Menu Tutup

Seharusnya Para Nabi Palsu Mengerti 5 Hal Ini Sebelum Deklarasi Kenabiannya

DatDut.Com – Fenomena munculnya kembali nabi made in Indonesia menarik untuk dibicarakan. Bayangkan, hingga saat ini telah dirilis 8 orang “nabi” dari Indonesia. Salah satu media online terkemuka, JPNN, merilis profil 8 orang nabi dari Indonesia tersebut.

Tetapi, bukan ingin mengulang berita dari JPNN, tulisan kali ini mencoba memberi beberapa rambu agar kita tidak mudah terpesona saat mengalami hal luar biasa berbau gaib. Dari beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, mereka mengaku mendapatkan wahyu ataupun bisikan ghaib.

Gus Jari misalnya, mengaku sebagai nabi setelah bermimpi dibisiki bacaan “Yasin” tujuh kali lalu dibacakan surah Yasin hingga tuntas. Lia Aminudin atau Lia Eden mengaku menjadi nabi, malaikat, sekaligus Imam Mahdi setelah beberapa kali mengalami peristiwa aneh dan didatangi pembimbing gaib bernama Habib al-Huda yang akhirnya mengaku sebagai malaikat Jibril.

Setiap kita, muslim maupun nonmuslim, taat atau sering maksiat, berpeluang untuk mengalami hal-hal aneh berbau gaib karena semua pada dasarnya adalah atas kehendak Tuhan.

Oleh karena itu, setidaknya hendaklah orang memahami dan memiliki pikiran jernih saat menjumpai keluarbiasaan pada dirinya. Teliti hal luar biasa dan gaib pada diri kita dengan 5 hal ini sebelum merasa sebagai nabi atau orang terpilih:

[nextpage title=”1. Ahli Taat atau Maksiat”]

1. Ahli Taat atau Maksiat

Penting untuk menyadari dan menimbang diri. Sadar masih seberapa banyak ketaatan yang telah dijalani. Menimbang apakah layak diri mendapat suatu anugerah berupa hal luar biasa. Karena mukjizat hanya terjadi pada diri para nabi.

Di bawah mereka, para wali mengalami karamah, muslim taat mengalami maunah atau pertolongan, sedangkan orang jahat dan pelaku maksiat bisa saja pengalaman gaibnya merupakan istidraj atau sekedar “bimbingan” setan (Baca: Biar Gak Gampang Ngaku Nabi, Selain Mukjizat Masih Ada 5 Keajaiban Luar Biasa Lagi Lho!).

Kalau diri termasuk ahli maksiat, sadar masih banyak dosa, sebaiknya berhati-hati dan menganggap kejadian itu adalah ujian atau godaan. Kalau ternyata kita memang golongan ahli taat, teliti lagi dengan poin kedua berikut ini.

[nextpage title=”2. Seberapa Luas Ilmu Agamanya”]

2. Seberapa Luas Ilmu Agamanya

Ilmu agama sangat penting untuk mengetahui banyak hal terkait kejadian luar biasa berbau gaib. Bisa juga untuk mengetahui apakah klaim kejadian luar biasa oleh orang yang mengaku sebagai wali atau nabi itu benar ataukah tidak. Sebatas apa kejadian luar biasa bisa dikatakan maunah atau malah istidraj, bisa dimengerti hanya bila memiliki dasar pemahaman dan ilmu keagamaan yang mencukupi.

Pada kasus para nabi di Indonesia, ternyata mereka kebanyakan dari orang-orang yang tak seberapa mengerti tentang agama. Malahan Dedi Mulyana alias Eyang Ended, nabi palsu dari Banten adalah seorang dukun.

Ia mendapat wangsit dari musyawarahnya dengan jin laut. Nah, nabi kok wangsitan dengan jin laut? Lebih gilanya lagi, nabi ini memakan korban hingga 30 wanita dalam pencabulan berkedok ritual keagamaan.

Bagi orang yang mengerti dasar-dasar agama saja, tentu sudah terbaca kalau peristiwa yang dialami Eyang Ended itu jelas tidak layak dijadikan dasar pengakuan sebagai nabi. Sayangnya, juga banyak orang yang tak memiliki dasar agama sehingga menurut saja dicabuli sebagai ritual keagamaan. Atau kemungkinan lainnya, si nabi palsu memakai kekuatan sihir untuk menundukkan para wanita yang menjadi korbannya.

[nextpage title=”3. Seberapa Sering Peristiwa Terjadi”]

3. Seberapa Sering Peristiwa Terjadi

Kembali ke peristiwa luar biasa yang kita alami (seandainya), perlu meneliti seberapa sering peristiwa itu terjadi. Nabi Muhammad saja, harus menunggu waktu hingga 3 tahun (dalam riwayat lain 6 bulan) untuk menerima wahyu kedua dan meyakinkan dirinya adalah nabi dan rasul semenjak wahyu pertama.

Kalau hanya terjadi satu atau dua kali, mimpi dibacakan Alquran khatam 30 juz sekalipun, harusnya masih berpikir apakah itu benar perintah menjadi nabi? Hehe. Tetapi memang mungkin akan jadi terbawa perasaan alias baper hingga ke-PD-an jika sampai mimpi dibacakan ayat “Sesungguhnya engkau benar-benar termasuk golongan para utusan” misalnya.

[nextpage title=”4. Bisikan Setan atau Malaikat”]

4. Bisikan Setan atau Malaikat

Semakin sering bisikan dan perstiwa gaib terjadi pada diri seseorang, pikiran warasnya akan semakin tersudut. Saat itulah seseorang harus membedakan dan mengenali apakah peristiwa dan bisikan yang diterima merupakan pesan dari malaikat ataukah justru dari iblis.

Ketika seseorang memiliki pemahaman agama yang lumayan, taat beribadah, sering mendapati kejadian luar biasa berbau gaib, maka setan yang hendak menyesatkannya pun juga dari golongan kelas elit.

Dikisahkan oleh Ibnu Abu al-Fattah, sebagaimana dikutip dalam Manaqib al-Lujain ad-Dani, Syekh Abdul Qadir al-jailani suatu ketika melihat cahaya terang diiringi suara yang berkata, “Hai Abdul Qadir, akulah tuhanmu, dan telah aku halalkan bagimu segala yang diharamkan!”

Syekh Abdul Qadir membaca ta’awudz lantas berkata, “Menyingkirlah engkau hai iblis terlaknat!” Seketika cahaya itu hilang dan menjadi asap. Dari asap itu terdengar perkataan, “Engkau selamat dariku karena ilmu dan pengetahuan agamamu. Aku telah sesatkan 70 ribu ahli makrifat dengan cara ini.”

Sampai di titik ini, kita bayangkan bagaimana jadinya jika peristiwa seperti kisah tersebut terjadi kepada orang-orang yang mengaku nabi. Betapa mereka akan bergembira ria karena telah bertemu Tuhan dan menerima wahyu langsung dari-Nya. Bisa-bisa mereka merasa mengalami hal yang seperti pada diri Nabi Musa a.s.

[nextpage title=”5. Terkait Taat atau Maksiat”]

5. Terkait Taat atau Maksiat

Poin pentig selanjutnya dari kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani di atas adalah saat beliau ditanya bagaimana bisa tahu bahwa cahaya dan suara itu adalah dari iblis. Beliau menjawab, “Dari perkataan ‘aku halalkan bagimu segala hal yang diharamkan.’ Sebab itulah aku tahu dia Iblis, karena Allah tidak mungkin memerintahkan keburukan.”

Perintah kepada keburukan. Itu kata kuncinya. Kalau bisikan yang diterima seeorang itu arahnya kepada hal-hal buruk dan dosa, hendaklah segera sadar bahwa Allah Swt tidak akan memerintah hambanya melakukan keburukan dan dosa.

Tetapi setan memang tak kurang jalan dan akal. Bisa saja dia membisikkan hal-hal yang nampak bagus dan baik. Sehingga butuh kewaspadaan lebih untuk menyikapi bisikan dan “petunjuk” kebaikan itu.

Akhirnya, sehebat apa pun peristiwa luar biasa, langka, dan fenomenal yang terjadi pada diri seseorang, ia tak layak mengaku sebagai nabi karena Rasulullah telah bersabda, “Hari Kiamat belum akan terjadi sampai para dajjal dan pembohong besar yang berjumlah kurang lebih tigapuluh orang muncul. Semuanya mengaku-aku sebagai utusan Allah,” (HR Bukhari).

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *