Menu Tutup

Kenali 5 Keunikan dan Model Pendidikan Pondok Pesantren Salaf

DatDut.Com – Setelah beberapa waktu lalu kita mengenali perbedaan antara pesantren salaf, salafi, dan modern (Baca: Kenali 5 Ciri Pembeda antara Pesantren Salaf, Modern, dan Salafi), kali ini penulis coba ajak lebih dalam mengenal pesantren salaf. Sebagaimana telah diketahui, pesantren salaf di Indonesia sering menyematkan kata salafiyyah dalam identitas pesantrennya sebagai label kesalafan ala Islam tradisional.

Pesantren salaf merupakan bentuk pesantren pertama yang ada Indonesia sejak zaman dahulu. Terbukti ada pesantren salaf yang sudah sangat berumur, seperti Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon, yang telah berusia 3 abad.

Pada perkembangannya pesantren-pesantren salaf ada yang sebagian lebih terbuka dengan hal-hal baru berbau modernisasi sistem dan metode pendidikan. Sehingga muncullah jenis pesantren salaf namun juga bercorak modern dengan ciri pengenalan bahasa asing, namun pesantren tersebut masih tetap mempertahankan model salafnya.

Karenanya, pesantren salaf ada beberapa keunikan dan kekhasan dilihat dari sisi spesialisai bidang keilmuan yang diajarkan. Berikut ini 5 model pesantren salaf dilihat dari sisi spesialisasi bidang keilmuan:

[nextpage title=”1. Pesantren Ilmu Alat (Nahwu & Sharaf)”]

1. Pesantren Ilmu Alat (Nahwu & Sharaf)

Pesantren jenis ini menekankan pemahaman dan pendalaman ilmu tata bahasa Arab. Ciri khasnya, para santri memiliki kemampuan mengupas kata dan kalimat bahasa Arab dari sisi tarkib dan maknanya. Terkadang sampai hal yang njlimet dan tak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Satu kata bahasa Arab tanpa harakat, bisa diketemukan makna, harakat, dan berbagai variasi ungkapan oleh mereka.

Contoh pesantren jenis ini adalah Pesantren Miftahul Ulum di Dusun Lirap, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, yang lebih terkenal dengan sebutan Pesantren Lirap. Pesantren ini didirikan oleh K.H. Ibrahim Nuruddin pada 1887.

Tak jauh dari Pesantren Lirap, ada juga Pesantren Wajasari yang juga terkenal ilmu alatnya. Bahkan, antara kedua pesantren ini terjadi semacam persaingan dan adu kepandaian dalam bidang imu alat.

[nextpage title=”2. Pesantren Tahfidz Alquran”]

2. Pesantren Tahfiz Alquran

Pesantren jenis ini memang ditujukan untuk mencetak para huffaz Alquran. Beberapa kajian ala pesantren salaf tetap diajarkan namun dengan kadar lebih sedikit. Umumnya pengajian tafsir, ulumul quran, ada juga yang memiliki keistimewaan dengan pembekalan Qiraah Sab’ah. Kajian fikih terbilang sedikit.

Contoh pesantren tahfiz Alquran yang terkenal adalah Pesantren Yanbu’ul Quran, Kudus, yang didirikan oleh K.H. M. Arwani Amin Said pada tahun 1979.

Pesantren tahfiz lainnya yang lebih awal adalah Pesantren Krapyak, Yogjakarta. Pesantren ini didirikan oleh K.H. Moenawwir pada tahun 1910. K.H. M. Arwani sendiri bahkan masih salah satu dari santri K.H. Moenawwir.

[nextpage title=”3. Pesantren Kanuragan”]

3. Pesantren Kanuragan

Pesantren jenis ini tidak banyak jumlahnya. selain karena secara umum Indonesia sudah merdeka, kebutuhan dan tuntutan santri dan orangtuanya bukan lagi ke arah keampuhan meskipun juga kadang membutuhkan. Sehingga, kebanyakan pesantren kanuragan menjadikan gembelengan kanuragan hanya sebagai ekstra. Biasanya diadakan ijzahan doa dan gemblengan atau pengisian dengan doa pada bulan-bulan tertentu.

Dulu, pesantren di zaman perjuangan selain berfungsi mengajarkan ilmu agama, juga merupakan basis perjuangan rakyat. Banyak kisah para kiai yang turut membekali para pejuang dengan doa yang menghasilkan kekebalan. Meski catatan sejarah resmi kebanyakan memarginalkan peran para ulama pesantren, namun pengakuan dan penuturan para kiai tak sedikit yang menunjukkan peran besar santri, kiai, dan pesantren pada masa perjuangan.

Dalam hal ini, Pesantren Buntet Cirebon, termasuk jajaran pesantren tertua yang terkenal dengan kelebihan kanuragannya. Pada zaman perjuangan pesantren ini, bahkan merupakan salah satu markas kaum republik untuk melawan penjajah, seperti dikutip dari nu.or.id.

Pesantren Tebu Ireng, Jombang, juga merupakan pesantren yang awal-awal berdirinya sangat menonjol sisi kanuragannya. Awal berdirinya pesantren ini, para santri mengadakan adu tanding dengan Wiro, pendekar penguasa lokalisasi Kebo Ireng, demi menghentikan gangguan dari pendekar hitam tersebut.

[nextpage title=”4. Pesantren Tarekat”]

4. Pesantren Tarekat

Pesantren jenis ini biasanya berafiliasi pada salah satu aliran tarekat muktabar. Misalnya, Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah. Tujuan didirikan pesantren jenis ini adalah sebagai wadah dan pusat pengajaran dan pengembangan ajaran Islam dan amaliyah tarekat tersebut.

Contoh pesantren tarekat, misalnya, Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, yang didirikan oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad pada tahun 1905. Sebagai pesantren yang sudah cukup umur, selain mejadi pusat penagajaran tarekat, pesantren ini juga mengembangkan berbagai lembaga pendidikan formal nontarekat.

Ada juga pesantren tarekat yang dihuni pada waktu tertentu saja. Kegiatan pada bulan tertentu ini disebut suluk. Merupakan salah satu amalan kaum tarekat berupa kegiatan mengkhusukan waktu tertentu untuk khalwat (mengasingkan diri atau menyendiri) untuk beribadah. Biasanya antara sepuluh hingga 40 hari. Seperti Di Pondok Al-Manshur Popongan yang mengajarkan Thoriqoh Naqsabandiyah (Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah).

Di pesantren tersebut, selain pesantren putra, pesantren putri, juga ada pesantren sepuh yang hanya buka pada bulan-bulan tertentu. Pesantren Sepuh ini menggelar kegiatan sulukan di bulan-bulan tertentu. Ada suluk selama sepuluh hari di bulan Muharam (Suro), Rajab, Ramadhan (Puasa), dan Mulud (Rabiul Awal).

[nextpage title=”5. Pesantren Kombinasi”]

5. Pesantren Kombinasi

Ini adalah jenis pesantren yang paling banyak saat ini. Kadang awalnya hanya pesantren salaf murni yang tidak menyediakan pendidikan sekolah umum. Namun seiring tuntutan dan kebutuhan, akhirnya pesantren mengkombinasikan ciri salaf dengan beberapa hal dari pesanten modern.

Cara mengkombinasikan pun berbeda-beda. Ada yang mempertaankan pesantren lama atau induk dan menambah unit atau cabang pesantren yang ada pendidikan umumnya, seperti Pesantren Lirboyo. Ada yang menggabungkan pelajaran madrasah diniyah sebagai tambahan pada pelajaran sekolah formal.

Ada juga yang tetap mencampurkan santri tidak sekolah (hanya mondok dan diniyah) dengan santri yang sekolah formal. Misalnya pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi. Di pesantren ini disediakan berbagai unit pendidikan formal tanpa menghilangkan madrasah diniyahnya.

Pagi santri sekolah formal, malam ikut madrasah diniyah. Pesantren jenis ini juga menambahkan berbagai pembekalan kemampuan selain kitab kuning dan ilmu alat. Misalnya behasa Arab atau Inggris, teknik komputer dll.

Nah, sekarang pesantren jenis apa pilihan Anda?

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *