Syiar.co.id – Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darussunnah atau yang kini lebih dikenal sebagai International Institute for Hadith Sciences Darussunnah, merupakan sekolah tinggi berbasis pesantren, yang fokus pada pengkajian hadis dan ilmu hadis.
Pesantren ini terletak di lingkungan sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tepatnya di belakang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Selain di Jakarta, pesantren ini juga membuka cabang di Malaysia.
Tujuan didirikannya Pesantren ini utamanya adalah menyiapkan generasi yang memahami agama Islam dengan benar sebagaimana diamalkan salafus shalih. Pesantren ini juga mengembangkan dan menyebarkan hadis serta ilmunya, baik dalam studi maupun pengamalan.
Pesantren ini didirikan oleh Almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, pakar hadis terkemuka Indonesia dan Asia Tenggara. Saat ini pesantren dilanjutkan oleh putra semata wayang Kiai Ali, H. Zia Ul Haramein, Lc.
Alumni pesantren ini telah tersebar di berbagai penjuru Nusantara dan bahkan dunia. Ada yang menjadi dosen, kiai, peneliti, penulis, dan pendakwah. Ada karakter khas yang dimiliki oleh alumni Darussunnah. Karakter itu berupa pemahaman yang mendalam terhadap teks keislaman, terutama Hadis dan Ilmu Hadis.
Seperti dilansir situs darussunnah.id, Darussunnah bermula dari pengajian yang hanya diikuti oleh tiga orang mahasiswa di ruang tamu rumah K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. Ketiga orang itu ialah Dr. H. Ali Nurdin (sekarang Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Institut PTIQ Jakarta), Saifuddin (kini menjadi Penghulu di Brebes Jawa Tengah) dan Khairul Mannan (kini mengajar di Brunei Darussalam). Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1996.
Melihat kepandaian ketiga mahasiswa tersebut, khususnya dalam bidang Hadis, sekelompok mahasiswa mulai berdatangan mengikuti pengajian tersebut, dan menyatakan minatanya untuk mengaji bersama. Keinginan mereka itupun akhirnya mendapat sambutan hangat, dan pada saat itu juga mereka secara resmi mengikuti pengajian.
Semakin lama, peserta pengajian semakin bertambah banyak. Di satu sisi hal ini menunjukan sebuah kemajuan, namun di sisi lain sebaliknya. Sebab, ruang tamu yang selama ini dijadikan sebagai “kelas” tak mampu lagi menampung mereka. Dan jika tidak segera ditangani, proses pengajian tersebut akan tersendat. Namun ini masih bisa diatasi, karena masih ada ruang keluarga yang kapasitasnya lebih besar disbanding ruang tamu.
Keputusan mengalihkan lokasi ke masjid ini dirasa cukup tepat sebab tak lama kemudian peserta pengajian bertambah lagi menjadi 40 orang. Dan lebih mengesankan lagi, jumlah tersebut bukanlah sekedar kuantitas belaka.
Komitmen dan semangat belajar para peserta pengajian pun cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan ketika Jakarta dilanda hujan lebat yang nyaris menyebabkan banjir tahun 1997 lalu, semua peserta pengajian tetap hadir meski rumah mereka jauh dengan tempat pengajian itu.
Di antara mahasantri angkatan pertama di Darussunnah adalah Dr. Moch. Syarif Hidayatullah (dosen UIN Jakarta dan pendiri Pesantren Alkitabah), Dr. Nurul Huda Maarif (pengasuh pesantren di Lebak Banten), Usman Sya’roni, M.A. (peneliti LIPI), dan masih banyak lagi lainnya yang berkiprah di masyarakat, termasuk yang mendapat beasiswa untuk studi hingga program doktor, baik di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Arab Saudi, Mesir, Maroko, Malaysia, Australia, dan lain sebagainya.
Untuk mengenal lebih jauh seperti apa model pendidikan dan materi apa yang diajarkan di pesantren ini, silakan simak video profil pesantren ini: