Menu Tutup

Ini 5 Ciri Murid yang Baik dalam Pandangan Islam

DatDut.Com – Seorang yang sedang belajar atau menekuni satu bidang tertentu, bisa disebut murid. Karena, secara bahasa kata murid berarti ‘orang yang menginginkan’.

Dalam kajian tasawuf, seorang yang mulai belajar dalam ketasawufan, selain disebut sebagai salik juga disebut murid.

Dengan kata lain, seorang murid dalam Islam adalah mereka yang bersusah payah dalam mencari sebuah ilmu pengetahuan yang baik dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Ia seperti seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah. Nah, seperti apa sih murid yang baik dalam pandangan Islam? Ini 5 ciri-cirinya:

1. Rendah Hati

Seorang murid tidak seharusnya bersikap sombong kepada orang lain karena ilmunya. Sikap seperti itu hanyalah akan menyeretnya kepada kebodohan, meski telah banyak ilmu yang ia ketahui.

Ilmu yang diketahuinya itu hanyalah sebagian kecil dari ilmu-ilmu yang ada. Dalam hal ini, Allah Swt. berfirman, “Kalian hanya diberi pengetahuan sedikit,” (QS Al-Isra [17]: 85).

Dalam satu riwayat disebutkan, “Seseorang yang telah menganggap dirinya berilmu, maka dia adalah orang bodoh.”

Rasulullah Saw. juga berpesan pada kita untuk mencari ilmu sepanjang umur. Ada sebuah riwayat lain yang menyebutkan, “Tuntutlah ilmu dari buaian sang ibu sampai ke liang lahad.”

2. Menghormati dan Menghargai Guru

Sudah  seharusnya bila seorang murid menghormati gurunya, meskipun gurunya itu bukan seorang muslim. Guru itu merupakan simbol nilai kemuliaan dan kehormatan.

Allah Swt. berfirman tentang orang-orang berilmu yang beriman, Allah akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu,” (QS Al-Mujadalah [58]: 11).

Dalam sabdanya yang sangat populer, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi.

3. Pandai Memanfaatkan Waktu

Seorang murid yang baik tahu kapan harus menelaah ulang pelajaran, berdiskusi, dan belajar. Ia juga tahu bagaimana ia beristirahat yang dibenarkan oleh agama. Ia juga tahu kapan ia harus tidur dan bangun.

Waktu baginya adalah kehidupan itu sendiri. Keteraturan mengatur waktu merupakan kunci kesuksesan.

Dari keteraturan ayat-ayat Allah, kita juga belajar hidup teratur. Allah Swt. berfirman, “Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis peredarannya,” (QS Ya Sin [36]: 40).

4. Tidak Salah Bergaul

Seorang murid harus pandai dalam memilih teman bergaul. Sudah seharusnya bila ia hanya bergaul dengan teman yang baik, yang dapat membantunya dalam urusan agama dan urusan dunia.

Ia juga menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang fasik yang melakukan penyimpangan.

Secara umum Allah telah memerintahkan hal ini dalam Al-Quran. Allah Swt. berfirman, “Bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengaharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas,”  (QS Al-Kahfi [18]: 28).

Rasulullah dalam sabdanya juga menyuruh untuk memilih pergaulan yang baik, karena hanya pergaulan seperti itu yang akan mendatangkan kebaikan.

Rasulullah Saw. bersabda, “Agama seseorang tergantung oleh temannya. Oleh karena itulah, salah seorang di antara kalian hendaknya melihat siapa yang menjadi temannya.”

5. Bijak dalam Menggunakan Teknologi

Ini salah satu ciri murid yang baik di era digital seperti sekarang ini. Sedini mungkin ia memang harus dapat memanfaatkan berbagai sarana teknologi, seperti akses internet, gadget, media sosial, dll., meskipun itu semua bukan hasil karya umat Islam.

Ini dikuatkan oleh sebuah hadis Rasul berikut: “Hikmah (ilmu) bagi orang mukmin bagaikan barang hilang. Di mana saja ia mendapatkanya, maka dialah orang yang paling berhak memilikinya,” (HR Ath-Thabrani).

Perlu diketahui bahwa semua sarana itu bebas nilai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak dibenarkan oleh agama.

Semua berpulang pada pemakainya. Makanya, perlu bijak menggunakannya. Jangan gunakan teknologi untuk melakukan penyimpangan. Manfaatkan teknologi untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri.