Menu Tutup

Punya Anak Lulus SD? Pesantrenin Aja di Darus-Sunnah! Ini 5 Kelebihannya

DatDut.Com – Hari gini masih bingung cari-cari sekolah untuk anak yang baru lulus SD? Meski sebetulnya alternatif untuk lanjut sekolah banyak, tapi ya ternyata banyak orangtua yang kebingungan.

Pendidikan formal seperti di SMP, Madrasah Tsanawiyah, Home Schooling, oleh beberapa orangtua dianggap belum menjamin hasil pendidikan yang diharapkan oleh orangtua. Ini bukan hanya terkait dengan kualitas pendidikannya, tapi lebih pada pembentukan karakter sebagai buah keteladanan dalam mendidik para muridnya, termasuk dalam pendalaman ilmu agama.

Nah, pendidikan yang berkualitas serta model keteladanan itulah yang bisa didapat di Madaris Darus-Sunnah. Lembaga pendidikan model pesantren ini di bawah Yayasan Wakaf Darus-Sunnah Ciputat Tangerang Selatan yang sangat konsen dalam bidang keilmuan dan keagamaan.

Masa belajarnya adalah enam tahun, setingkat Tsanawiyah-Aliyah. Semua santri wajib tinggal di asrama. Santai saja, asramanya sangat nyaman, bersih, rapih, dan indah. Orangnya juga ramah-ramah. Pokoknya, dijamin betah, deh.

Berikut ini adalah 5 alasan kenapa harus memilih Madaris Darus-Sunnah (MDS) yang bertekad “Mengader Ulama Sejak Usia Dini”:

[nextpage title=”1. Pesantren Pengkaderan Ulama”]

1. Pesantren Pengkaderan Ulama

Penelitian Litbang Kemenag RI menyatakan bahwa lima puluh tahun ke depan, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara yang miskin ulama. Ini karena minat umat Islam sekarang untuk mengajar agama sangat menurun. Banyak orang yang hanya ingin membuka sekolah-sekolah yang berorientasi kerja.

Darus-Sunnah menawarkan sesuatu yang lain, Kitab Kuning. Pendalaman agama berbasis kitab kuning menjadi salah satu kekhasan Madaris Darus-Sunnah. Para santri akan selamat dari paham-paham radikal jika masih mau mengaji kitab kuning.

Saat ini, sekolah yang mengajarkan kitab kuning sudah terbilang sangat langka, apalagi di Jakarta. Kalau sudah begitu, lalu siapa lagi yang akan meneruskan peranan para ulama lima puluh tahun ke depan?

Dengan pendalaman agama berbasis kitab kuning, Darus-Sunnah bertekad menjadi sekolah terdepan yang mengader para muridnya untuk menjadi ulama yang saleh dan mushlih (berguna untuk sesama, ed), berilmu, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab.

Sebagai sekolah kader ulama, kurikulum MDS dilaksanakan dengan manajemen berbasis salat lima waktu. Dengan demikian, jumlah jam pembelajaran tetap seperti di sekolah-sekolah lain, hanya saja waktunya lebih santai. Ada belajar bakda subuh, waktu syuruk (sekitar jam 7-an), dan waktu duha (sekitar jam 9-an). Sedangkan bakda zuhur adalah jam istirahat total. Belajar dilanjutkan lagi bakda Ashar, bakda Maghrib, dan bakda Isya.

Kurikulum di MDS juga didesain dalam bentuk tematik-terapan yang berhubungan langsung dengan problem solving. Dalam setiap pembelajaran, siswa akan selalu dibimbing untuk mengidentifikasi masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari dan menemukan penyelesaiannya. Itulah yang disebuat dengan Academic for Life, sekolahnya para calon ulama.

[nextpage title=”2. Kurikulum Holistik (Syamil) Berbasis Active Learning”]

2. Kurikulum Holistik (Syamil) Berbasis Active Learning

Kurikulum di Madaris Darus-Sunnah kurikulum yang tidak membedakan pelajaran umum dan agama atau inti dan muatan lokal. Kurikulum MDS bebas dari kastanisasi (pemisahan ilmu umum dan agama) mata pelajaran.

Semua pelajaran adalah pelajaran agama, penting, dan utama. Tapi, tidak perlu khawatir, pelajaran agama itu tidak hanya Alquran dan Hadis saja lho. Seni dan budaya, kewarganegaraan, matematika, IPA, dan IPS itu juga pelajaran agama.

Semua pengajarnya juga ahli di bidang masing-masing dan dijamin pinter Bahasa Arab dan Inggris semua. Semuanya bahkan sarjana Hadis dan sekaligus sarjana di berbagai bidang seperti Matematika, Fisika, Hubungan Internasional, Kedokteran, Ekonomi, Komunikasi, dan lain-lain. Semuanya masih muda dan energik, tapi sangat bijak dan santun hatinya, apalagi semuanya pernah dibimbing dan diasuh oleh seorang ulama ahli Hadis Indonesia, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA.

Kurikulum holistik (syamil) adalah kurikulum yang mengajarkan pendidikan agama dari berbagai aspeknya. Secara umum, kurikulum holistik di MDS dibagi menjadi beberapa rumpun, yaitu:

[1] Pendidikan agama berbasis kitab kuning. Di sini siswa akan belajar berbgai ilmu agama dari kitab-kitab berbahasa Arab. Mereka juga belajar dan mengahafal Alquran dan Hadis pilihan dengan multi metode sesuai dengan gaya belajar siswa.

[2] Pendidikan agama berbasis sains dan teknologi. Di sini siswa juga belajar sains dan teknologi. Mereka akan diajarkan juga tentang etika dan nilai-nilai luhur di balik perkembangan sains dan teknologi. Nah, itu yang terpenting, jadi kita tidak akan gagap teknologi dan juga tidak akan salah dalam menggunakan teknologi.

[3] Pendidikan agama berbasis sosial, budaya, dan kewargaan. Di sini, siswa akan lebih dikenalkan dengan berbagai model dan realitas sosial. Mereka juga dibiasakan untuk peka terhadap masalah-masalah sosial, lalu dapat menemukan solusinya sendiri dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika dan budaya.

Dengan kurikulum berbasis kewargaan, mereka tidak akan mudah kaget dengan perbedaan di tengah masyarakat. Mereka bahkan dididik untuk mampu memahami dan mengelola perbedaan  dengan baik dan bijak.

Pendidikan kewargaan juga merupakan kurikulum nasionalisme keindonesiaan. Jadi, jangan khawatir,  belajar di MDS akan menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang selalu menjaga pilar-pilar kebangsaan dengan etika dan agama.

[4] Pendidikan agama berbasis vokasional. Di sini siswa akan dibekali dengan berbagai keterampilan sesuai dengan minat masing-masing. Mereka diajarkan bagaimana mencari dan menciptakan peluang dari berbagai hal. Melalui kurikulum ini, menjadi pelajar itu bukan soal takut tidak bisa kerja, tapi soal bagaimana mengetahui dan mengatasi masalah hidup  secara mandiri dan mengabdi kepada masayarakat.

[nextpage title=”3. Pendidikan Berbasis Parenting dan Multiple Intelligences”]

3. Pendidikan Berbasis Parenting dan Multiple Intelligences

Semua pembinaan dan pembelajaran dilakukan dengan mengedepankan prinsip parenting dengan metode active learning yang tidak bikin bosan. Dengan prinsip parenting, semua yang ada di sekolah adalah keluarga.

Sebagai keluarga sendiri, maka tidak ada istilah si pintar atau si bodoh, si ganteng dan si jelek, atau si baik dan si jahat. Semuanya adalah keluarga yang pinter dan menjadi diri sendiri yang saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lain.

Pendidikan di MDS juga dilakukan berbasis multiple intelligences, sehingga penilaian bukan didasarkan pada penilaian-penilaian formatif, melainkan penilaian dilakukan secara komprehensif. Setiap anak memiliki kecerdasan yang majemuk dan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, metode pembelajaran disesuaikan dengan kecerdasan yang majemuk tersbeut.

[nextpage title=”4. Billingual”]

4. Billingual

Selama belajar di MDS, siswa akan mendapatkan pembinaan bahasa Arab dan Inggris secara intensif. Mereka dilatih untuk berbahasa Arab dan Inggris secara aktif, baik lisan maupun tulisan. Pembinaan bahasa tidak dilakukan di kelas biasa, melainkan dikelola seperti lembaga kursus bahasa asing dan dibina secara sangat intensif. Pembinaan bahasa di MDS dikelola oleh Lembaga Pembinaan Bahasa Asing (LPBA) Madaris Darus-Sunnah.

[nextpage title=”5. Berkarya dan Meriset: Project Based Learning”]

5. Berkarya dan Meriset: Project Based Learning

Membuat karya dan riset, yang bersumber dari Alquran, Hadis dan kitab-kitab kuning serta langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembiasaan nilai (habitual curriculum).

Pada tahun pertama, siswa kelas tujuh telah berhasil menerbitkan sebuah buku karya bersama (kolektif) berjudul “Belajar Bahagia dari Nabi: Catatan Pengajian Hadis Arbain Nawawi.” Buku tersebut adalah hasil riset mereka selama satu tahun, melalui pengamatan lingkungan, wawancara para ahli, dan pengamatan pengalaman pribadi. Buku setebal 200 halaman itu insya Allah akan diluncurkan pada akhir bulan Mei 2016, bersamaan dengan acara wisuda sarjana ke-14 Darus-Sunnah.

Setelah berhasil menerbitkan satu buku, para siswa bertekad untuk berkarya setiap tahun satu buku, secara kolektif. Khusus pada akhir tahun ke-6, menjelang lulusan, setiap siswa akan menerbitkan satu karya individu hasil penelitian mereka.

Dengan demikian, saat lulus dari MDS, insya Allah setiap siswa akan memiliki enam karya buku yang sudah diterbitkan. Untuk info lebih lanjut, Anda bisa melihat informasi lengkap tentang MDS melalu situs www.madrasahdarussunnah.net atau ke kontak 085711557995 (Tubagus Hasan Basri).

Baca Juga: