Menu Tutup

Meski Dikenal sebagai Tokoh Kontroversial, Ini 5 Hal tentang Musdah Mulia yang Tak Banyak Orang Tahu

DatDut.Com – Kalau ada nama tokoh yang banyak disebut-sebut terkait isu LGBT, salah satunya, ya Prof. Dr. Siti Musdah Mulia. Wanita kelahiran Bone, 3 Maret 1958 ini, sering disebut-sebut sebagai tokoh penghalal LGBT.

Di beberapa situs garis keras, ia juga dijuluki sebagai “Ratu Sepilis”. O iya, sepilis sendiri singkatan dari “sekularis, pluralis, dan liberalis”. Ini tentu label dari kelompok garis keras yang dilekatkan kepada orang-orang yang selama ini sering menyampaikan pendapat nyeleneh. Umumnya tokoh-tokoh yang digolongkan sebagai orang liberal.

Entah mulai kapan Bu Musdah, begitu dia biasa dipanggil, menjadi tokoh yang dimusuhi kelompok Islam garis keras. Kuat dugaan dia menjadi sasaran tembak terkait komentar-komentarnya yang dianggap oleh sebagian kalangan tidak berpihak pada umat Islam.

Meskipun hal ini tentu saja dibantah oleh Bu Musdah. Beberapa bantahan atas tuduhan yang dialamatkan pada dirinya, dapat dibaca pada lawan pribadinya di mujahidahmuslimah.com. Salah satu bantahan tersebut terkait isu LGBT. Terlepas mana yang benar, tak ada salahnya mengetahui 5 hal tentang Musdah, sebelum menuduhnya sesat atau agen Barat. Berikut 5 hal tentang dirinya yang mungkin banyak orang tidak tahu atau bahkan salah sebut:

[nextpage title=”1. Siti Musdah Mulia Bukan Profesor di UIN Jakarta”]

1. Siti Musdah Mulia Bukan Profesor di UIN Jakarta

Beberapa situs yang kerap menyoroti sepak terjang atau komentar wanita penerima penghargaan international Women of Courage mewakili Asia Pasifik dari Menlu Amerika Serikat, Condoleeza Rice pada tahun 2007 ini, selalu menyebut bahwa Siti Musdah Mulia, merupakan profesor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yang benar dia profesor riset di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Memang dirinya pernah mengajar di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, tapi bukan sebagai dosen tetap. Di UIN Jakarta, ada banyak dosen tidak tetap, termasuk bule-bule pakar yang menjadi dosen tamu. Yang berkecimpung di perguruan tinggi, pasti paham hal-ihwal seputar dosen luar biasa atau dosen tidak tetap ini.

Tak bisa dipungkiri bahwa Musdah memang tamatan IAIN (yang sekarang menjadi UIN). Pendidikan sarjanannya diselesaikan di IAIN Alauddin Makasar pada 1992, S2 dan S3 di IAIN Jakarta pada 1992 dan 1997).

[nextpage title=”2. Istri dari Prof. Dr. Thib Raya”]

2. Istri dari Prof. Dr. Thib Raya

Siti Musdah Mulia merupakan istri dari Prof. Dr. Thib Raya, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suami Musdah merupakan kakak kandung dari Dr. Hamdan Zoelva, Ketua Umum Partai Bulan Bintang periode 2005-2010 dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Keduanya merupakan putraTG. KH. Muhammad Hasan, BA, yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima.

Bagi orang-orang yang mengenalnya, Prof. Dr. Thib Raya selalu memiliki pandangan yang tak banyak berbeda dengan kebanyakan umat Islam. Tak pernah terdengar pendapat yang aneh-aneh dan nyeleneh dari dirinya. Dia juga saat ini menjadi salah satu Dewan Pakar di Pusat Studi Al-Qur’an. Maka, tak heran banyak yang aneh dengan pemberitaan yang beredar terkait Bu Musdah.

[nextpage title=”3. Ayah Musdah Komandan Batalyon DI/TII Pimpinan Abdul Kahar Muzakkar”]

3. Ayah Musdah Komandan Batalyon DI/TII Pimpinan Abdul Kahar Muzakkar

Seperti dikutip dari situs mujahidahmuslimah.com, Siti Musdah Mulia merupakan putri pertama pasangan H. Mustamin Abdul Fatah dan Hj. Buaidah Achmad. Ibunya, merupakan gadis pertama di desanya yang menyelesaikan pendidikan di Pesantren Darud Dakwah wal Irsyad (DDI), Pare-Pare, sedangkan ayahnya pernah menjadi Komandan Batalyon dalam Negara Islam pimpinan Abdul Kahar Muzakkar yang kemudian dikenal sebagai gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Ditelusuri lebih ke atas, silsilah keluarganya sangat kental dengan kehidupan agama. Kakek dari Ayahnya, H. Abdul Fatah adalah seorang Mursyid ternama di jamaah tarekat Khalwatiyah.

[nextpage title=”4. Wanita dengan Segudang Prestasi dan Karya”]

4. Wanita dengan Segudang Prestasi dan Karya

Musdah adalah perempuan pertama meraih doktor dalam bidang pemikiran politik Islam di IAIN Jakarta (1997), dengan disertasi: Negara Islam: Pemikiran Husain Haikal (diterbitkan menjadi buku oleh Paramadina tahun 2000); Perempuan pertama dikukuhkan LIPI sebagai Profesor Riset bidang Lektur Keagamaan di Dep. Agama (1999) dengan Pidato Pengukuhan: Potret Perempuan Dalam Lektur Agama (Rekonstruksi Pemikiran Islam Menuju Masyarakat Egaliter dan Demokratis).

Atas upayanya mempromosikan demokrasi dan HAM pada tahun 2007 dalam peringatan International Women Days di Gedung Putih US, menerima penghargaan International Women of Courage mewakili Asia Pasifik dari Menlu Amerika Serikat, Condoleeza Rice. Akhir tahun 2009 menerima penghargaan internasional dari Italy, Woman of The Year 2009.

Karya tulisnya antara lain: Mufradat Arab Populer (1980); Pangkal Penguasaan Bahasa Arab (1989); Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (1995); Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir (1995); Negara Islam: Pemikiran Politik Haikal, Paramadina, Jakarta (1997); Lektur Agama Dalam Media Massa, Dep. Agama (1999); Anotasi Buku Islam Kontemporer, Dep. Agama (2000); Islam Menggugat Poligami, Gramedia, Jakarta (2000); Kesetaraan dan Keadilan Gender (Perspektif Islam), LKAJ (2001).

Ia juga menulis buku Pedoman Dakwah Muballighat, KP-MDI (2000); Analisis Kebijakan Publik, Muslimat NU (2002); Meretas Jalan Awal Hidup Manusia: Modul Pelatihan Konselor Hak-Hak Reproduksi, LKAJ (2002); Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam, As-Sakinah, Jakarta (2002); Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru keagamaan, Mizan, Bandung (2005); dan Perempuan dan Politik, Gramedia, Jakarta (2005).

Buku lainnya adalah Islam and Violence Against Women, LKAJ, Jakarta, 2006, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, Kibar Press, Yogyakarta (2007) ; Poligami : Budaya Bisu yang Merendahkan Martabat Perempuan, Kibar, Yogyakarta (2007).Menuju Kemandirian Politik Perempuan, Kibar, Yogyakarta (2008). Islam dan HAM, Naufan, Yogyakarta, 2010. Ia menulis puluhan entri dalam Ensiklopedi Islam (1993), Ensiklopedi Hukum Islam (1997), dan Ensiklopedi Al-Qur`an (2000), serta sejumlah artikel yang disajikan dalam berbagai forum ilmiah, baik di dalam maupun luar negeri.

[nextpage title=”5. Perjalanan Karier dan Aktivitasnya”]

5. Perjalanan Karier dan Aktivitasnya

Pengalaman pekerjaannya dimulai sebagai Dosen tidak tetap di IAIN Alaudin, Makasar (1982-1989) dan di Univ. Muslim Indonesia, Makasar (1982-1989); Peneliti pada Balai Penelitian Lektur Agama, Makasar (1985-1989); Peneliti pada Balitbang Departemen Agama Pusat, Jakarta (1990 1999); Dosen Institut Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta  (1997-1999); Direktur Perguruan Al-Wathoniyah Pusat, Jakarta (1995- sekarang).

Dia dosen Pascasarjana UIN, Jakarta  (1997- sekarang); Kepala Balai Penelitian Agama Jakarta (1999-2000); Staf Ahli Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia (HAM) Bidang Pencegahan Diskriminasi dan Perlindungan Minoritas (2000-2001); Tim Ahli Menteri Tenaga Kerja  R.I.  (2000-2001); Staf Ahli Menteri Agama R.I  Bidang Hubungan Organisasi Keagamaan Internasional (2001-sekarang). Selain sebagai peneliti dan dosen, ia juga aktif menjadi trainer (instruktur) di berbagai pelatihan, khususnya dalam isu demokrasi, HAM, pluralisme, perempuan, dan Civil Society.

Di samping pegawai negeri sipil (PNS), sejak mahasiswa dikenal sebagai aktivis organisasi pemuda dan ormas atau LSM Perempuan. Pengurus KNPI Wilayah Sulsel (1985-1990) Ketua Wilayah Ikatan Puteri NU Sulsel (1982-1985); Ketua Wilayah Fatayat NU Sulsel (1986-1990); Sekjen PP Fatayat NU (1990-1995); Wakil Ketua WPI (1996-2001); Ketua Dewan Pakar KP-MDI (1999-2005); Wakil Sekjen PP. Muslimat NU (2000-2005);  Dewan Ahli Koalisi Perempuan Indonesia (2001-2004); Ketua Umum ICRP (2007-sekarang); Pendiri dan Direktur LKAJ (1998-2005); Ketua Panah Gender PKBI (2002-2005).

 

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *