Menu Tutup

Dugaan Rekayasa Bom Sarinah, Ini 5 Temuan IPW

DatDut.Com – Usaha kepolisian menaklukkan teroris bom Sarinah dalam waktu sekitar 3 jam-an ternyata masih disangsikan sejumlah pihak, di antaranya Indonesia Police Watch (IPW). Beberapa jam setelah peristiwa peledakan bom di pos polisi Jl. MH Thamrin, Starbuck, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan bahwa pelaku serangan teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, adalah jaringan ISIS pimpinan Bahrun Naim (Baca: Siapakah Bahrun Naim? Otak Intelektual di Balik Bom Sarinah, Ini 5 Faktanya).

Namun pernyataan tersebut beberapa hari terakhir ini disangsingkan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane. Menurutnya, ada 5 kejanggalan dalam peristiwa ledakan bom yang terjadi di kawasan Sarinah, Kamis (14/1/2016) lalu. Berikut 5 temuan IPW:

1. Datang dalam Waktu yang Cepat

Neta S Pane menyangsikan kehadiran Krishna Murti, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, dan rombongannya yang berada dilokasi hanya dalam waktu 10 menit setelah kejadian teror tersebut. Hal ini seakan-akan sudah direkayasa oleh polisi. “Kenapa rombongan Krishna Murti cepat tiba ke TKP hanya dalam 10 menit,” ujar Neta dalam diskusi publik di Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2016), seperti dikutip Kompas.com.

Kejanggalan ini sudah direspon oleh Nita Triyana dalam akun Facebook-nya yang pada saat kejadian sedang bersama Krishna di Semanggi. Menurut Nita, ketika mendengar ada kabar teror bom di sekitar Sarinah, Krishna langsung loncat dan menuju ke lokasi menggunakan sirene. Karenanya, waktu tempuh 10 menit dari Semanggi ke Sarinah sangat mungkin terjadi, karena terus menerabas rambu lalu lintas sebab darurat teror itu.

2. Memakai Rompi

Temuan kedua yang dipaparkan Nate S Pane dalam acara diskusi di Tebet adalah rompi antipeluru yang digunakan Krishna. Menurut Nate, rompi antipeluru seharusnya digunakan oleh Densus 88, sementara Krishna adalah Direktur Reserse Kriminal Umum. Menanggapi hal ini, akun Facebook Nita Triyana yang di-capture Krishna di beranda Facebook-nya mengatakan bahwa rompi antipeluru selalu siap berada di mobil polisi.

Suka nonton Film-film gak sih?! Biasanya detektif-detektif itu rompinya selalu siap di mobil mereka dan langsung bereaksi? Ya Namanya Polisi harus selalu langsung siap beraksi ! Lah … Masa mau ngopi2 dulu di stabuck gitu?,” ujar Nita dalam akun Facebooknya seperti dikutip Kompas.com

3. Pelaku Menampilkan Diri di Depan Publik

Tidak seperti aksi teror bom yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal sebelumnya yang menjalankan aksi terornya secara sembunyi-sembunyi. Kali ini, menurut Nate S Pane, aksi teror Sunakim alias Afif yang menembaki beberapa polisi dilakukan secara terang-terangan di hadapan publik, seperti Densus 88.

Pria asal Karawang tersebut pernah menjadi tukang urut Aman Abdurrahman, orang yang mengklaim sebagai amir ISIS di Asia Tenggara. Sebelumnya, Sunakim pernah dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang yang divonis selama 7 tahun sejak 2011, seperti dikutip Cnnindonesia.com. Sunakim ditahan karena pernah terlibat pelatihan aksi terorisme di Jalin Jantho, Aceh Besar.

4. Muncul Polemik BIN dan Polisi

Menurut Pane, kejanggalan yang keempat adalah terjadinya beda penafsiran antara pihak Kepolisian dan Badan Intelejen Negara (BIN) terkait bom Sarinah, Kamis (14/01/2016) lalu. Sindonews.com melaporkan bahwa Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso meragukan adanya keterlibatan ISIS yang berada di balik serangan bom dan teroris di Sarinah. Sementara itu, pihak kepolisian telah meyakinyakn bahwa teror bom Sarinah tersebut merupakan ulah kelompok ISIS di Indonesia.

5. Mustahil Teroris Muncul Tiba-tiba

Kejanggalan kelilma menurut Nate S Pane adalah tidak adanya transparasi pihak kepolisian dalam membeberkan data dan fakta-fakta yang disangkakan. Bahkan pihak kepolisian keliru menentukan salah satu korban tewas akibat terkena bom. Warga sipil yang tewas itu diduga teroris oleh pihak kepolisian.

Neta merasa aneh karena tidak memaparkan tentang tim pengantar dan penjemput teroris tersebut. Neta mengatakan bahwa pihak kepolisian sempat menemukan ada kendaraan dengan pelat D. “Namun, temuan ini kan tidak dijelaskan. Polisi tidak transparan,” katanya, sebagaimana dikutip Kompas.com.

harisPenulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com

Fb : Ibnu Kharish

 

Baca Juga: