DatDut.Com – Beberapa tahun belakangan kita sering mendengar opini yang terdengar agak tidak lazim.
Opini ini bukan soal politik, ekonomi, atau budaya, tapi tentang agama. Bahkan, aspek agama yang bersifat furu’ (bukan prinsip), tapi sudah ke aspek ushul (prinsip).
Pendapat nyeleneh bin aneh itu setelah dilacak, ternyata banyak dimunculkan oleh orang-orang yang sedang mencari panggung untuk memasarkan suatu gagasan tertentu, entah itu sekularisme, liberalisme, bahkan ateisme.
Tak heran yang dimunculkan selalu hal-hal yang kontroversial, bahkan menabrak sendi-sendi terpenting dalam Islam, seperti meragukan otentisitas Alquran dan meragukan keberadaan Nabi Muhammad.
Ternyata juga orang-orang model begini tidak hanya di Indonesia, tapi juga ada di dunia belahan lain, terutama di negara-negara Islam.
Ini menjadi aneh karena pada saat yang sama Islam justru menjadi daya tarik tersendiri di Barat meskipun terus-menerus diserang opini negatif.
Namun, di negara-negara Islam yang terjadi justru banyak orang-orang Islam yang menyebut dirinya terpelajar, justru secara tidak langsung mengajak dan mengampanyekan agar jauh dari Islam.
Ini benar-benar ironi. Karenanya, saya kemarin menulis status Facebook di bawah ini:
Orang tambah tinggi pendidikannya kok malah meragukan otentisitas Alquran, bahkan nama Muhammad pun dipertanyakan sebagai nama nabi.
Lha, ilmunya kok malah menutup mata batinnya dari kebenaran yang sudah ditemukan milyaran orang.
Nah, dari orang-orang model begini, yang saya belum tahu, apa iya itu memang benar-benar ekspresi dari keberilmuannya atau cuma karena biar cepet terkenal?
Syahadat lagi, ya Mas. Sabar kalau mau terkenal, Mas! Jangan buru-buru, nanti kayak Norman Kamaru lho.
Ingat, Mas, dulu Maurice Bucaille juga menganggap hadis soal lalat yang hinggap di minuman, sebagai hadis yang tak berdasar dan tak masuk akal.
Toh, penelitian-penelitian belakangan justru membuktikan kebenaran hadis itu. Teknologi justru membantu meyakinkan keimanan, yang sebelumnya seolah terkoyak oleh kecongkakan keilmiahan.
Pesan saya: ojo kesusu, Mas! Kemampuan nalar kita terbatas. Kebenaran ilmiah kita juga tidak absolut. Kan, prinsip iman itu percaya dan pasrah.
Biarkan zaman yang akan membuktikan kebenaran atas keimanan kita. Karena, ilmu pengetahuan kalau kelewat congkak kadang justru dipecundangi oleh anaknya sendiri, yaitu teknologi!
Semoga orang-orang model begini segera bertobat dan tidak banyak orang yang mau mendengar, apalagi mengikuti pendapatnya.
Sepertinya mereka sedang galau, bagaimana ilmunya dan pendidikannya yang sudah menjulang, justru tak membuatnya terkenal. Karenanya, mereka butuh dikasihani dan jangan lupa untuk didoakan.
Semoga saja tulisan ini juga dibaca oleh mereka atau orang-orang yang dekat dengan mereka akan segera ke jalan yang baik dan lurus.
Satu lagi, masih banyak cara kok untuk menjadi terkenal. Tak perlu gadaikan akidah dan mengajak orang menjadi sesat!