Menu Tutup

Jangan Memvonis Mitos 5 Pesan Orangtua Terkait Perawatan Bayi Ini!

DatDut.Com – Masyarakat kita selalu memiliki hal-hal unik berbau mitos. Kadang-kadang masuk akal dan sesuai dengan fakta, namun banyak juga yang hanya sebatas mitos. Tetapi, meskipun mitos, terkadang akibat yang dipercayai karena melanggar larangan tertentu tetap ada.

Ketika Anda masih merawat bayi pertama dan dalam posisi dipantau orangtua atau mertua, kalaupun ada hal-hal yang tergolong mitos dan tidak masuk akal, perlu siasat menyikapinya.

Karena, bisa jadi bukan karena melanggar larangan akhirnya timbul hal yang dikatakan orang tua, tetapi karena sikap meremehkan orangtua, sehingga menyakiti perasaannya, sehingga timbullah akibat yang semula dikaitkan dengan suatu mitos.

Nah, 5 hal berikut ini ada yang tergolong mitos dan tak masuk akal. Namun ada juga yang termuat dalam anjuran rasulullah. Sekedar saran, karena kita tidak boleh meyakini hal-hal berbau mitos dan takhayul, sebaiknya jaga perasaan orangtua agar tak membatin doa jelek. Siapa tahu akibat doa yang tak terucap itulah, muncul apa yang semula kita anggap takhayul belaka.

[nextpage title=”1. Pakaian Bayi Tidak Boleh Kehujanan atau Terbakar”]

1. Pakaian Bayi Tidak Boleh Kehujanan atau Terbakar

Pakaian bayi, utamanya popok tidak boleh kehujanan. Kata orangtua, nanti bayinya pilek. Ini tampaknya tidak masuk akal. Kalau bayinya kehujanan memang bisa saja pilek. Tapi kalau cuma pakaiannya, masa iya sih pilek? Tapi begitulah.

Adalagi yang aneh terkait pakaian bayi. Tidak boleh dibakar, nanti kulit bayi akan kemerahan seperti melepuh kena api. Orang Jawa menyebutnya suleten. Sulet, dengan -e seperti dalam kata sumber, artinya memang ‘menyulut’. Maksudnya iritasi pada kulit bayi mirip disundut dengan api karena orang tuanya menyulut api membakar pakaian bayi.

Di zaman sekarang, ketika popok sekali pakai sudah umum dipakai, mitos ini mengakibatkan popok sekali pakai menjadi tambahan sampah harian. Kalau seharusnya bisa dibakar, akhirnya dibuang ke sungai dan saluran air.

[nextpage title=”2. Mencuci Pakaian Bayi Tidak Boleh Diinjak-Injak”]

2. Mencuci Pakaian Bayi Tidak Boleh Diinjak-Injak

Masih terkait pakaian bayi. Saat mencuci tidak boleh diinjak-injak. Nanti bayinya sakit perut, katanya. Benarkah? Entahlah. Saya memilih mencuci biasa saja. Kalau bisa pakai tangan, kenapa diinjak-injak. Kurang bersih jadinya.

Mencuci dengan cara diinjak-injak memang kadang dilakukan saat cucian banyak. Tinggal masukkan dalam bak atau ember besar, lalu diinjak-injak sebagai ganti mengucek dengan tangan agar tidak terlalu capek.

Untungnya orang-orangtua dulu belum ada mesin cuci. Jangan-jangan tidak boleh pakai mesin cuci karena khawatir nanti si bayi pusing karena pakaiannya diputer-puter dalam mesin. Hehe.

[nextpage title=”3. Gurita Mengecilkan Perut Bayi”]

3. Gurita Mengecilkan Perut Bayi

Gurita adalah pakaian dalam bayi yang berupa dua lembar kain berbentuk persegi panjang yang sama ukurannya. Bagian dalam tanpa tali, sedangkan bagian luar bagian ujungnya dibuat menjadi beberapa lembar tali.

Gurita ini dipakai di bagian perut hingga dada bayi. Mungkin karena mempunyai tali antara 3 sampai 4 lembar, maka dinamakan gurita. Tali-talinya dianggap seperti tangan gurita.

Pemakaian gurita katanya bisa membentuk perut agar kecil dan tidak buncit. Ada juga yang mengatakan agar pusat bayi tidak bodong alias menonjol. Faktanya, pemakaian gurita justru membahayakan.

Menurut bidan yang saya temui, pemakaian gurita kalau terlalu kencang bisa menyebabkan rongga bawah dalam perut bayi tidak menutup sempurna, sehingga kelak berpotensi mengalami turun usus atau hernia. Pemakaian gurita menurutnya maksimal sampai putusnya puser bayi. Setelah itu disarankan memakai singlet saja sebagai pakaian dalam.

[nextpage title=”4. Menjelang Magrib Harus Dipangku”]

4. Menjelang Magrib Harus Dipangku

Menjelang petang atau magrib, bayi harus digendong atau dipangku ibu atau ayahnya. Sepertinya ini terkait dengan mitos menyebarnya para setan di waktu petang. Seperti pernah disinggung dalam 5 Mitos Orang Tua yang Ternyata Bersumber dari Ajaran Islam, pesan orangtua ini bisa dipastikan sesuai dengan pesan Nabi. Jadi, baik sekali untuk diikuti.

Pesan Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan dalam hadis riwayat Ahmad dan Hakim, dari Jabir r.a., Nabi Saw. bersabda, “Tahanlah anak-anak kalian sampai hilangnya kegelapan awal malam karena waktu itu adalah saatnya para setan bertebaran.”

Kata amsiku (tahanlah) bagi bayi bisa saja diartikan harus digendong atau dibopong. Bagi anak-anak yang sudah bisa berjalan dan bermain, maka ditahan dalam arti tidak boleh berkeliaran atau bermain di luar rumah.

[nextpage title=”5. Sebelum 40 Hari Tidak Boleh Keluar”]

5. Sebelum 40 Hari Tidak Boleh Keluar

Bayi yang berumur kurang dari 40 hari tidak boleh dibawa pergi jauh. Misalnya ke pasar, jalan-jalan agak jauh dari rumah dan sebagainya. Kalau kata orangtua sih, masih rawan sawan. Sawan adalah gejala aneh yang menyerang anak-anak. Umumnya berupa kejang-kejang disertai demam tinggi. Ada pula yang hanya berupa sikap rewel dan menangis terus.

Fenomena sawanen banyak terjadi pada anak keturunan orang Jawa dan Madura. Jenis, penyebab dan cara pengobatannya pun bermacam-macam. Seperti misalnya sawan kambing, karena ibu si bayi makan kambing.

Obatnya tulang kambing yang dibakar hingga gosong lalu dihaluskan dan dicampur minyak. Ada juga sawan manten, karena si bayi diajak menghadiri resepsi pernikahan. Obatnya adalah sedikit bungan yang dipakai pengantin.

Yang paling serem adalah sawan mayat, karena bayi diajak melayat atau ta’ziyah. Orangtua yang baru melayat, meskipun tidak mengajak bayinya, ketika pulang diharuskan untuk mencuci kaki dan tangan juga untuk mencegah sawan mayit.

Gejalanya demam tinggi disertai kejang dan mata melotot. Sebagian sampai badannya biru. Obatnya juga unik. Dimandikan dengan campuran tanah kuburan. Ada juga yang cukup dibasuh dengan air bekas memandikan mayat.

Ada juga sawan yang ringan dan cukup diobati dengan jamu khusus yang diminum si ibu. Jamu sawan bahkan sudah ada yang berbentuk serbuk dan dijual di kios atau outlet jamu tradisional hingga tukang jamu gendong.

Secara medis belum ada penjelasan yang memuaskan tentang sawanen. Sebagian sumber ada yang mengaitkan dengan kemungkinan demam atau flu. Tapi, bagi bayi di bawah umur 40 hari memang masih lemah ketahanan fisiknya sehingga rawan terserang berbagai penyakit. Maka dari sisi medis, orangtua khususnya ibu harus berhati-hati merawat bayinya.

Berbeda dengan anjuran para bidan yang membebaskan ibu untuk mengonsumsi segala makanan bergizi, orang Jawa banyak menerapkan pantangan makanan pada ibu.

Begitulah memang. Kenyataannya hal-hal unik dan terkesan aneh, mistis, mitos dan takhayul ini bisa saja merupakan kearifan lokal yang terkadang memang tak masuk akal namun nyata adanya. Saran saya sikapi sebijak mungkin. Kalau tidak percaya tidak mengapa, namun juga jangan mencela, agar tidak dianggap membantah orang tua.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *