Menu Tutup

Setiap Menyebut NU, 5 Hal Ini yang Selalu Diidentikkan dengan Nahdliyin

Datdut.Com – Nahdlatul Ulama (NU) saat ini merupakan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia. Ormas ini memiliki kantor cabang hampir di seluruh kota atau kabupaten yang ada. Bahkan, ada beberapa cabang internasionalnya.

catatanSelain sebagai organisasi keagamaan, NU telah menjelma menjadi kekuatan berbasis umat yang selalu diperhitungkan. Tak heran bila menjelang pemilihan umum, baik pilpres (pemilihan presiden), pilgub (pemilihin gubernur), maupun pilbup (pemilihan bupati) dan pilwalkot (pemilihan walikota), NU selalu menjadi unsur penentu.

Organisasi yang hampir berumur seabad ini, juga banyak memainkan peran penting di berbagai sektor, termasuk pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Sayap organisasinya pun menaungi hampir semua sendi kehidupan masyarakat. Namun, ada beberapa hal yang selalu melekat di benak masyarakat setiap menyebut atau membincangkan NU. Apa sajakah itu? Berikut 5 hal yang identik dengan NU:

[nextpage title=”1. K.H. Hasyim Asy’ari”]

1. K.H. Hasyim Asy’ari

Mau tidak mau nama K.H. Hasyim Asy’ari selalu identik dengan NU. Beliau dikenal sebagai pendiri NU, meskipun faktanya NU didirikan tidak hanya oleh K.H. Hasyim Asy’ari, tapi oleh beberapa ulama lainnya.

Nama K.H. Hasyim Asy’ari terlanjur melekat di benak publik sebagai pendiri NU. Ini mungkin karena beliau adalah Rais Akbar (Ketua) NU pertama atau mungkin juga terkait kiprah cucunya, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikannya.

[nextpage title=”2. Gus Dur”]

2. Gus Dur

Gus Dur terpilih pertama kalinya sebagai Rais Am (Ketua Umum) PBNU pada Muktamar Nahdlatul Ulama di Situbondo, Jawa Timur, tahun 1984. Pada dua muktamar berikutnya Gus Dur kembali terpilih sebagai ketua umum.

Dengan kata lain, Gus Dur menjabat sebagai Rais Am PBNU selama lima belas tahun (1984-1999) NU. Inilah yang mungkin menjadi salah satu alasan ,engapa NU identik dengan Gus Dur.

Alasan lainnya mungkin karena Gus Dur memiliki nasab yang sangat kuat, baik dari jalur ayah maupun ibu. Selain cucu K.H. Hasyim Asy-ari dari jalur ayah, ia pun cucu K.H. Bisri Syansuri dari jalur ibu. K.H. Bisri Syansuri, rais am ketiga NU dan pengasuh Ponpes Denanyar, Jombang, adalah ayahanda Hj. Solichah Wahid Hasyim, ibunda Gus Dur.

Ini juga berhubungan dengan patronase kyai-santri yang amat kuat dalam tradisi NU. Pondok Pesantren Tebuireng merupakan ”kiblat” bagi pesantren-pesantren lainnya, khususnya semasa K.H. Hasyim Asy`ari. Banyak kyai besar yang belajar di Tebuireng. Dalam tradisi keulamaan NU, penghormatan seorang santri kepada putra kyainya sama dengan penghormatan kepada kyai. Bahkan, sampai kepada cucu kyai.

Puncak keidentikan NU dengan Gus Dur terjadi ketika Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mengandalkan dukungan warga NU. Keterlibatan Gus Dur dalam politik praktis itu pulah yang kemudian menghantarkan Gus Dur menjadi Presiden RI yang ke-4 melalui pemilihan langsung yang dramatis di MPR. Itulah puncak karier NU di pentas politik praktis Indonesia.

[nextpage title=”3. Pesantren”]

3. Pesantren

NU adalah pesantren. Pesantren adalah NU. Itulah anggapan yang beredar di masyarakat, meskipun saat ini institusi pendidikan pesantren tidak hanya milik NU, namun pesantren sudah terlanjur identik dengan tradisi NU. Ini terutama terkait pesantren tradisional atau yang populer dikenal sebagai pesantren salaf.

NU diidentikan dengan pesantren tentu bukan tanpa alasan. NU tumbuh dan mengakar dari tradisi pesantren. Dan, dari pesantrenlah lahir tokoh-tokoh NU. Maka, agak mengherankan bila ada orang NU yang bukan lulusan pesantren.

[nextpage title=”4. Tahlilan, Qunut, dan Maulidan”]

4. Tahlilan, Qunut, dan Maulidan

Pernah pada suatu masa, tahlilan, qunut, dan maulidan menjadi ciri seseorang NU atau tidak. Bahkan di beberapa daerah hal ini masih berlaku hingga kini. Padahal, ketiga hal ini bukan inti dari ajaran dan ideologi NU.

Ketiganya (selain qunut tentunya) hanya kegiatan yang dipilih oleh NU untuk dapat lebih banyak punya kesempatan Turba (turun ke bawah) dalam melihat dan merekam apa saja yang dirasakan dan dialami rakyat. Qunut sendiri adalah konsekuensi logis dari pilihan NU untuk mengikuti jalur mazhab Imam Syafi’i.

[nextpage title=”5. Sarung dan Kopiah”]

5. Sarung dan Kopiah

Nah, bagian ini belum diketahui secara pasti kapan sarung dan kopiah menjadi ciri khas Nahdliyin. Bahkan warga NU sering kali disebut kaum sarungan. Tradisi bersarungan ini sebetulnya kental dan mengakar di pesantren, yang menjadi basis kaum Nahdliyin.

Meskipun pada perkembangan mutakhirnya, sarung sudah menjadi ciri khas pakaian kaum muslimin Indonesia. Begitu juga dengan kopiah. Meskipun kopiah sendiri bukan khas tradisi di Nusantara. Namun, kopiah warna hitam sejauh ini memang tak ditemukan di belahan dunia selain Indonesia.

Baca Juga:

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *