa politis cukup mewarnai di lembaran ini.
Kita tak akan membahas itu semua karena akan melahirkan banyak tanda tanya atau tuduhan atau mungkin juga hujatan. Kita hanya akan membahas saracen.
Siapa Sebenarnya Mereka Itu?
Ada yang berseloroh dengan mendefinisikan saracen sebagai kependekan dari sarang cebong istana. Sebuah sarkasme dari para pembenci rezim penguasa sehingga pasti bukanlah itu definisi yang mewakili.
Bagi penggemar hal-hal berbau militer, saracen sepertinya juga bukan nama yang asing. Nama itu disematkan pada sebuah alat angkut personel jenis panser.
Panser buatan pabrikan Alvis, Inggris itu menjadi salah satu penyokong dalam operasi pengamanan ibu kota saat terjadi pemberontakan PKI di tahun 1965 bersama saudaranya, Saladin.
Saladin pun bukan nama yang asing bagi kita, dia adalah Salahuddin yang ejaannya ditransliterasikan oleh lidah orang Eropa. Dua varian sepuh kendaraan lapis baja itu hingga kini masih aktip dan digunakan TNI Angkaran Darat.
Lalu bagi kita yang pernah memainkan game strategi perang, Age of Empire, nama Saracen juga sudah tak asing lagi.
Figur ini dipertemukan dalam pertempuran atau koalisi dengan peradaban klasik lain seperti Turk, Teuton, Persia, Viking, Japan dan sebagainya. Semua yang ada di permainan adu strategi itu adalah peradaban nyata yang pernah ada, meskipun karakter-karakter itu tidak hidup dalam 1 masa.
Sebutan Saracen sebenarnya bermula pada masa Romawi kuno. Orang-orang pada masa itu menyebut suku Arab yang tinggal di Semenanjung Sinai, Mesir dengan julukan Saracen.
Akar kata Saracen berasal dari dari bahasa Yunani, Sarakenoi. Julukan itu kemudian dipergunakan untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan dan berlanjut sampai Islam datang ke jazirah Arab.
Dalam perang Salib, Saracen dipakai untuk menyebut kaum muslim yang berperang melawan tentara Salib, termasuk bala tentara Salahuddin al-Ayyubi, yang berhasil menundukkan Jerussalem.
Jadi deal ya? Bahwa Saracen adalah sebuah identitas yang disematkan kepada muslimin bahkan menjadi spesial saat digunakan oleh para pahlawan Perang Salib. Namun entah mengapa nama itu digunakan oleh sindikat penyebar kebencian lewat media online?!
Saya kuatir saat anak-anak kita nanti bermain Age of Empire, yang mereka tahu Saracen adalah figur yang pantasnya digunakan untuk mewakili kejahatan, padahal justru sebaliknya. Jadi, sebaiknya jangan biarkan anak Anda memainkan game ini..