Menu Tutup

Agar Tak Terlihat Bodoh dan Norak di Medsos, Jadilah Pembaca Kritis, Bukan Emosional!

DatDut.Com – Di era yang serba digital seperti sekarang ini, banyak informasi yang berseliweran dari berbagai penjuru media yang dengan mudahnya dapat diakses oleh siapapun. Atas nama kebebasan menyampaikan pendapat, penulis dengan mudahnya meramaikan jagat media sosial dengan beraneka ragam motif.

Dari yang menyejukan hingga yang dapat memerahkan telinga pemegang kuasa. Semua tulisan dapat dengan bebas menghujani dengan derasnya jagat media sosial tanpa kontrol baik secara sosial maupun secara hukum.

Di setiap tulisan yang terbit dan terhubung ke seluruh perangkat lunak dan menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui berbagai bentuk media, memiliki tujuan yang umum dikenal dengan “the author purpose”. Bahkan tulisan yang akan Anda baca ini, pasti memiliki tujuan. Tinggal apakah Anda tergolong ke dalam pembaca kritis (the critical reader) atau benar-benar sebagai pembaca emosional (the really, really emotional reader).

Pembaca kritis adalah pembaca yang tidak lantas percaya dengan informasi yang ia baca. Pembaca dengan tipe ini, setelah melakukan analisis diksi dan hubungannya dengan subtansi atau isi yang ingin disampaikan kemudian ia segera mencari informasi tentang penulis, background penulis, dan juga pekerjaan penulis. Sampai ia merasa yakin bahwa tulisan tersebut dianggap wajar dan relatif obyektif tanda adanya pretensi yang membabibuta dan kental dengan subyektivitas.

Pembaca emosional adalah pembaca yang dengan cepatnya mengambil kesimpulan terhadap apa yang ia baca. Jangankan ia sempat melakukan kroscek terlebih dahulu terhadap diksi dan hubungannya dengan subtansi yang disampaikan, bahkan dengan hanya membaca judul dengan bangganya ia membagikan informasi tersebut kepada khalayak lain. Karena ia merasa informasi tersebut valid dan harus diketahui orang banyak.

Kepolisian Republik Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang penanganan ujaran kebencian (Hate Speech). Bentuk-bentuk ujaran kebencian yang dimaksud pada Surat Edaran Hate Speech ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1). Penghinaan; 2). Pencemaran nama baik; 3). Penistaan; 4).  Perbuatan tidak menyenangkan; 5). Memprovokasi; 6).    Menghasut, dan 7). Penyebaran berita bohong. Dan tindakan yang dimaksud memiliki  tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial.

Untuk menghindarkan diri dari respons yang berlebihan atas apa yang dibaca pada media sosial, ada baiknya mengetahui tujuan atau motif seseorang menulis, yaitu:

1. To entertain you

Tujuan penulis pada poin pertama ini adalah untuk menghibur para pembaca sehingga merasa nyaman dan ingin terus membaca terhadap apa yang dituliskan oleh penulis. Tulisan ini umumnya berbentuk narasi yang artinya berita ini tidak benar-benar terjadi. Tulisan seperti ini dapat kita jumpai pada tulisan berbentuk fiksi sejarah.

2. To inform you

Pada poin kedua ini, penulis ingin memberikan informasi kepada pembaca tanpa ada pengharapan feedback apa pun. Karena penulis secara sukarela ingin menginformasikan kepada pembaca, baik yang membutuhkan maupun yang tidak membutuhkan. Tulisan ini berbentuk deskriptif, rijit, dan detail.

3. To persuade you

Tujuan penulis pada poin ini adalah agar pembaca dapat terpengaruh terhadap apa yang dinformasikan kepada mereka. Penulis mengharapkan feedback yang berbentuk reaksi terhadap informasi. Hal ini umumnya memiliki motif ekonomi.

4. To teach you

Tujuan penulis pada poin ini adalah agar pembaca mengambil pelajararn terhadap informasi yang disampaikan. Benutk informasi ini umumnya berbentuk artikel, cerita non-fiksi, dan panduan cara melakukan sesuatu.

5. To scare you

Tujuan penulis pada poin ini adalah untuk menakut-nakuti pembaca terhadap informasi yang probabilitasnya masih jauh unutk terjadi, namun dengan memberikan informasi-informasi yang mencekam, membuat pembaca merasa khawatir.

6. To emotionally touch you

Tujuan penulis pada poin ini adalah untuk membuat pembaca merasa tersentuh, namun umumnya pada media sosial poin ini bertujuan mendapatkan banyak like dari pembaca yang kemudian penulis akan memanfaatkannya untuk kepentingan ekonomi.

Dari keseluruahan poin yang telah disampaikan, nyaris tidak ada satu tulisan pun yang bebas dari motif penulis. Di era digital sekarang ini, motif citation dan view merupakan menjadi motif utama dalam sebuah tulisan. Semakin banyak sitasi dan view atas tulisan yang penulis buat, semakin dikjaya dan harumlah nama penulis dan institusi tempat penulis bekerja.

Semoga kita bisa menjadi pembaca yang cerdas sehingga dapat mengelola informasi menjadi kekuatan untuk membangun negara ini ke arah yang lebih baik.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *