DatDut.Com – Pilkada 2017 ini akan jadi Pilkada terpanas sepanjang sejarah di DKI. Banyak pihak yang menyebut Pilkada ini terasa seperti Pilpres. Dicorongi oleh beberapa tokoh yang punya banyak pengikut di media sosial, semarak perang politik kian hangat. Suara dari kelompok yang anti dengan gubernur saat ini kian menambah panas suasana politik.
Sebagai daerah ibukota, Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri untuk dibicarakan. Apalagi, provinsi ini merupakan salah satu jalan Presiden Jokowi untuk melangkah ke kursi RI 1. Kemungkinan banyak pihak yang terinpirasi oleh langkah Jokowi kala itu. Sehingga kursi DKI 1 kian istimewa dan semakin menarik untuk diperebutkan dan diperhatikan.
Dari berbagai berita dan ulasan yang berseliweran di media sosial, setidaknya menjelang pilkada DKI, kelima hal berikut ini ramai dan laris jadi bahan pembicaraan dan perdebatan. Sebagai calon yang saat ini masih menjabat, maka Ahok merupakan titik awal pembahasan masing-masing poin. Berikut ulasannya.
[nextpage title=”1. Dari Kritik hingga Fitnah”]
1. Dari Kritik hingga Fitnah
Dilansir oleh detik.com, Chief Executive Officer (CEO) Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, peta pilihan politik di DKI saat ini adalah anti-Ahok dan pro-Ahok. Suara anti-Ahok tampak diramaikan oleh FPI. Bahkan ormas ini telah mengadakan konvensi calon gubernur yang akan mereka dukung. Sebagai ormas yang getol menyuarakan ide pemimpin muslim, sisi agama Ahok menjadi pertimbangan utama mereka untuk tidak mendukung pencalonan diri Ahok.
Anti-Ahok juga menyuarakan kritik atas berbagai hal yang menurut mereka merupakan celah kekurangan gubernur ini. Di antaranya, Ahok beberapa kali menggunakan cara-cara kasar dalam berbagai penertiban. Bahkan mengancam akan menggunakan bantuan tentara segala.
Selain kritik, ada juga yang terkesan menjurus ke fitnah dan propaganda dengan mengungkit isu SARA. Sebagaimana beberapa poin selanjutnya.
[nextpage title=”2. Sentimen Agama”]
2. Sentimen Agama
Sisi agama gubernur yang beragama Kristen tersebut juga menimbulkan polemik tersendiri. Sudah mafhum bahwa Ahok menjadi gubernur saat ini adalah karena menggantikan Jokowi yang maju dalam pilpres.
Bagi sebagian masyarakat DKI yang mayoritas muslim, keberadaan Ahok sebagai pemimpin dari kalangan non-Muslim menjadi pemikiran tersendiri. Sehingga saat Ahok yang dulunya merupakan wakil dari Jokowi ditetapkan menjadi gubernur, di masyarakat terjadi pro dan kontra.
Apalagi menyikapi majunya Ahok untuk pilkada nanti, pembicaraan tentang boleh tidaknya pemimpin dari kalangan non-Muslim kembali terangkat (Baca: Ini 5 Penjelasan Non-Muslim dalam Konteks Indonesia). Berbagai penafsiran dan silang pendapat kembali mengemuka, dan para aktivis politik tak lupa untuk memakainya sebagai tambahan amunisi. Beredarlah beberapa statemen dari anti dan kontra Ahok. “Saya Muslim, saya dukung Ahok” versus “Saya Muslim, Gak Mungkin Pilih Ahok” bertebaran di banyak status.
[nextpage title=”3. Isu Etnis”]
3. Isu Etnis
Sosok Ahok memang komplit untuk bahan kontroversi. Sebagai non-Muslim ia juga keturunan Tionghoa. Maka satu poin ini kian menjadi tambahan bahan gunjingan dan perdebatan hingga hujatan dari lawan politik dan pendukungnya.
Jakarta akan jadi Singapura kedua, Jakarta akan jadi penampungan Cina, dan berbagai statemen menggelitik lainnya bertebaran di berbagai tulisan media sosial. Orang Indonesia memang punya sejarah panjang terkait etnis tionghoa. Terlepas mana yang benar terkait sejarah etnis tionghoa, tapi kebencian pada etnis tersebut seolah telah mendarah daging dan diwariskan dari para leluhur.
[nextpage title=”4. Akhlak dan Perilaku”]
4. Akhlak dan Perilaku
Perilaku baik merupakan cerminan akhlak atau sisi jiwa yang baik. Sebaliknya, perilaku yang kurang baik biasanya muncul sebagai cerminan akhlak buruk. Ini salah satu alasan orang yang anti-Ahok (baca: Bukan karena Agama dan Etnisnya, tapi Ini 5 Hal yang Bikin Banyak Orang Ilfil pada Ahok).
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok merupakan sosok pejabat yang memiliki sifat keras, blak-blakan, dan mempunyi ciri khas omongan yang kasar. Makian dan umpatan yang keluar dari lisannya mungkin sudah tak terhitung. Mulai dari bawahan, wartawan hingga emak-emak rakyat juga sudah kena semprotnya. Sebanding dengan kegalakannya, Ahok juga terkenal dengan ketegasannya dalam menghadapi berbagai penyimpangan di pemerintahan.
Bagi para pendukung, mereka mengatakan, yang penting adalah kinerjanya. Cara kasar dalam menolong adalah lebih baik ketimbang sopan santun namun ternyata bohong. Bung Karno saja dulu sering berkata kasar. Contohnya, “Persetan dengan PBB, Inggris kita linggis, Amerika kita setrika!!”
Sebaliknya bagi yang anti, perilaku dan perkataan Ahok adalah salah satu alasan mereka untuk enggan mendukung mantan wakil Jokowi itu.
[nextpage title=”5. Lawan Berat Ahok”]
5. Lawan Berat Ahok
Pilkada 2017 itu akan menjadi pilkada terberat bagi Ahok dan banyak pihak termasuk hasil survei, Ahok potensial tersungkur di Pilkada ini.
Ini karena penantang Ahok adalah orang-orang yang selama ini berprestasi, punya rekam jejak yang bagus pada profesi sebelumnya, dan menang dalam berbagai aspek bila dibandingkang Ahok.
Anies Baswedan pernah menjadi rektor universitas terkemuka di Jakarta, pernah jadi menteri yang cakap dan berprestasi. Agus Harimurti Yudhoyono juga jadi tentara dengan segudang prestasi.
Intinya dari sudut manapun, Ahok kalah dengan Anies dan Agus. Masyarakat Jakarta punya alternatif pilihan yang dapat memuaskan kebetuhan. Anies pasti akan menghabiskan masyarakat kalangan menengah-terpelajar. Agus juga akan akan memikat pemilih pemilih dan pemilih kaum Hawa dengan ketampanannya yang mempesona.
Akhirnya, siapa pun nanti yang terpilih, semoga bisa melegakan rakyat. Pilkada masih jauh, tapi energi sudah terkuras. Jangan-jangan nanti malah kelelahan dan akhirnya golput. Hehehe.