Menu Tutup

Wah, Ternyata Ini Toh 5 Pertanyaan yang Sering Mengharukan bagi Santri

DatDut.Com – Dalam keseharian santri hampir selalu menjalankan aktivitas monoton. Dari bangun pagi, salat berjamaah, sekolah, belajar, hafalan dan sebagainya. Berulang setiap hari selama ia mondok. Di sela kesibukan dan rutinitas, canda dan tawa serta gojlokan sering menjadi obat kejenuhan.

Dalam percakapan ringan terkadang juga tersisip pembahasan berat. Meskipun bahasan-bahasan itu terkemas dalam ungkapan ringan namun kadang bisa terbawa perasaan lho. Nah, berikut ini adalah pertanyaan yang sering terangkat dalam percakapan mereka. Terkadang pertanyaan itu juga merupakan bahan pemikiran mereka sendiri. Agar tak bertele-tele, coba simak apa saja yang sering dipertanyakan sesama santri berikut ini:

[nextpage title=”1. Gimana Hafalannya?”]

1. Gimana Hafalannya?

Karena hafalan bagi sebagian besar pesantren merupakan syarat sah untuk naik kelas atau tingkatan, maka para guru selalu mendorong para santri untuk segera menyelesaikan hafalannya. Menu pokok hafalan biasanya dari kitab nahwu, tauhid dasar, ataupun kaidah fikih. Guru yang perhatian selalu memasang target per minggu bahkan harian bagi para siswa yang diasuhnya agar segera menyelesaikan hafalannya dengan cara meminta setoran hafalan seminggu sekali.

Nah, di luar kegiatan belajar mengajar formal dalam madrasah, biasanya pikiran tentang hafalan selalu terbawa. Ketemu teman sekelas, yang menjadi pertanyaan antara lain ya, “Kang, gimana hafalannya? Dapat berapa?” Bahkan ada sebagaian guru atau ustaz yang berbaur dengan siswanya di luar jam formal belajar, menambah porsi tekanan dengan obrolan dan gurauan yang disisipi dengan “gimana hafalannya?”

[nextpage title=”2. Punya Uang?”]

2. Punya Uang?

Pertanyaan ini merupakan sebagian ciri santri akan pinjam alias hutang uang kepada sesama santri. Hehehe… Kondisi sebagian santri yang kadang mengalami kekurangan finansial memaksa mereka untuk belajar negoisasi dan lobi agar bisa menyambung isi kantong. Nah, salah satu bahasa pembuka santri akan hutang uang biasanya dengan pertanyaan di atas.

Kenapa seperti itu ungkapannya? Karena mafhum keadaan sesama santri biasanya tak jauh beda. Membutuhkan uang. Jadi, kalau uang ada berlebih, barulah bisa menghutangkan.

[nextpage title=”3. Kapan Dapat Kiriman?”]

3. Kapan Dapat Kiriman?

Bagi santri pesantren salaf, ada tradisi para orang tua atau wali santri saat mengirim anaknya di pesantren untuk membawa oleh-oleh. Nah, bagi rekan satu ruangan, hal itu adalah saat yang paling menyenangkan. Bisa kecipratan makanan gratis. Kadang makanan ringan, kadang juga makanan berat. Sehingga, pertanyaan “Kang, Kapan kiriman?” adalah humor bermakna serius yang sering diucapkan di sela-sela pembicaraan santri. Anda tidak mengalaminya? Mungkin beda pesantren, beda cerita.

[nextpage title=”4. Kapan Boyong?”]

4. Kapan Boyong?

Ini pertanyaan umum dalam pembicaraan agak serius di kalangan santri senior. Biasanya mereka yang sudah menjelang lulus madrasah diniyyah tingkat tertinggi di pesantren tempatnya belajar. Lebih sering lagi di kalangan santri senior di tingkat pengurus dan guru. Mereka yang sudah mulai beranjak umur 20 an tahun hingga 30 tahunan sering menyelipkan ungkapan tersebut dalam percakapan atau sekedar saling sapa.

Boyong adalah istilah dari bahasa Jawa yang artinya pindah. Boyongan atinya pindahan. Kalau di kalangan santri maknanya menjadi kapan pulang dan berhenti belajar di pondok. Masing-masing pesantren bisa berbeda istilahnya. Ada yang memakai istilah “akbar” alias pulang besar. Ada yang mengatakan totalan, artinya pulang total tidak mondok lagi, dan lain sebagainya.

Bagi santri senior kelas kakap, yang sudah memasuki umur hitungan 30 tahun ke atas, pertanyaan ini bukan lagi lelucon namun sudah menjadi pertanyaan serius. Karena, yang satu ini selalu berkaitan dengan pertanyaan selanjutnya…

[nextpage title=”5. Kapan Nikah?”]

5. Kapan Nikah?

Kapan nikah? Ini adalah kelanjutan dari pertanyaan sebelumnya. Santri yang pulang dalam kondisi umur dewasa selalu diburu pertanyaan ini. Karena mau apa lagi katanya. Belajar sudah, ngaji sudah, berumur sudah, tinggal kapan nikahnya? Keburu tua.

Sebenarnya, pertanyaan terakhir ini harusnya dilengkapi. Satu pertanyaan yang harus disejajarkan dan dipikirkan jawabannya bersamaan, oleh para santri yang pulang dalam kondisi berumur layak nikah. Mari tanyakan saat kita pulang dari pesantren, mau kerja apa, dakwah yang bagaimana, dan kapan nikah? Salam senyum santri.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *