Menu Tutup

Lestarikan 5 Benda yang Hanya Ada di Pesantren Salaf Ini! Sebagian Mulai Punah, Lho

DatDut.Com – Keseharian santri yang biasa hidup dalam fasilitas terbatas mendorong mereka untuk melahirkan berbagai kreativitas. Di zaman sekarang mungkin mulai banyak pesantren salaf yang bermetamorfosis menjadi modern atau semi modern, sehingga fasilitas mulai dilengkapi. Tetapi memang dasarnya pesantren itu tempat kumpulnya sekian banyak santri, fasilitas biasanya selalu kurang. Kalaupun lengkap biasanya cenderung cepat rusak. Namanya juga anak banyak.

Menyiasati kekurangan yang ada, lahirlah benda-benda unik di pesantren. Mulai tempat tinggal hingga aksesoris sehari-hari. Santri-santri jaman dahulu, mungkin ayah atau mbah Anda menemukan benda-benda berikut ini di pesantren. Kalau sekarang, sebagian sudah punah, kalaupun ada sudah jadi benda antik dan harganya mahal. Apa saja itu? Berikut ini 5 benda unik yang hanya ada di pesantren.

[nextpage title=” 1. Kitab Bentuk Kurasan atau Lembaran”]

1. Kitab Bentuk Kurasan atau Lembaran

Terkait kitab kuning penamaannya sendiri menurut beberapa sumber dinisbatkan kepada kertas zaman dahulu yang warnanya agak kekuningan dan jelek kualitasnya. Kadang kitab kuning disebut juga kitab gundul karena tanpa harakat. Kalau jaman sekarang, sudah banyak kitab yang dulu tergolong kitab kuning sudah dicetak lebih modern dan menarik.

Salah ciri khas kitab kuning lain yang dikaji di pesantren salaf adalah bentuk lembaran tanpa dijilid. Dilipat begitu saja lalu diberi sampul dari kertas yang lebih tebal. Model seperti ini disebut kitab kurasan. Saya tidak tahu apa kaitan kata kurasan pada kitab kuning dengan nama daerah khurasan.

Sampai sekarang, masih banyak kitab-kitab model seperti ini. Misalnya Fathul Qarib, Fathul Mu’in, dan kitab-kitab pesantren lainnya yang notabene tergolong kitab tipis. Untuk kitab yang tebal, biasanya sudah beralih ke model penjilidan modern. Untuk harga, kitab model kurasan lebih murah meriah ketimbang yang sudah dijilid. Karena murah meriah itulah, eksistensi kitab kurasan tetap terjaga meski sudah banyak kitab jilidan.

[nextpage title=”1. Pondok Angkring”]

2. Bantal Kayu

Sebagai ganti ganjal kepala saat tidur atau rebahan, santri kadang menggunakan apapun menjadi bantal. Handuk yang dilipat, sarung ditumpuk, bahkan sekantong beras pun bisa jadi bantal. Ada yang agak ekstrim nih. Pakai kayu.

Sepotong kayu persegi ataupun bulat, diberi cekungan tengahnya untuk seukuran kepala. Kalau bahannya kayu bulat, bagian bawah perlu agak diratakan agar tidak menggelinding saat dipakai. Jadi deh bantal dari kayunya.

[nextpage title=”1. Pondok Angkring”]

3. Bakiak (Sandal Kayu)

Sandal kayu yang ada tonjolan-tonjolan untuk terapi itu sudah biasa. Ada lagi sandal kayu yang srampat atau selopannya terbuat dari karet. Namanya Bakiak. Itupun sudah lumrah. Tapi satu ini namanya adalah “bakiak bungkul”. Juga terbuat dari kayu. Tapi yang membuatnya unik adalah tidak pakai srampat, tali sandal, atau selopan. Tetapi justru hanya mengandalkan sepotong kayu mirip pasak yang dipasang untuk dijepit oleh jempol dan jari kaki.

Pasak kecil itulah yang disebut bungkul. Sehingga sandal kayu model ini disebut bakiak BBungkul. Bagi yang jempol kakinya sakit tak bisa memakai sandal ini. Yang sehat saja perlu pembiasaan. Dijamin pertama pakai kulit jempol bisa mengelupas dan akhirnya kalau sudah biasa akan menebal.

[nextpage title=”4. Bancik”]

4. Bancik

Agar perjalanan para santri dari asrama ke masjid, madrasah maupun asrama lain lebih mudah dan tidak perlu memakai sandal dibuatlah batu-batu pijakan yang disebut bancik. Bancik santri zaman dahulu terbuat dari batu sungai. Dipilih yang kira-kira nyaman dipijak dan tidak menggelincirkan.

Kalau sekarang, bancik batu sudah jarang. Berganti dengan bancik cetakan atau jalur-jalur khusus yang tak boleh dilewati kaki bersandal atau bersepatu. Makanya kalau main ke pesantren, ada tulisan “SUCI” tertera di jalur-jalur lewat santri, hormati saja. Itu cara mereka mengurangi pemakaian sandal.

[nextpage title=”5. Pondok Angkring”]

5. Pondok Angkring

Angkring santri beda dengan Angkringan Jogja, lho. Angkring santri adalah asrama atau tempat tinggal berbentuk gubuk. Memang gubuk sebenarnya. Biasanya pesantren rintisan atau masih generasi santri awal memakai tempat tinggal seperti ini karena lebih murah dan cepat pembuatannya.

Gubuk santri ini biasanya berbentuk panggung kecil. Muat untuk satu hingga 4 orang saja. Kadang ada juga yang membuat ukuran besar untuk 5 orang lebih. Angkring umumnya terbuat dari bambo atau papan. Beratap ilalang atau daun rumbia.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *