Menu Tutup

Belajarlah dari 5 Pepatah Orang Minangkabau Ini Saat di Perantauan

DatDut.Com – Orang Minangkabau dikenal sebagai suku perantau. Ada tradisi merantau yang kuat sekali dalam kebudayaan mereka. Lantaran tradisi ini pula, orang Minang tersebar di banyak tempat. Pada umumnya, mereka banyak yang sukses setelah di perantauan.

(Baca: Bongkar Mitos! Bukan Cuma Cina Kok, Ini 5 Suku Pribumi yang Juga Jago Dagang)

Orang Minang sangat memegang teguh pepatah-pepatah adat mereka saat di daerah sendiri, apalagi di perantauan.  Karena mereka meyakini bahwa setiap pepatah yang ada di dalam adat mereka itu mempunyai makna yang mendalam yang akan menjadi pijakan dan pembangkit semangat saat menjalani kehidupan mereka. Berikut 5 pepatah Minangkabau yang dapat memotivasi kita semua:

[nextpage title=”1. Alam Takambang Jadi Guru”]

1. Alam Takambang Jadi Guru

“Alam terkembang jadi guru” adalah bahasa indonesia dari alam takambang jadi guru. Maksudnya, belajar itu tidak mesti dari guru, kita bisa belajar dari diri sendiri, dari orang lain, bahkan dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Ilmu padi contohnya. Ketika sebatang padi mulai dewasa dan mulai berisi maka dia akan semakin merunduk. Di dalam kehidupan ini, orang yang semakin tinggi ilmunya, maka dia harus semakin rendah hatinya.

Inilah salah satu pelajaran yang dapat kita ambil dari sebatang padi bahwa kita tidak boleh sombong dengan ilmu yang kita dapati, karena Allah adalah Mahasegala-galanya. Jadi, tidak pantas kita sombong dengan ilmu yang tidak akan pernah menyaingi ilmu Allah.

[nextpage title=”2. Bajalan Paliharo kaki, Bakato Paliharo Lidah”]

2. Bajalan Paliharo kaki, Bakato Paliharo Lidah

Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini dimaksudkan untuk berjalan peliharalah kaki dan ketika berbicara peliharalah lidah. Maksud dari pepatah ini adalah jika kita hendak memutuskan sesuatu, hendaklah mempertimbangkan segala apa yang terjadi kemudian.

Setiap apa yang kita lakukan harus kita pertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, pepatah ini menekankan kita supaya berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berhati-hati saat berbicara agar tidak ada orang yang tersakiti oleh apa yang kita lakukan kita.

[nextpage title=”3. Buruak Muko Jan Camin nan Dibalah”]

3. Buruak Muko Jan Camin nan Dibalah

Pepatah ini mengisaratkan kepada kita bahwa buruk muka jangan cermin yang dibelah. Pepatah Minang ini menjelaskan bahwa kita harus mencari penyebab sesuatu itu dengan teliti dan cermat. Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang memecahkan kacanya lantaran wajahnya buruk.

Setiap akibat pasti ada sebab yang sesuai dengan akibatnya. Kita harus intropeksi diri kita sebelum menyalahkan orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang tidak tahu dengan kesalahan kita sendiri. Jangan jugamenjadi orang yang tidak bertanggung jawab dengan perbuatan sendiri, apalagi cuma menyalahkan orang lain.

[nextpage title=”4. Jan Jadi Batuang Indak Bamiang, Jan Jadi Bungo Indak Baduri”]

4. Jan Jadi Batuang Indak Bamiang, Jan Jadi Bungo Indak Baduri

Pepatah ini biasanya disampaikan oleh orangtua di Minangkabau kepada anaknya saat anaknya menuntut ilmu atau pergi merantau agar anaknya menjadi orang yang berbudi baik dan memiliki pedoman hidup.

Maksud pepatah Minang yang keempat ini adalah janganlah kita menjadi seperti bambu yang tidak bermiang atau menjadi bunga yang tidak berduri. Bambu tidak bermiang atau bunga yang tidak berduri sama halnya laki-laki atau perempuan yang tidak tau malu dan tidak pandai menjaga diri.

[nextpage title=”5. Jan Bagantuang ka Dahan Lapuak, Jan Bapijak ka Aka Mati”]

5. Jan Bagantuang ka Dahan Lapuak, Jan Bapijak ka Aka Mati

Di Minangkabau, pepatah ini juga dijadikan nasihat oleh orangtua kepada anaknya saat merantau dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini berarti jangan bergelantung dengan batang kayu yang lapuk dan jangan berpijak ke akar yang telah mati. Maksudnya adalah di dalam hidup ini jangan melakukan segala sesuatu yang tidak ada landasannya. Jangan lakukan apa pun yang kita tidak ketahui tentangnya.

Baca Juga: