DatDut.Com – Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran. Dikatakan sebagai sumber ajaran kedua, karena hadis merupakan penjelas terhadap ayat-ayat Alquran yang masih umum. Meskipun di lain waktu secara mandiri hadis dapat berfungsi sebagai penetap suatu hukum yang belum ditetapkan oleh Alquran (Munawwar dan Mustaqim, 2001: 24). Hadis sendiri terdiri dari sanad (deretan nama-nama informan yang menghubungkan antara guru-murid hingga ke Nabi Muhammad Saw.) dan matan (substansi informasi tentang diri Nabi Muhammad Saw.).
Yang dimaksud dengan model pengutipan hadis dalam tulisan ini adalah variasi pencantuman hadis yang ditemui dalam berbagai buku keislaman. Sekurang-kurangnya ada 5 model pencantuman hadis yang bisa ditemui di buku dan acara keislaman. Berikut penjelasannya:
1. Mencantumkan Sanad dan Matan Secara Lengkap
Model yang pertama ini selain mencantumkan sanad dan matan secara lengkap, juga mencantumkan redaksi yang dipakai untuk meriwayatkan (bergaris bawah). Model ini biasanya bisa ditemui di buku-buku hadis induk, seperti Sahih al-Bukhari koleksi al-Bukhari dan Sahih Muslim koleksi Muslim. Contoh:
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ الله بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
2. Mencantumkan Rawi Sahabat dan Matan Seperlunya
Model ini mencantumkan hanya rawi sahabat dan matan seperlunya. Pengutipan model ini bisa ditemui di buku-buku keislaman dan pada penyampaian pidato atau khotbah keagamaan. Contoh:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
3. Mencantumkan Mata dan Kompilator Hadis
Model ini hanya mencantumkan matan saja dan nama kompilatornya di akhir hadis. Pengutipan model ini biasa ditemui pada buku-buku koleksi hadis, yang umumnya berkait dengan akhlak seperti Riyadh al-Shalihin dan al-Adzkar koleksi Syekh Nawawi. Contoh:
(عَنْ رَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ (رواه مسلم
4. Mencantumkan Matan tanpa Sanad
Pengutipan model ini biasa ditemui pada buku-buku klasik (kitab kuning). Contoh:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي وَضُوئِهِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي
أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
Pada model pengutipan di kitab kuning pada umumnya hanya mencantumkan matan saja, tanpa ada penjelasan terkait kualitas hadis, sanad, bahkan catatan kaki terkait hadis tersebut. Ini tentu saja tidak termasuk kitab klasik yang telah ditahkik.
5. Mencamtumkan Matan dengan Catatan Kaki
Pengutipan yang hanya mencantumkan matan, tetapi diberikan catatan kaki terkait informasi hadis itu terdapat pada kitab apa. Informasi ini bisa terkait dengan kualitas hadis, sanad, juga rujukan asal hadisnya. Model ini umumnya ditemui di buku-buku modern. Contoh:
1قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
___________
سنن ابن ماجه, باب اتباع سنة رسول الله, رقم الحديث 1
Tulisan mengenai hal ini masih terbilang langka. Ini hasil penelitian sederhana saya. Semoga saja ke depan akan banyak penulis-penulis lain yang melengkapi dan menyempurnakan tulisan ini.
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah | Founder DatDut.Com
@syarifhade