Datdut.Com – Bagi sebagian orang, seperti saya, putri paman alias sepupu memiliki sisi menarik tersendiri, entah apa itu. Yang jelas, ada sesuatu yang sebenarnya tidak sekadar menarik, tapi juga amat penting. Di sini, saya hanya ingin berbagi potongan-potongan cerita. Bukan untuk menilai apa-apa. Apalagi untuk mencurahkan isi hati dan rasa.
Jadi, biarlah setiap kita menyimpan “sesuatu” masing-masing tentang putri paman kita masing-masing. Ya, seperti banyak teks-teks kuno menyimpan beragam kisah tentang cinta pada putri paman. Berikut 5 di antaranya:
[nextpage title=”1. Cinta Putri Paman, Sebab Terkabulnya Doa?”]
1. Cinta Sepupu, Sebab Terkabulnya Doa?
Suatu ketika, tiga orang dari Bani Israil memasuki sebuah gua untuk berteduh dari guyuran hujan. Tetiba pintu gua tertutup oleh batu besar. Setelah bersusah payah mereka berusaha membukanya dan tetap tidak berhasil, akhirnya mereka berdoa kepada Allah dengan menyebut amal baik mereka masing-masing.
Salah seorang mereka berdoa dengan menyebut amal baiknya terkait rasa cintanya kepada putri pamannya. Nah, bagaimana tuh? Jadi, ceritanya, orang tersebut sangat mencintai putri pamannya. Sayangnya, cintanya tak diterima kecuali dengan membayar 100 dinar. Lelaki itu pun mendapatkan dinar sejumlah itu dan langsung menyerahkannya.
Singkat cerita, mereka berkesempatan untuk berkencan. Kala si laki-laki hendak berbuat tak senonoh, tetiba si putri paman berkata, “Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah engkau pecahkan keperawanan kecuali dengan cara yang halal (pernikahan)!”
Mendengar itu, lelaki tersebut langsung berdiri, pergi, dan 100 dinar yang telah susah payah didapatkannya ia tinggalkan. “Jika menurut-Mu aku melakukan itu karena benar-benar takut kepada-Mu, maka berikanlah jalan keluar kepada kami.” Doanya. Maka Allah pun mengabulkan doa mereka; terbukalah pintu gua, dan mereka pun dapat keluar.
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim ini menurut para ulama menjadi dalil sahih bagi bolehnya tawasul dengan amal salih. Lihatlah, bagaimana cinta putri paman dalam kasus di atas menjadi petaka, lalu kemudian menjadi bagian dari rentetan sebab terkabulnya doa. Keren, bukan?!
[nextpage title=”2. Cinta Sepupu dan Mukjizat Nabi Isa”]
2. Cinta Sepupu dan Mukjizat Nabi Isa
Ishaq, lelaki dari Bani Israil, beristrikan putri pamannya, seorang wanita tercantik pada zamannya yang amat dicintainya. Sepeninggal istrinya, Ishaq tak pulang-pulang dari kuburannya. Batinnya terhujam kerinduan hingga nyaris membunuhnya.
Kala Nabi Isa a.s. mengetahui kondisi Ishaq yang terpuruk, beliau hendak menghidupkan kembali istrinya dengan izin Allah. Berdirilah beliau di atas sebuah kuburan dan menyuruh penghuninya untuk bangkit. Maka bangunlah seorang lelaki hitam legam bekas terbakar.
“La ilaha illaLlah. Isa ruh Allah, kalimat, hamba dan rasul-Nya.” Ucapnya. Ternyata itu bukan kuburan sang istri. Nabi Isa pun berpindah ke kuburan lain, lalu melakukan hal yang sama. Maka berdirilah seorang perempuan sembari mengibas debu dari wajahnya. Ya, betul, dia istri Ishaq. Ishaq pun membawanya pulang.
Suatu hati, sebangun tidur, Ishaq menemukan istrinya bersama lelaki lain, seorang putra raja yang tampan, gagah dan penuh wibawa. Malangnya, Ishaq tak lagi diakui sebagai suaminya. Mengetahui hal itu, Nabi Isa membuat wanita itu mati kembali.
Beliau bersabda,“Barangsiapa yang ingin melihat seorang lelaki yang telah Allah matikan dalam keadaan kafir, lalu dihidupkan, dan dimatikan kembali dalam keadaan muslim, maka lihatlah lelaki hitam tadi. Kemudian, barangsiapa yang ingin melihat perempuan yang Allah matikan dalam keadaan beriman, lalu dihidupkan, dan dimatikan kembali dalam keadaan kafir, maka lihatlah perempuan ini.” (Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1/317).
[nextpage title=”3. Cinta Sepupu Berbuah Syukur Sepanjang Usia”]
3. Cinta Sepupu Berbuah Syukur Sepanjang Usia
Banyak cara dilakukan manusia untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah atas curahan nikmat -Nya. Konon, ada sepasang suami-istri, kakek-nenek, yang cara bersyukurnya diabadikan dalam sejumlah kitab klasik, termasuk dalam Risalah-nya Imam Qusyairi dan Ihya’-nya Imam Ghazali.
Sang suami berkisah, “Sewaktu aku masih muda, aku jatuh cinta kepada putri pamanku. Maka kami pun ditakdirkan menikah. Pada malam pertama, kami berkata, ‘Kemarilah, kita hidupkan malam ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas perkenan-Nya menyatukan kita.’ Kami pun melakukan salat pada malam itu. Kami tak barjauhan satu sama lain. Pada malam berikutnya, kami kembali mengatakan hal yang sama. Maka semenjak tujuh puluh atau delapan puluh tahun kami melakukan yang demikian itu setiap malam,” begitu kisah laki-laki tua itu kepada seorang yang menanyai kabarnya.
Nah, perhatikan, betapa kebersamaan putra-putri paman yang penuh kasih dan cinta hingga tua itu terasa sebagai suatu karunia luar biasa bagi mereka sehingga perlu disyukuri sedemikian rupa.
[nextpage title=”4. Cinta Sepupu Mengubah Ideologi”]
4. Cinta Sepupu Mengubah Ideologi
Imran bin Hiththan merupakan salah seorang tabiin yang periwayatannya diambil oleh Imam Bukhari. Imran beristrikan putri pamannya, seorang wanita yang cantik jelita dan cerdas akalnya. Berbanding terbalik dengan perawakan Imran yang amat jelek, meskipun sikapnya lembut. Sang istri punya keyakinan bahwa keduanya akan masuk surga sebab saling menerima kondisi masing-masing dengan sikap sabar dan syukur.
Sepeninggal Imran pada tahun 84 H., istrinya dilamar oleh Suwaid bin Manjuf, namun ditolaknya. Bahkan, ia rela memotong habis tahi lalat yang menghiasi wajahnya sembari berkata, “Demi Allah! Tidak akan ada seorang lelaki pun yang dapat melihat tahi lalatku ini setelah Imran.”
Dalam banyak riwayat, yang memotivasi Imran untuk menikahi putri pamannya yang cantik jelita itu adalah untuk mengeluarkannya dari paham Khawarijnya. Namun sayangnya, ternyata setelah mereka menikah, yang terjadi malah sebaliknya: Imran terpengaruh pemikiran Khawarij istrinya (Tahdzib al-Kamal, 22/324). Hm.. hati-hatilah dengan cinta. Aih…makjleb banget…
[nextpage title=”5. Cinta Sepupu Membuat Gila dan Berakhir Duka”]
5. Cinta Sepupu Membuat Gila dan Berakhir Duka
Banyak sekali kisah tentang pemuda yang menjadi gila sebab cintanya kepada putri pamannya tak berbalas. Ibn al-Jauzi dalam Dzamm al-Hawa banyak mengisahkan itu dari orang-orang tempo dulu.
Ada Ikrimah, pemuda yang menjadi gila karena cintanya kepada putri pamannya tak direstui keluarga. Ada yang frustrasi berat hingga meninggal dunia karena putri pamannya yang amat dicintainya sejak kecil malah dinikahkan dengan putra pamannya yang lain.
Lebih parah lagi, ada kekasih yang membunuh kekasihnya sendiri. Dia bernama Salik bin Majma’. Menurut al-Ashbahani, ia merupakan seorang sakti mandraguna yang menjadi buronan suku-suku sebab telah membunuh kaum mereka.
Tatkala Salik jatuh cinta kepada putri pamannya, ia langsung melamarnya. Mulanya lamarannya ditolak oleh ayahnya. Namun karena takut terancam jiwanya, sang ayah akhirnya merelakan putrinya dinikahi oleh Salik.
Suatu ketika, Salik dihadang oleh tiga puluh orang bajingan. Kesemuanya memiliki ambisi yang sama: membunuh Salik. Terjadilah pertarungan yang tidak seimbang. Salik dikeroyok, menjadi bulan-bulanan mereka, hingga terluka parah.
Pada saat ia merasa bahwa hidupnya takkan lama lagi, ia berkata kepada istrinya yang juga putri pamannya, “Aku tak rela engkau menjadi milik mereka sepeninggalku. Aku ingin engkau mati mendahuluiku.” “Lakukanlah, bunuhlah aku! Jika tidak, maka aku yang akan melakukannya sendiri.” Istrinya menyetujui, pasrah. Salik pun menebas istrinya hingga mati (Dzamm al-Hawa, 418). Hmm..
Ternyata fragmen cinta pada putri paman menyimpan sejuta kisah. Itu artinya di dunia ini tidak hanya Anda yang jatuh hati pada putri paman. Semoga kita, putri paman kita, dan segenap keluarga selalu dalam petunjuk dan lindungan Allah Ta’ala. Amin.