Menu Tutup

Penggerebekan KPK dan Polri di Rumah Anies Baswedan, Hoax!

DatDut.Com – Salah satu jurus andalan untuk mendatangkan pengunjung ke suatu blog atau website berita adalah kemampuan membuat judul semenarik mungkin. Judul ibarat sampul luar suatu berita atau artikel.

Semakin menarik suatu judul, maka peluang visitor ke blog semakin besar. Semakin banyak pengunjung yang membaca suatu blog, maka harapan mendapat penghasilan dari klik iklan juga semakin besar.

Dengan rentetan tujuan seperti itulah banyak sekali blog-blog yang membuat judul berlebihan. Istilahnya clickbait atau umpan klik. Wikipedia mendefinisikannya sebagai suatu istilah peyoratif yang merujuk kepada konten web yang ditujukan untuk mendapatkan penghasilan iklan daring, terutama dengan mengorbankan kualitas atau akurasi, dengan bergantung kepada tajuk sensasional atau gambar mini yang menarik mata guna mengundang klik-tayang (click-through).

Begitu pula berita yang dibagikan beberapa akun di medsos terkait salah satu paslon Anies-Sandi. Akun bernama Pujiah mengirimkan tautan di salah satu grup Facebook, tautan tersebut merujuk ke sebuah blog berplatform blogspot. “Dijemput pakai apa ya?” tulisnya.

Setelah dibuka, ternyata artikel dengan judul “BERITA TERBARU…!!! PUKUL 08.30 KPK JEMPUT PAKSA ANIES BASWEDAN DI RUMAHNYA , KARENA TERSANDUNG KORUPSI DANA FRANKFURT BOOK FAIR SEBESAR 10 JUTA EURO ATAU SETARA 146 MELIAR DI TAHUN 2015…” benar-benar ngawur. Tak ada keserasian dan kelayakan antara judul dan isi.

Tulisan tersebut merupakan salin tempel utuh dari sebuah tulisan di situs opini Seword, dengan mengubah judulnya lebih menarik. Padahal isinya hanya mengkritisi dana yang dianggarkan Kemendigbud zaman Anies Baswedan masih menjabat untuk keperluan partisipasi dalam Frankfrut Book Fair.

Memang dana sebesar Rp146 miliar itu mengudang komentar miring dari sejumlah pihak. Besarnya dana yang dianggarkan untuk acara tersebut baru-baru ini kembali diungkit sebagai bahan untuk menyerang lawan politik terkit pilkada DKI. Efisiensi anggaran, proyek yang tanpa melalui tender alias main tunjuk, dan hasil nyata dari pameran buku tersebut untuk Indonesia.

Sebenarnya, berita terkait anggaran yang dipandang sebagai pemborosan tersebut sudah pernah dijawab oleh pihak kemendikbud tahun lalu. Seperti dilansir Tempo (28/10/’16), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membantah tuduhan pemborosan dan tidak transparan dana anggaran saat menjadi tamu kehormatan dalam ajang Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman beberapa waktu lalu.

Bahkan dikatakan bahwa anggaran itu masih jauh lebih kecil daripada negara lain. “Bahkan anggaran yang kami keluarkan itu jauh lebih kecil dibanding negara lain,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Didik Suhardi.

Menurut Didik, untuk festival internasional tersebut banyak negara lain yang harus mengeluarkan biaya lebih banyak. Sedangkan anggaran Rp146 miliar tersebut dari Indonesia masih bisa ada sisa. Selain belum tahu pasti berapa banyak anggaran yang tersisa, pihaknya saat itu tengah memerinci anggaran dana yang telah digunakan dengan transparan.

Soal hasil, masih menurut Didik, sepuluh tahun terakhir ini Indonesia telah sukses menyabet penghargaan sebagai The Best Of Lounge, bahkan juga dipuji oleh penyelenggara Frankfurt Book Fair. Menurutnya, untuk meraih penghargaan tersebut, sejumlah negara bahkan mengeluarkan anggaran yang jauh lebih besar ketimbang Indonesia.

Opini di situs fitnah Seword juga mempertanyakan keikutsertaan para juru masak. Memang selain sastrawan, ada 25 juru masak dan tokoh kuliner seperti William Wongso, Sisca Soewitomo, Bondan Winarno, dan Bara Pattiradjawane. Kenapa pameran buku mengikutsertakan tukang masak? Padahal konteks event itu adalah pameran buku.

Faktanya, meskipun konteksnya adalah event pameran buku, ternyata memang pameran tersebut tak melulu soal buku. Dilansir oleh CNN (25/02/’15) President of Frankfurt Book Fair Juergen Boos berharap agar Indonesia bisa menunjukkan identitas dirinya yang diwujudkan dengan tarian, literatur, musik atau pameran seni lainnya.

“Kami ingin Indonesia menunjukkan identitas mereka yang dimanifestasikan dalam musik, tarian, literatur, atau pameran seni lainnya,” ungkapnya.

Karena itu pantas saja jika kemendikbud saat dalam pameran tersebut tidak hanya membawa berbagai hasil karya tulis anak negeri, namun juga berbagai karya sastra, seni, dan kebudayaan bangsa Indonesia. Sehingga yang ditampilkan beragam, dari naskah kuno, kuliner, arsitektur, fotografi, hingga film. Wajarlah jika para juru masak terkenal diikutsertakan dalam pameran itu.

Kesimpulannya, “berita” yang dibagikan oleh netizen tersebut hanyalah jebakan judul. Isinya tak menjelaskan penangkapan, hanya opini yang sebenarnya telah terbantah dengan berbagai fakta diatas. Lebih-lebih kabar penggerebekan KPK dan Polri di rumah Anies Baswedan telah dibantah oleh Mabes Polri, sebagaimana dilansir oleh Tribun News (25/02/’17).

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *