Menu Tutup

Ini Pesan dan Nasihat Penting Buat Para Alumni 212 agar Tetap Cool dan Dicintai

DatDut.Com – Dalam bulan-bulan terakhir ini, kita telah menjadi saksi munculnya sebuah semangat yang digaungkan sebagai semangat bela agama dengan subtema bela al-Quran dan bela ulama. Sebuah gerakan lintas golongan yang bahkan melibatkan non-Muslim sebagai simpatisannya.

Kita sebut lintas golongan karena di antaranya terdapat muslim yang selama ini gemar mengamalkan ajaran Islam kultural seperti maulid, tahlil, haul dan sejenisnya, berkumpul dengan orang-orang yang selama ini menentangnya.

Ada pula mereka yang biasa meneriakkan tema khilafah, berjalan berdampingan dengan mereka yang biasa menentang kampanyenya. Semua berkumpul dalam sebuah tema bernama Aksi Bela Islam seolah tidak ada persoalan sebelumnya. Hal ini bukanlah hal yang buruk, justru pantas untuk dikatakan suatu momen yang luar biasa baik.

Namun peristiwa itu bukannya tanpa kritik bahkan cemoohan pihak lain yang tak sepaham dengannya. Sebagian dari mereka menganggap bahwa pergerakan itu diwarnai dengan pekat oleh kepentingan politik yakni keinginan untuk menganulir petahana dari ajang perebutan kursi eksekutip di ibu kota.

Namun ada juga dari mereka yang tak mempermasalahkan motif riil aksi, politis ataukah murni masalah hukum, karena orang-orang ini pada dasarnya memang menolak petahana karena alasan lain di luar masalah penistaan itu.

Propaganda pun dilancarkan oleh masing-masing pihak, baik yang proaksi maupun yang tidak setuju. Buat para pendukung aksi, berikut ini hal-hal yang mesti kamu perhatikan agar yang kamu lakukan tidak menodai aksi yang telah kamu lakukan beberapa waktu lalu dan aksi-aksi lain yang mungkin akan menyusul:

[nextpage title=”Bela Agama atau Bela Diri?”]

Bela Agama atau Bela Diri?

Yang pertama, tanyakan pada dirimu apakah kamu melakukan aksi itu semata-mata ingin membela agama ataukah karena faktor lain, misal karena didorong oleh ketidaksukaanmu pada figur? Dengan kata lain, apakah aksimu digerakkan oleh penistaan yang telah dilakukan oleh figur itu ataukah disebabkan oleh ketidaksukaanmu terhadap orang tersebut.

Jika yang mendasari aksimu adalah penistaan yang dia lakukan, maka beruntunglah kamu. Namun misal ada sepercik kebencianmu yang didasarkan pada ras atau agama, hal itu tampaknya akan menodai perjuanganmu karena bukan agama yang kamu bela melainkan nafsumu.

Bukankah Sayyidina Ali bin Abi Thalib justru mengurungkan niatnya membunuh seorang kafir saat beliau diludahi? Beliau tidak mau terjebak pada motif keakuan, karena saat membunuh musuh karena ketersinggungan dirinya setelah merasa dilecehkan, hal itu sudah menciderai niatnya untuk membela agama.

[nextpage title=”Bela Agama atau Bela Diri?”]

Jauhi Ujub dan Takabur

Jauhkan dirimu dari kebanggaan yang berlebihan karena hal itu dapat mengantarmu pada perbuatan yang merendahkan orang lain. Perbedaan pendapat yang mengantarkan pada perbedaan penyikapan terhadap sebuah kasus wajar terjadi.

Ada baiknya kamu menyelami apa yang menjadikan orang lain berbeda denganmu sehingga kamu akan memahami mana perbedaan yang perlu diperdebatkan dan mana yang nggak perlu diperpanjang,

Hindari perasaan yang menganggap dirimu lebih alim, lebih utama, lebih beriman dari orang lain yang berpendapat bahwa menyerahkan kasus itu ke meja hijau adalah lebih baik tanpa melakukan aksi turun ke jalan.

Cukuplah meyakini bahwa Allah menjadikanmu kelompok yang memperjuangkan keadilan dengan caramu dan menjadikan orang lain bekerja dengan caranya. Toh kamu dan mereka sama-sama menganggap pidato sang petahana sebagai pelecehan. So what gitu..

[nextpage title=”Cermat dan Bijak dalam Menerima dan Menyampaikan Informasi”]

Cermat dan Bijak dalam Menerima dan Menyampaikan Informasi

Selanjutnya bersikaplah cerdas dan bijak dalam menyampaikan informasi. Jangan sampai menelan berita palsu apalagi menyebarkannya, yang pada akhirnya akan menjadi amunisi pihak yang berseberangan denganmu untuk mem-bully-mu. tentunya hal itu berefek buruk pada perjuanganmu.

Baru-baru ini ada rilis dari Kedutaan Besar Saudi tentang klarifkasi bahwa Raja Salman datang ke Indonesia atas undangan Presiden Jokowi dan tidak–paling tidak belum–ada agenda seperti yang santer tersiar di media online, mungkin kamu salah satu yang membagi-bagikannya di dinding Facebook-mu.

Bersikaplah kritis terhadap berita-berita yang dapat mengerutkan dahi atau terlalu melebih-lebihkan dan jangan hanyut dalam euforia. Bisa jadi berita-berita yang seperti itu sengaja dibuat oleh orang yang tidak menyukai aksimu sebagai pancingan untuk membuatmu agar nantinya terlihat teledor dan pada akhirnya menjadikanmu sebagai bahan bully-annya.

[nextpage title=”Nggak Perlu Cari Musuh”]

Nggak Perlu Cari Musuh

Fokus saja pada kasus yang kamu kawal, nggak perlu membuka ladang baru yang tidak produktif. Kaya kasus Sari Roti tempo hari. Hanya karena manajemennya mengklarifikasi bahwa mereka tidak secara resmi membagi-bagikan roti gratis kepada peserta aksi, ajakan boikot dilancarkan.

Bisa jadi kamu tersinggung dengan poin “tidak terlibat dalam semua kegiatan politik” atau kamu merasa dituduh tidak nasionalis karena frasa “PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. berkomitmen menjaga Nasionalisme…,” tapi bukankah yang pasti mereka mengapreasiasi aksi super damaimu sebagaimana mereka tuliskan di rilisnya?

Kalaupun perbuatanmu salah dengan tidak memboikot mereka, itu lebih baik daripada memboikot pihak yang hanya ingin mengatakan hal yang sebenarnya. Salah memaafkan lebih baik daripada salah menghukum.

[nextpage title=”Bertuturlah dengan Baik dan Bertindaklah Elegan”]

Bertuturlah dengan Baik dan Bertindaklah Elegan

Kata-kata seperti “sesat” atau (maaf) “ndasmu” adalah kata-kata yang tidak multitafsir sehingga jika kata-kata itu disematkan kepada orang lain apalagi orang itu secara luas diakui sebagai orang alim, maka akan dengan mudah menimbulkan kericuhan. Itulah yang terjadi beberapa waktu lalu terhadap figur seperti kyai Maimoen Zubair dan Gus Mus.

Perbedaan sikap 2 sesepuh NU itu denganmu bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Perbedaan itu bukan alasan untuk menghujat mereka dengan kata-kata tak pantas, apa pun latar belakang pendidikanmu. Kecuali jika kamu mau memperbanyak persoalan.

Jadi, semuanya tentang akhlak, akhlak yang baik, yang mampu membuat orang lain bahkan musuh-musuhmu merasa segan yang sekaligus menjadi sarana dakwah meskipun berada dalam perselisihan. Mari tetap berakhlak dalam perbedaan. Akhir kata, mari kita saksikan pesan habib Ali al-Jifri dalam video berikut ini:

[wpdevart_youtube]658Bfsz4aps[/wpdevart_youtube]

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *