Menu Tutup

Jangan Buru-buru Menilai Jelek Salat Tarawih Kilat sebelum Tahu Alasannya

DatDut.Com – Ramadan tahun lalu jagat maya dihebohkan dengan salat tarawih super kilat alias ngebut di salah satu ponpes di Blitar. Keruan saja bila hal ini kemudian menjadi sorotan empuk media-media kita. Kesukaan mereka kan memang yang gitu-gituan, yang bisa bikin urat leher kita tegang. Apalagi kita lebih suka ngurusin ibadah orang lain daripada ibadah sendiri.

Masalah tarawih cepat sebetulnya bukan benar-benar baru, sih. Cuma isunya aja yang baru muncul. Entah ide siapa pula yang iseng memunculkannya ke permukaan. Bahkan, kabarnya, hingga terdengar ke mancanegara, lho. Hebat, kan? Padahal, di negeri kita ini, salat tarawih ngebut itu sudah jadul. Tidak hanya di Blitar pula. Dan, pentingnya, bukan tanpa alasan mereka melakukannya.

Emang apa, yak, yang menjadi alasan mereka? Kita intip, yuk! Berikut 5 alasan orang mengerjakan salat tarawih cepat:

[nextpage title=”1. Mengikuti Tradisi”]

1. Mengikuti Tradisi

Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan salat tarawih cepat yang terjadi di sebagian daerah di negeri ini, utamanya di pedesaan, banyak didasari oleh tradisi yang telah mengakar. Tentu dengan ukuran kecepatan yang beragam.

Bukti atas adanya faktor tradisi untuk praktik tersebut adalah saat mereka ditanya tentang hal itu, mereka menjawab, “Sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu,” atau, “Sudah berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi.”

Rupanya, alasan ini pula yang mendasari pelaksanaan salat tarawih kilat di Ponpes Manbaul Hikam, Blitar, yang belakangan menuai kontroversi. Kabarnya, pola salat tarawih ekpres yang setiap harinya diikuti oleh sekitar 5000 orang jamaah itu sudah bermula semenjak pesantren tersebut didirikan oleh KH. Abdul Ghofur, sekitar 160 tahun yang lalu.

“Kami ini hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh para sesepuh. Kami tidak berani mengubahnya,” ungkap K.H. Diya’uddin Az-Zamzami, pengasuh ponpes. Keyakinan mereka bahwa meskipun pola salat yang demikian mengikuti tradisi, tetapi tidak menyalahi aturan syariat, sehingga tetap dirasa sah, khidmat, dan tidak mengurangi kekhusyuan.

[nextpage title=”2. Mempertimbangkan Kondisi Jamaah”]

2. Mempertimbangkan Kondisi Jamaah

Selain karena faktor tradisi, praktik salat tarawih cepat di sebagian masjid atau mushalla juga seringkali didasari oleh pertimbangan atas kondisi para jamaahnya. Sebatas pantauan saya, salat tarawih di musala-musala yang terdapat di daerah-daerah yang mayoritas masyarakatnya adalah para petani atau pekerja berat, umumnya dilaksanakan kilat.

Pertimbangan pengurus musala, atau setidaknya imam salatnya, bahwa kondisi fisik para jamaah saat mendatangi mushalla sudah dalam keadaan lelah, sebab pada siang harinya tenaga mereka terkuras oleh pekerjaan di sawah atau pekerjaan kasar lainnya.

Dan, benar, kala kecepatan salat sedikit diperlambat dari biasanya, mereka pun protes dengan alasan tersebut. Dalam kondisi seperti ini, praktik salat cepat, sejauh tidak melanggar syariat, dipandang sebagai opsi alternatif yang lebih arif.

[nextpage title=”3. Menghindari Riya”]

3. Menghindari Riya

Memperlambat gerakan dan memperindah bacaan salat dengan tujuan agar terlihat bagus dan saleh di mata orang-orang merupakan perilaku riya alias pamer.  Tendesi riya ini menjadi sebab utama tertolaknya amal ibadah kita. Karenanya, sebagian orang lebih memilih salat cepat tapi tulus daripada salat lambat tapi pamer.

Hal yang sangat subjektif ini tampaknya juga menjadi alasan banyak orang di bulan suci ini, yang kemudian melahirkan pilihan untuk salat tarawih ngebut. Bila niatan meraka benar begitu, maka haruslah kita hargai.

Konon, pada suatu saat, sahabat al-Asy’ats bin Qays melaksanakan salat dengan sangat cepat sekali, sampai-sampai sebagian orang yang berada di dalam masjid menegurnya, “Anda salat cepat sekali!” Lalu, beliau menjawab, “Ya, salat yang cepat itu tidak tercampur riya.” Orang-orang pun terdiam.

Mereka memandang baik alasan tersebut. Andai saja beliau tidak beralasan demikian, tentulah mereka mengecam dan mencelanya. Kisah ini terdapat dalam Kitab Adabud Dunya wad Din-nya Al-Mawardi [119-120]. Namun demikian, kita perlu cermat, bahwa salat cepat untuk menunjukkan ketidakriyaan justeru merupakan keriyaan.

[nextpage title=”4. Menjaga Konsentrasi”]

4. Menjaga Konsentrasi

Alasan lain yang juga perlu kita hargai dari mereka yang mengerjakan salat tarawih cepat adalah: untuk kesinambungan kekhusyuan dan tidak terganggu bisikan setan. Jadi sebelum konsentrasi buyar, salat segera diselesaikan. Prinsipnya, lebih baik salat cepat tapi konsentrasi daripada salat pelan tapi pikiran ngawang.

Terkait ini, sebenarnya telah ada sejak “dulu”, bahkan dilakukan oleh sebagian sahabat besar Nabi Saw. Sayyidina Zubair dan Sayyidina Thalhah, misalnya, merupakan dua sahabat Nabi yang salatnya paling cepat. Saat ditanya tentang itu, mereka menjawab, “Dengan salat yag cepat itu kami mendahului bisikan musuh (setan).”

Dalam kisah yang lain, Sahabat ‘Ammar bin Yasir mengerjakan salat dengan cepat, lalu orang-orang yang menegur beliau, “Anda mempercepat salat!?” Maka beliau menjawab, “Apakah kalian melihatku mengurangi sedikit pun batas-batas (aturan)-nya?” “Tidak,” jawab mereka. “(Aku mempercepat salat) karena aku mendahului kelupaan akibat ulah setan.

Kisah ini terdapat dalam Qut al-Qulub-nya Abu Thalib al-Makki [2/1219]. Dari sini kita juga bisa tahu bahwa kecepatan salat sahabat Nabi adalah sejauh tidak melanggar aturan syariat.

[nextpage title=”5. Menjadi Kebanggaan”]

5. Menjadi Kebanggaan

Rupanya tidak semua mereka yang melaksanakan salat tarawih ngebut bertujuan mulia. Bahkan ada yang hanya untuk berbangga ria. Nah, ini, nih. Anak kost-an paling tahu. Kok gitu? Ya, sebagian mereka bahkan suka mengadakan lomba salat tarawih antar kamar. Tepatnya, penghuni kamar mana yang lebih dulu selesai salat tarawihnya, merekalah pemenangnya, dan dengan begitu mereka bangga.

Oleh karenanya, mereka melakukan salat dengan super kilat hingga seringkali melanggar aturan-aturannya. Apalagi bila ada salah seorang kawannya yang salat tarawih di masjid lalu pulang malam, pastilah jadi bahan ledekan karena tarawihnya kelamaan.

Nah, perilaku semacam itu, menurut Imam Al-Haddad, merupakan tipu daya setan yang amat besar bagi orang-orang yang beriman. Setan ingin membuat amal ibadah mereka sia-sia, tak bernilai apa-apa, meskipun mereka telah melaksanakannya.

Baca Juga:

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *