Menu Tutup

Permainan Anak Zaman Dulu Lebih Menantang, Menyehatkan, dan Membahagiakan!

DatDut.Com – Anda yang anak 90-an pasti pernah mengalami masa kecil tanpa gadget. Seru dengan permainan bersama teman-teman. Berbagai permainan anak-anak tradisional dimainkan bersama menghabiskan waktu.

Beda dengan anak-anak zaman sekarang yang masih balita saja sudah ada yang diajari main gadget. Permainan mereka adalah permainan individual yang perlahan mengikis sifat aktif khas anak-anak. Lebih parah lagi gadget juga berpotensi menimbulkan efek samping kurang baik bagi perkembangan mental maupun fisik anak-anak.

Beda sekali dengan anak zaman dahulu yang aktif, kreatif dan bersosial dengan rekan-rekannya. Jika masa kecil Anda pernah melakukan kegiatan atau permainan tradisional berikut ini, berarti masa kecil Anda penuh arti. Berikut ini 5 permainan seru ala anak zaman dahulu:

[nextpage title=”1. Berburu Mangga Bareng, Bagimana Kalau Cuma Dapat Sebiji?”]

1. Berburu Mangga Bareng, Bagimana Kalau Cuma Dapat Sebiji?

Mungkin permainan ini masih berlaku bagi anak-anak di kampung saja. Saat paling seru zaman dahulu adalah ketika musim mangga berbuah. Anak-anak yang baik nggak suka melempar mangga biar jatuh, tapi menunggu mangga jatuh karena tiupan angin dan sebagainya.

Dengan berkelompok, saat menjelang hujan atau saat angin kencang, anak-anak malah bergerombol di bawah pohon mangga yang berbuah. Menanti rejeki jatuh. Dan ketika ada suara “Bluk!” maka semburat mereka berlari ke arah sumber suara. Siapa cepat, dia yang menang.

Permainan ini menjadi seru karena acara perebutan mangga berlangsung dengan bergumul seru. Meskipun saling rebutan hingga tumpang tindih, tapi biasanya ada aturan yang mereka sepakati bersama. Misalnya kalau mangga yang jatuh sudah dipegang salah satu temannya lalu diangkat dari tanah, berarti itu sudah miliknya dan yang lain tidak boleh merebutnya.

Kalau sedang apes lalu hanya dapat sebuah mangga saja bagaimana? Mirip yang dilakukan saat siswa orientasi atau mahasiswa sedang di-OSPEK. Satu buah mangga itu dikupas dengan gigitan kemudian setiap anak bergiliran menggigit daging buah. Tentu yang paling awal mencicipi adalah pemenang kompetisi rebutan buah jatuh tadi.

[nextpage title=”2. Anak Sekarang Teriak Om Telolet Om, Anak Jaman Dahulu…”]

2. Anak Sekarang Teriak Om Telolet Om, Anak Jaman Dahulu…

Anak-anak jaman sekarang banyak yang terkena demam telolet. Mereka berburu klakson di pinggir jalan maupun dengan mendatangi terminal. Ada yang membawa gadget untuk merekam ada juga yang hanya sekedar mencari suara klakson dan tidak merekamnya.

Nah, anak-anak jaman dahulu lebih ekstrim lho. Bukan klakson bus lewat di jalanan yang di teriaki “Om Telolet Om,” tapi mereka meneriaki pesawat terbang di angkasa. Begini seruan mereka, “Kapal terbang…! Aku njaluk Duite…!!” (pesawat terbang, saya minta uangnya.) dan hasilnya belum ada ceritanya pesawat terbang menjatuhkan segepok uang. Hahaha.

[nextpage title=”3. Sebelum Booming Beyblade, Ini Gasing Tradisional yang lebih Ganas”]

3. Sebelum Booming Beyblade, Ini Gasing Tradisional yang lebih Ganas

Anak-anak sekarang punya permainan gasing modern yang biasanya impor dari Jepang maupun dari China. Namanya Beyblade. Permainan gasing modern ini booming menyusul tenarnya serial anime dan manga buatan Takao Aoki dan Takafumi Adachi yang bercerita tentang sekelompok anak-anak yang bertarung dengan menggunakan gasing-gasing canggih dan memiliki kekuatan-kekuatan tertentu.

Padahal jauh sebelum adanya Bayblade, orang tua kita sudah memiliki permainan sejenis. Gasing tradisional. Gasing ini mempunyai nama berbeda-beda di beberapa daerah. Ada yang menyebutnya gasing, kekean, paton dan lain-lain. Permainan paton yang biasa-biasa adalah dengan beradu kecepatan dan ketahanan gasing berputar di tanah. Sedangkan permainan versi ekstrimnya adalah beradu gasing dengan ketentuan siapa yang gasingnya terpental dari arena atau pecah, maka dialah yang kalah.

Berbeda dengan bayblade yang cara memainkannya sangat mudah. Gasing tradisonal dengan bentuk khususnya mengharuskan keahlian untuk melemparkan gasing yang telah dililit tali. Salah-salah gasing bisa berbalik mengenai kepala sendiri.

[nextpage title=”4. Ini Permainan Ekstrim dan Bisa Berbahaya, Bentik”]

4. Ini Permainan Ekstrim dan Bisa Berbahaya, Bentik

Ada lagi permainan yang agak ekstrim dan berbahaya namun digemari anak-anak jaman dahulu. Bentik. Alatnya  2 potong kayu beda berukuran. Yang satu agak panjang sekitar 30 cm dan sepotong lainnya sekitar 10 cm.

Cara mainnya, peserta dibagi dalam dua kelompok lalu diundi siapa yang jaga dan siapa yang berhak memukul benthik dengan cara hompimpa. Grup yang mendapat giliran memukul memulai pemainan dengan putaran pertama yang disebut nyutat.

Kayu yang pendek diletakkan melintang pada lobang yang dibuat sebelumnya, lalu didorong dengan tongkat yang panjang ke atas seperti gerakan menyungkil. Grup yang berjaga harus bisa menangkap tongkat kecil tersebut untuk mendapatkan nilai.

Permainan dilanjut ke sesi kedua yaitu namplek. Salah satu grup yang jaga melemparkan tongkat kecil tadi dan harus dipukul dengan tepat oleh pemain. Semakin jauh hasil pukulan dihitung dari lobang, maka poinnya makin besar.

Selanjutnya sesi ketiga yang agak berbahaya. Tongkat kecil diletakkan sejajar dengan arah lobang yang memanjang dengan. Tongkat itu diletakkan dengan sudut tertentu agar bisa dipukul dan melenting ke atas.

Begitu dipukul dan melenting ke atas sambil berputar kencang, pemain harus memukul banthik tersebut dengan kuat. Pada sesi ini jika tidak lihai, salah-salah hasil pukulan tongkat kecil akan melayang mengenai peserta lainnya.

[nextpage title=”5. Ini yang Lebih Ekstrim: Slamprangan, Versi lain dari Lempar Sandal”]

5. Ini yang Lebih Ekstrim: Slamprangan, Versi lain dari Lempar Sandal

Jika yang Anda kenal lempar sandal atau lempar genteng, maka slamprangan lebih ekstrim. Permainan ini kombinasi petak umpet dan lempar sandal. Kata slamprang sendiri dalam bahasa Jawa artinya melempar atau menyambit.

Yang dijadikan sasaran lempar pada permainan ini adalah tiga batang kayu yang salah satunya bercabang. Ketiganya disusun agar berdiri sehingga membentuk seperti kerangka tenda kerucut. Semua pemain dalam permainan ini membawa sebatang tongkat pelempar. Bisa dari ranting, bambu atau apa pun.

Pertama semua pemain melemparkan tongkat pelemparnya dari tempat sasaran. Yang paling jauh berarti berhak melempar sasaran tadi. Jika lemparannya tepat dan susunan kayu kaki tiga ambruk, maka pemain yang giliran melempar berikutnya adalah yang jadi korban dan harus berjaga. Dengan segera para pemain berlarian sembari menenteng tongkat pelemparnya masing-masing dan bersembunyi.

Sementara yang tugas jaga juga secepatnya menata kayu kaki tiga dan berusaha menyebut nama anak yang dilihatnya usai menata kayu. Si panjaga juga harus segera menjauhi kayu kaki tiga tadi. Soalnya dari persembunyian anak-anak bisa saja menyambitkan/melemparkan tongkatnya untuk merobohkan susunan kayu tadi.

Si penjaga baru berhenti atau mendapat ganti jika ia berhasil menemukan salah satu pemain lain dan menyebut namanya. Begitu mendapat korban, dia langsung merubuhkan susunan kayu yang ia buat lalu segera berlari dan sembunyi. Seru bukan? Itulah lima permainan tradisional masa kecil dulu. Mungkin pengalaman Anda beda ya?

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *