DatDut.Com – Rendah hati dalam bahasa Arab disebut dengan tawadhu’. Kata ini sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi tawaduk. Sebagian masyarakat terkadang menyamakan antara rendah hati dan rendah diri. Menurut saya, keduanya jelaslah berbeda. Rendah hati itu berarti tidak merasa memiliki sepenuhnya atas semua pemberian yang Allah berikan. Jika kita dapat meyakini bahwa semua yang Allah berikan merupakan anugerahnya, maka kita tidak memiliki kesempatan sedikit pun untuk menyombongkannya.
Sifat seperti ini memang terlalu sulit untuk dilakukan bila tidak membiasakannya sejak dini. Tapi kalau kita tidak terus berusaha dan mencobanya, kapan derajat kita naik di mata Allah? Dalam salah satu riwayat, Sahabat Umar pernah bilang demikian, “Orang yang tawaduk pasti Allah akan mengangkat derjatnya. Sementara orang yang takabur, merasa dirinya paling hebat, Allah pasti akan menjatuhkannya di tempat terhina.”
Sementara, rendah diri berkonotasi pada rasa tidak percaya diri atas kelebihan yang dimiliki, sehingga yang bersangkutan akan selalu merasa minder bila diberikan tanggung jawab tertentu. Pada intinya, rendah hati itu hanya dapat diketahui Allah dan orang yang bersangkutan, karena sifat tersebut terletak dalam hati yang orang lain tentu tidak dapat mengetahuinya. Mungkin ini 5 tip agar kita selalu memiliki sifat rendah hati:
1. Semua yang Kita Dapatkan itu Anugerah Tuhan
Allah memberikan anugerah pada hamba-Nya tentu mempertimbangkan banyak hal terlebih dulu. Misalnya, ketika seorang hamba-Nya selalu memohon agar diberikan kekayaan yang berlimpah. Orang yang memohon itu bercita-cita jika memiliki harta yang banyak akan dialokasikan untuk hal-hal yang positif dan maslahat.
Namun bertahun-tahun dia memohon dan berusaha keras, Allah tidak kunjung memberinya. Tentu Allah memiliki pertimbangan lain. Bisa saja ketika diberikan kekayaan yang berlimpah, orang tadi akan lupa daratan dan belum kuat mengemban amanah harta yang diimpi-impikannya untuk dialokasikan pada hal-hal yang maslahat. Karenanya, katakanlah hadza min fadhli rabbi ‘nikmat ini adalah anugerah Tuhanku’ jika Anda mendapatkan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Syekh Ibnu Athaillah dalam al-Hikam pernah berpesan al-man’u ‘ainul ‘atha ‘Tidak diberikan apa yang diinginkan itu hakikatnya adalah pemberian’. Artinya, pemberian yang hakiki itu anugerah yang langsung di-setting Allah, bukan “di-setting” nafsu kita. Orangtua yang bijak tentu tidak akan memberikan fasilitas pada anaknya yang belum pantas digunakannya. Misalnya, anak SD kelas 2 sudah meminta motor. Orangtua yang benar-benar sayang pada anaknya tentu tidak akan membelikannya motor. Karena bisa jadi motor itu akan membahayakannya.
2. Di atas Langit Ada Langit
Pengetahuan yang Allah miliki tentu tidak akan pernah habis dikuras manusia. Air laut yang sebegitu luas dan banyaknya tidak akan pernah cukup menuliskan pengetahuan-pengetahuan yang Allah miliki. Terbukti bahwa setiap tahun pasti saja ada penelitian-penilitian baru yang membantah atau bahkan menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Tidak semua orang memiliki kelebihan yang dimiliki orang lain. Si A terkenal sebagai pakar teknologi, dan si B terkenal sebagai pakar pertanian. Apa yang dimiliki A belum tentu dapat dimiliki B, dan begitupun sebaliknya. Karenanya, kita tidak layak untuk menyombongkan pengetahuan yang kita miliki, sehingga tanamkanlah dalam diri Anda bahwa “Di Atas Langit Ada Langit”.
3. Niatkan Profesi yang Ditekuni untuk Kemaslahatan Orang Banyak
Jika Anda itu seorang pekerja, niatkanlah profesi yang sedang Anda tekuni untuk kemaslahatan umat, jangan sekedar kemaslahatan keluarga atau pribadi saja. Nabi juga kan pernah bersabda, “Manusia terbaik itu mereka yang dapat bermanfaat untuk sesame manusia.”
Jika Anda niatkan demikian dari awal Anda meniti karir, insya Allah ketika ada godaan untuk melakukan hal yang di luar wewenang Anda. Selain itu, Anda juga tidak akan pernah memiliki waktu untuk menyombongkan diri karena dari awal niat Anda menghasilkan sesuatu bukan untuk diri Anda sendiri.
4. Jangan Merasa Cukup atas Pengetahuan yang Dimiliki
Jika Anda sebagai pelajar seharusnya Anda tidak boleh merasa puas atas pengetahuan yang kita miliki. Merasa cukup atas pengetahuan yang dimiliki itu sama saja membuat Anda tidak perlu belajar dan menggali ilmu seluas-luasnya. Padahal Nabi menganjurkan para umatnya untuk terus menggali ilmu hingga wafat. Di sisi lain, semakin berilmu seharusnya seseorang semakin merendahkan hati, sebagaimana filosofi padi. Semakin berisi, semakin merunduk.
5. Lihatlah Orang di Atas dan di Bawah Anda
Bersyukur merupakan kunci utama yang menjadikan seseorang menjadi sosok yang rendah hati. Agar selalu bersyukur, berusahalah selalu melihat orang yang secara kelas sosial dan ekonomi berada di bawah Anda jika itu berkaitan dengan materi.
Namun sebaliknya, jika berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka lihatlah orang-orang yang sudah sukses dalam karir akademisnya. Hal ini tentu dapat memacu dan memotivasi semangat Anda untuk meniru orang-orang yang sudah sukses dalam keilmuan. Jadi, Anda tidak akan merasa cukup dan terus belajar, baik belajar secara formal di kampus atau nonformal.
Penulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com
Fb : Ibnu Kharish
- Pengumuman Kelulusan Sertifikasi Dai Moderat ADDAI Batch 3 - 2 September 2023
- ADDAI Akan Anugerahkan Sejumlah Penghargaan Bergengsi untuk Dai dan Stasiun TV - 18 November 2022
- ADDAI Gelar Global Talk Perdana, Bahas Wajah Islam di Asia Tenggara - 7 Oktober 2022